Pepes

Pepes ? Ini soal makanan ? Jika kita browse di paman gugel, pepes itu adalah suatu cara khas dari Jawa Barat untuk mengolah makanan (biasanya dengan ikan) dengan bantuan daun pisang untuk membungkus ikan beserta bumbunya. Artinya ikan dan berbagai jenis bumbu dan rempah yang dihaluskan dan ditambah daun kemangi, tomat, dan cabai dibalur/dibalut bersama ikan yang sudah dibersihkan. Semua gabungan itu dibakar (dipepes) diatas api atau bara api dari arang hingga mongering.

Itulah perasaan yang saya alami, seorang commuter  yang sering naik KRL jurusan stasiun Bekasi – Jakarta Kota setelah tanggal 1 April 2017. Agak lebay ? gak juga sih. Karena sebelum jadwal itu ditetapkan, biar masih berdesakan, saya tidak berkeringat saat berangkat kerja. Berdesakan di gerbong kereta itu telah membuat saya banyak mengambil hal-hal positif. Misalnya kita bisa sambil berolah raga dengan alat, berpegangan dengan besi (pull up), bersauna ria jika AC dalam gerbong tidak berfungsi, meski harus bawa kostum cadangan, bisa berkenalan dengan perempuan (jika punya nyali tapi jangan gender yang sama ya), bisa sekalian olah vokal jika kita tidak tahan terhadap goncangan kereta saat berhenti dan berjalan dari stasiun ke stasiun “Woii, tahan dong, jangan cuma bisa main hape tapi gak pegangan!!” atau sambil baca buku atau Al Qur’an kecil hingga kereta sampai di tujuan. Terkadang juga bisa timbul perasaan kasihan terhadap seorang ibu membawa anak, orang tua jompo, penyandang disabilitas dan ibu hamil yang tidak memperoleh tempat duduk. Setelah tanggal 1 April 2017, semuanya bercampur menjadi satu, dan untungnya berangkat naik kereta itu saat masih dibawah jam 09.00 pagi ke tempat tujuan. Makanya sejak tanggal itu, perasaan seperti panganan yang dipepes kerap muncul, meski bukan dibakar di atas kompor atau bara yang panas.

Hal ini terjadi berawal di April 2017, pihak  Kereta Commuter Jakarta (PT.KCJ) jadwal baru KRL jurusan stasiun Jatinegara lewat Pasar Senen, Duri hingga Depok atau Bogor. Pihak PT.KCJ juga menyatakan bahwa ada jadwal penambahan jalur baru pada rute tersebut. Tapi faktanya bukan menambah tetapi malah berkurang. Jadwal semula jurusan stasiun Jatinegara lewat Pasar Senen hingga Depok atau Bogor terjadwal setiap 15 menit sekali ada kereta yang jalan menuju stasiun Pasar Senen, Duri hingga Depok atau Bogor, berubah menjadi setiap 1 jam sekali. Jumlah penumpang yang turun sebelum jadwal baru cukup membuat isi gerbong agak lenggang. Meski ada penumpang juga yang turun di stasiun Jatinegara, tapi bukan transit, melainkan memang bekerja di sekitar stasiun Jatinegara. Animo masyarakat urban untuk naik kereta cukup tinggi karena naik kereta merupakan akses termurah (karena masih di subsidi oleh pemerintah sebesar Rp3.000 dari harga Rp6.000) dan cukup cepat (sepanjang tidak ada antrian masuk stasiun - khusus Jatinegara, Manggarai dan Gambir dan gangguan persinyalan – banyak negara sudah investasi di persinyalan ini). Memang kondisi KRL sekarang sudah lebih baik dan bagus. Beberapa stasin sedang mengalami renovasi menjadi stasiun modern seperti stasiun Palmerah yang sudah terlebih dahulu di renovasi. Saya ingat pepatah Pak Jonan saat memberikan ceramah di kantor kami, “Bayar murah kok mau nyaman, tapi kami utamakan keselamatan penumpang”. Saat itu saya berpikir, bener juga ya, bayar murah kok menuntut nyaman. Salut untuk Pak Jonan yang telah merubah mindset naik kereta yang semula tidak tertib menjadi lebih baik.

Berikut ada tips dan trik saat naik kereta jurusan Bekasi – Jakarta Kota agar tidak seperti pepes dalam kulit pisang (meski tetap seperti pepes karena cukup berdesakan juga), yaitu :
1.    Berdirilah di dekat pintu yang deket tiang tempat duduk (bukan diantara dua pintu otomatis ya, bisa terjepit), hal ini sudah saya lakukan dan cukup efektif dan efisien dalam mengendalikan suasana seperti pepes tadi;
2.    Berdirilah agak di tengah tempat duduk yang panjang, hal ini juga saya lakukan dan berhasil;
3.    Jangan naik kereta dari stasiun Bekasi, naiklah kereta dari stasiun sebelum stasiun Bekasi yaitu stasiun Kranji, jika ingin duduk. Tapi jika ingin tidak berdesakan, naiklah kereta jurusan Bekasi – Jakarta Kota diatas jam 22.00 WIB, saya jamin, anda bisa main karambol dan gaplek di setiap gerbong, jika tidak dilarang.
4.    Last but not least, jangan naik kereta, naiklah kendaraan pribadi atau taksi yang lebih nyaman. Ini juga saya jamin, anda akan lebih nyaman daripada naik kereta.  

Itulah sekilas cerita naik KRL yang saya alami dan rasakan, karena memang seperti itulah kondisinya dan perasaannya. Saya akan sering bercerita seputar KRL karena itulah yang saya alami dalam 2 kali sehari selama seminggu sebulan dan setahun. Semoga kisah ini dapat membuat yang baca sedikit tersenyum dan mengambil hikmah yang positif.

Salam
R. Ardyansyah

Opini ini juga di tuliskan pada https://rulyardiansyah.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar