CURCOL SI AKI (Episode I : Hari yang Mengejutkan...)


“Wuaahh...akhirnya selesai juga,” aku menatap tumpukan Kertas Kerja RKA-KL beserta data dukungnya yang telah kutandai bagian-bagian yang memerlukan perbaikan. Juga telah kusiapkan resume perbaikan yang harus dilkaukan. Ini adalah satker terkahir yang belum kuselesaikan. The last but not the least...paling akhir tapi petugas-petugasnya yang paling susah mengerti kalau dijelaskan dan besok adalah batas terakhir penelaahan. Mas Ridho teman sebelahku hanya melirik sambil tersenyum, “Wah, udah siap karnaval nih RKA-KL-nya.”
Mas Ridho sering meledek aku karena kebiasaanku memasang kertas sign it berwarna warni pada bagian-bagian dokumen yang memerlukan perbaikan.

Waktu sudah mendekati pukul 17.00 dan meja segera kubereskan agar tak ber”berkas” lagi. Aku memang lebih suka pulang tepat waktu daripada menunda pekerjaan dan menyelesaikan setelah jam kerja alias lembur. Tiba-tiba perasaanku tidak enak, terasa ada yang memperhatikanku dari sisi sebelah kiri. Kupalingkan wajahku ke kiri dan...benar saja  !! Seraut wajah yang terlihat kusut menatapku dari ruang kaca di sebelah kiri lalu melambaikan tangannya.

“Arrgghhh.. bakalan gagal pulang nih,” kataku dalam hati. Kasubditku tercinta ini memang punya hobi yang agak unik. Beliau suka mengajakku diskusi tentang apa saja menjelang jam pulang, khususnya kalau di mejanya sudah tidak ada lagi konsep nota yang harus diperiksa atau surat masuk yang harus didisposisi. Biasanya aku terselamatkan oleh adzan Maghrib. Beruntunglah aku tinggal di Indonesia tercinta yang adzan maghribnya berkumandang dengan indahnya di kisaran pk.18.00. Tak bisa kubayangkan kalau aku tinggal di Azerbaijan atau Usbekhistan atau negara lain yang waktu sholat maghribnya pada waktu-waktu tertentu baru masuk sekitar jam sembilan malam. Kalau itu terjadi bisa-bisa aku pulang hampir tengah malam.

“Siap Pak, apa yang harus saya kerjakan,” ujarku sambil duduk dihadapannya. 
Hal yang sama yang selalu kukatakan setiap ada panggilan diskusi menjelang petang.  Pak Rusdi hanya menyodorkan selembar surat dan perintahnya singkat, “Baca!”
Kuambil surat tersebut, mataku terbelalak membaca kop surat tersebut. Sebuah surat panggilan permintaan keterangan alias pemeriksaan dari institusi penegak hukum untuk besok pagi !!
“Panggilannya ditujukan kepada Pak Dirjen, hanya Beliau tidak bisa hadir karena masih berada di luar kota. Barusan Pak Direktur minta saya mewakili karena besok Beliau ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan,” kata Pak Rusdi menjelaskan.
“ Kasus ini mengenai beberapa kegiatan fiktif yang kejadiannya sekitar 8 tahun yang lalu,” lanjutnya lagi.
“Waktu kejadian itu bahkan saya belum bertugas di sini. Mungkin kamu juga masih baru waktu itu. Coba kamu catat dokumen-dokumen yang perlu saya bawa besok pagi dan tolong kamu siapkan malam ini juga,” kemudian Beliau mendiktekan dokumen-dokumen yang diperlukan.
Panggilan sore ini begitu singkat tetapi berdampak sistemik. Kalau biasanya selesai saat waktu sholat Maghrib dan setelah sholat aku bisa pulang, kali ini pertemuan tidak sampai 10 menit tetapi bisa dipastikan untuk menyelesaikan arahan Beliau butuh waktu cukup lama. Untung saja setiap dokumen selalu aku “scan” dan kubuat pertelaahan agar mudah mencarinya. Juga untuk regulasi-regulasi sudah kubuatkan dalam bentuk file pdf secara tematik berurutan dari tahun ke tahun. Hal ini sudah menjadi kebiasaan pada subdit kami  Alhamdulillah..seluruh dokumen yang diperlukan ada pada arsip digital subdit kami. Sekitar pukul 20.00 semua berkas telah aku copy dan aku letakkan di meja Pak Rusdi.
              
Keesokan paginya ketika aku sedang mempersiapkan rapat penelaahan RKA-KL tiba-tiba terdengar suara, “Ki, ke ruangan sebentar.”
Aku pun bergeas ke raungan Pak Rusdi. Lalu Beliau beranjak dari kursinya sambil berkata, “Ikut saya menghadap Direktur. Bawa itu sekalian !” katanya sambil menunjuk berkas yang telah ku-copy semalam. Aku pun mengikuti Beliau menuju ruang Direktur.
“Memang ini bagian dari tanggung jawab kita dalam membina K/L. Meskipun kita tidak terlibat di dalamnya tetapi secara moral kita tetap bertanggng jawab atas apa yangterjadi di K/L. Dalam melkaukan pembinaan kepada K/L sebaiknya kita tidak hanya memberikan pengertian mengenai sistem penganggaran tetapi juga mengingatkan mereka untuk tidak melakukan pelanggaran. Bisa juga kita kasih contoh kasus-kasus yang pernah terjadi supaya mereka sadar apa akibatnya kalau melakukan pelanggaran. Urusannya bukan hanya dengan auditor tetapi juga dengan penegak hukum. Tidak apa-apa, ini akan jadi pengalaman baru untuk kamu Ki,” kata Direkturku sambil tersenyum menatapku. Aku agak terkejut mendengar perkataan Direkturku tadi. Keterkejutanku pertama, karena ternyata beliau tahu namaku. Aku kira aku tidak dikenal atau bahkan namaku sudah terlupakan karena selama sembilan tahun bekerja aku belum pernah dimutasi sementara teman-temanku yang lain telah mengalami tour of duty, bahkan ada yang telah mengalami 2 kali mutasi. Keterkejutanku yang kedua, karena Beliau menyampaikan arahannya kepadaku bukan kepada Pak Rusdi. Sambil masih agak terkejut disertai sedikit kebingungan juga, aku kembali mendengarkan arahan Direkturku mengenai beberapa hal yang diperhatikan ketika menjawab pertanyaan penegak hukum. Disamping itu Beliau juga menceritakan pengalaman-penaglaman Beliau ketika diperiksa pengeak hukum baik sebagai saksi kejadian maupun saksi ahli.   

Selesai mendapat arahan Direktur aku dan Pak Rusdi kembali ke ruangan dan Beliau meminta aku dan Mas Antok, kepala seksiku, untuk bersiap-siap mendampingi Beliau. Aku masih sedikit bingung, bukan karena harus mendampingi dalam pemberian keterangan / pemeriksaan, tetapi lebih karena hari ini adalah batas akhir penelaahan, sedangkan masih ada 1 satker yang belum kutelaah. Aku tidak berani menyampaikan hal tersebut kepada Pak Rusdi dan berharap Mas Antok yang akan melaporkan. Akan tetapi ternyata hal itupun tak dilaukannya. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku sambil berbisik,” Tenang Bro, biar urusan RKA-KL aku yang beresin. Asal jangan lupa contekannya ditinggal juga. Jangan dibawa!” bisik mas Ridho sambil tersenyum.
“Makasih Mas, gak enak nih jadi ngerepotin,” bisikku setengah mendesis.
“Santai aja, kamu kan juga sering bantuin aku kalau sedang banyak kerjaan. Kita ini satu tim, kita harus saling isi, saling tolong menolong. Nikmati aja perjalananmu,” katanya lagi sambil nyengir kuda.
Aku hanya bisa mengangguk-anggukan kepala sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
Aku berjalan tergopoh-gopoh berjalan mengikuti Pak Rusdi dan Mas Antok sambil membawa berkas yang lumayan berat yang ku-copy semalam. Di lobby sudah menunggu Pak Arham dari bagian Kepatuhan Internal dan Bantuan Hukum yang bertugas mendampingi.
“Pakai mobil saya saja.” Kata Pak Rusdi.
Mengingat aku yang paling junior dan aku pula satu-satunya yang bukan pejabat struktural maka kutawarkan diriku untuk mengemudikan mobil Pak Rusdi. Lengkap sudah tugasku hari ini, angkut-angkut barang  lalu menjadi driver, setelah sebelumnya semalam menjadi tukang foto copy. Mungkin memang ini konsekuensi menjadi pegawai paling junior. (Bersambung)

3 komentar: