Menanti Tram Bersama Teman Bersayap




"good morning, birdie" (foto pribadi)


Hari masih pagi,
udara terasa jernih dan sejuk
Kulihat ke kiri dan ke kanan
tiada seorang pun

Tapi ada dia,
diam-diam di sebelahku
Menganggukkan kepala,
mengibaskan sayapnya

“Hai,” sapaku,
dijawabnya dengan kedipan
Seolah ia pun ingin bertanya,
“Mengapa sepagi ini kamu di sini?”

“Ke mana semua orang?”
Mungkin … berkemul dalam selimut,
menyeduh kopi panas,
atau … menikmati setangkup roti bakar

Sang burung tetap bertengger
Sementara mataku tertuju ke dedaunan
yang melayang-layang tertiup angin
ada yang kuning, merah, dan jingga …
semua cantik

Pohon-pohon meranggas
Butir apel berjatuhan
Semua seperti terbuat dari emas …
awan, langit, dan rerumputan
sungai pun berkerlip-kerlip

Sayup-sayup di kejauhan
terdengar suara listrik dan besi bergesekan
seperti ketukan halus router wifi
yang sekali-sekali tertangkap gendang telingaku
di malam yang sunyi

Nun jauh di sana …
kelap-kelip kaca jendela tram
pantulkan sinar mentari,
menjelangku bagai kilat di pagi hari

Suara decitan rel menyentak keasyikan kawanku
ditolehkan kepalanya ke asal decitan itu …
dalam sekejap, sayapnya terkembang
ia pun menghilang di angkasa
sebelum kumelangkah masuk
ke dalam tram di pagi itu






4 komentar:

  1. terasa harmoninya... keren mba

    BalasHapus
  2. nambah lagi referensi puisi yang bagus dr mba embun, keren!

    BalasHapus
  3. Terima kasih untuk komentarnya. Setelah beberapa tulisan saya yang lalu cenderung bernuansa konsep, ide, atau abstraksi ... kini saya ingin mencoba menyentuh ranah imajinasi dan narasi. Saya baru tersadar, dari seluruh fiksi favorit selama ini selalu ada 1 kesamaan di antara mereka: keterampilan untuk mengungkapkan sesuatu yang kompleks dengan cara sederhana; menggunakan metafora, analogi, dan bahasa simbolis lainnya.

    Di dalam kisah ini saya ingin mengungkapkan, kesunyian tidak selalu sama dengan kesepian. Seperti halnya kegaduhan tidak selalu menjamin adanya kejadian yang bermakna. Seperti kata seseorang, "We are looking for meaning. We are looking for signals, but we thought noises equal to signals."

    BalasHapus