Nasi Goreng Buatan Ibu


Bawang merah dan bawang putih itu kini telah menjadi irisan kecil, kemudian tinggal kutambahkan beberapa buah cabai rawit dan cabai merah keriting ke dalam blender. Trus apa lagi ya pikirku, ponsel yang sedari tadi ada di meja dapur menjadi sasaran keingintahuanku. Melihat macam-macam resep nasi goreng yang ada di menu masakan milik "Mbah Google" sepertinya ini sama saja seperti bumbu-bumbu yang biasa kubuat ketika bikin nasi goreng.
Kemiri, sedikit terasi...yah boleh juga buat variasi, supaya rasanya agak beda sedikit dari yang biasa kuracik. Bumbu sudah semua masuk, tinggal memasukkan blender ke dalam mesin pemutar.

Seperti biasa, setiap Hari Sabtu dan Minggu pagi, menu ini seolah sudah menjadi menu wajib buat Raihan, anak bungsuku. Selepas dia bangun tidur, ketika kutawarkan, 'Raihan, mau makan apa? Nasi goreng mau enggak?"
Dia pasti menjawab dengan cepatnya  "Mauuu..."

Entah kenapa,
padahal menurutku, rasa nasi goreng bikinanku biasa saja, tidak istimewa. Aku bingung kenapa dia bisa suka sekali masakan itu, sedangkan aku sendiri saja kadang bosan memakannya. Kakak perempuannya yang baru turun dari lantai atas bertanya,
"Kok sarapannya nasi goreng melulu sih De, memang nasgor buatan Ibu enak?"
"Enak...," kata Raihan santai sambil memainkan HP nya.
Si Kakak masih penasaran,
"Enaknya gimana sih?" tanyanya lagi sambil senyum-senyum usil.
Raihan berkata, "Ya gitu deh... ada asin-asinnya."
Hahahaha....
Spontan, si Kakak tertawa. Aku pun ikut tertawa. Lah wong kebanyakaan garem kok dibilang enak. Semoga ini bukan karena rumor garem itu ya. Malu.

Karena menu andalan bikinan sendiri ke anak adalah nasi goreng, pernah suatu ketika, saking inginnya membuat variasi nasi goreng yang baru buat Raihan, aku bereksperimen dengan salah satu bumbu dapur yaitu kencur. Dengan pedenya, karena aku juga pernah mencicipi nasi goreng kencur di rumah salah seorang adikku dan rasanya lumayan enak, seger di mulut... jadilah sang kencur kutambahkan... beserta kelengkapannya, telur ceplok, bakso, dan udang.

Segera kuhidangkan pada Raihan yang melihat pada nasi goreng itu dengan curiga. Sedang aku pura-pura mengerjakan hal lainnya, dengan maksud menghindari pertanyaan Raihan. Mudah-mudahan saja dia suka, dan tidak mempermasalahkannya. Wah, kalo mesti bikin ulang nasi goreng males banget nih pikirku.

"Kok warnanya agak beda, Bu?" tanyanya,
"Iya, itu cuma warnanya aja kok de, cobain deh rasanya pasti enak,"  kataku, sok tahu. Padahal waktu memasak tadi, aku cuma masuk-masukin bumbunya saja, tidak kucicipi.
Raihan memasukkan sesendok nasi goreng kemulutnya, kemudian diam sejenak...
"Ibuuuu..." teriaknya tak lama kemudian.  "Ini jamu apa nasi goreng..." serunya sambil minum air putih...banyak sekali...
(kayanya aku terlalu semangat nambahin kencurnya kali yaa...hehe)

Demikianlah, "si Ibu yang sok tahu ini" tidak pernah jera bereksperimen dengan nasi goreng. Pernah ditambahin ikan asep, kornet, sampai keju, tapi yang terakhir itu, sumpah rasanya enak kok.

Dan Raihan juga tak pernah "kapok" makan nasi goreng buatan Ibu. Setiap hari Sabtu dan Minggu pagi,  selepas bangun tidur, demo masak nasi goreng ala Ibu dimulai dengan aba-aba,
"Buu....bikinin nasi goreng doong..."





4 komentar:

  1. Wah, masakan favorit. Dimasak dengan apa saja, nasi goreng memang selalu enak. Sewaktu masih kecil, saya pernah demam .... tidak mau makan, semua rasanya pahit. Satu-satunya yang diinginkan waktu itu cuma nasi goreng. Selesai makan nasi goreng, tiba-tiba demamnya turun ... he, he ... ajaib juga khasiatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan2 sakitnya demam rindu nasi goteng ya:D trm kasih mbak Embun sdh bertukar cerita nasgor...

      Hapus
  2. Balasan
    1. Berusaha mjd ortu yg baik mas, spt mas Gunawan...trm ksh sdh mampir ya

      Hapus