KATA (KATAMU)

Words have energy and power with the ability to help, to heal, to hinder, to hurt, to harm, to humiliate and to humble.”
-Yehuda Berg-

Kegiatan menulis ini sudah direncanakan dari kemarin, bukan tulisannya ya hanya kegiatan menulisnya. Sampai sepuluh menit yang lalupun belum terpikir mau menulis apa, kebetulan saja seminggu terakhir ini mood lagi gak enak, bawaannya males, sehari-hari mengerutu (walau dalam hati), duduk di meja sama orang banyak tapi main Candy Crush atau malah baca komik di handphone. Beberapa kali pembicaraan dilempar ke saya tapi karena tidak mendengarkan ya gak tahu dari tadi sebenarnya dia ngomongin apa, untungnya sang kawan lebih fokus untuk melanjutkan ceritanya daripada mendengarkan tanggapanku. Nah, tadi sebelum buka ms word sambil nunggu laptop loading, kebetulan laptop tua jadi ngidupinnya agak lama, saya buka Facebook deh di handphone dan nonton video soal “Kata-kata” atau lebih tepatnya “Kekuatan Kata-kata” di mana sebuah kata/ kata-kata dapat merubah hidup, menginspirasi sebuah bangsa, dan membuat dunia menjadi lebih indah. Bahwa mulutmu dapat mengeluarkan racun atau menyembuhkan hati yang luka.

Nah, kebetulan Rabu kemaren idola saya waktu kuliah sarjana (S1) saudara Buky di tengah-tengah chatting-­an kami di telegram bertanya “Muel masih suka bincang2 politik nga di fb?”. Aku menjawab “kgk, males”. Ketika ditanya alasannya aku menjawab “Gw ga sebaik itu ternyata Buk. Gw berpikiran kl gw nulis itu untuk mencerahkan tapi kenyataannya seringnya gw sarkas dengan tujuan menyakiti”. Saya sendiri merasa kalau saya adalah orang yang sangat tidak pedulian dengan lingkungan sekitar, begitu pula pendapat orang-orang terdekat saya, atau cuek dalam bahasa bekennya, “eh, cuek masih bekenkan sekarang? Apa udah ada kata-kata gaul baru? Jangan sampe anak jaman now ga ngerti maksud gw!”. Saya memang suka membaca berita politik beberapa tahun terakhir. Sebelumnya sih “sabodo teuing” kalau kata orang batak. Walau selalu mengikuti berita tetapi saya tidak ambil pusing dan tidak menyimpan harapan pada presiden yang luar biasa awesome sekali bisa memimpin negara sambil berkuliah doktor dan menelurkan lima album dalam sepuluh tahun pemerintahannya. Hanya setelah itu saya mulai “agak” sedikit perduli karena punya sedikit harapan. Eh, tak dinyana tak diduga niat “baik” saya untuk meluruskan pemberitaan dari para hoax terbawa dalam hati sehingga saya melakukannya dengan menggunakan tulisan-tulisan sarkasme, awalnya sih saya “merasa” seperti sedang berusaha “menggugah” logika teman-teman saya yang berbeda pendapat dengan saya. Kebetulan semuanya sekolah tinggi-tinggi, jadi menurut opini saya “logika saya pasti bisa masuk ke mereka”. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya yaitu “logika saya tetap gak masuk dan sepertinya mereka sakit hati dengan saya”.

Permainan kata-kata sendiri bagi saya adalah susah-susah gampang, di satu sisi saya dapat dengan mudah membaca maksud sebenarnya dalam setiap untaian kata-kata indah yang tertulis ataupun terucap di sisi lain saya sangat sulit membuat sebuah kalimat dengan halus, renyah, dan ringan tetapi pesan saya tetap bisa disampaikan. Kalimat saya lebih sering to the point tanpa basa-basi (maklum darah batak 100%) jikapun saya menggunakan analogi-analogi yang lebih sering keluar adalah kalimat-kalimat bernada sarkasme yang sinis dan menusuk. Tulisan atau perkataan saya yang pertama keluar cenderung “terlalu” jujur tanpa usaha untuk memolesnya.

Kembali ke kekuatan kata-kata, saya ingin agar kata-kata yang keluar dalam tulisan atau ucapan saya bisa merubah hidup, menginspirasi, membuat dunia menjadi lebih indah dan menyembuhkan hati yang luka, bukannya menjadi racun, menyakiti, menghambat, dan mempermalukan. Tetapi saya masih belajar, belajar bagaimana caranya bicara jujur tanpa menyakiti hati orang. Bagaimana cara beragumen tanpa menyenggol perasaan, mengiris ego, dan membangunkan orang yang sedang bermimpi. Seorang teman pernah berkata “yah kalau Sam berdiskusi mengedepankan fakta sementara ada juga yg berdiskusi untuk sinergi”.

  • Tulisan ini rencananya diposting tgl 11 November 2017 berhubung proses pembelajaran maka melalui berulang kali proses review dan edit semoga tidak mengurangi nilai kejujuran dan maaf jika masih terkandung sarkasme di dalamnya.

5 komentar:

  1. Wah, dari 11 November menjadi edisi 11 Desember ... sepertinya topik tulisan ini cukup 'berat' untuk dipublikasikan ya Sam, but don't worry ... nobody's perfect so are the readers! Keep on writing and shining ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbun, sebenernya gw masih merasa kurang. Harusnya belum dirilis juga tapi ada perasaan juga kalau sudah lebih dari lima kali direvisi sepertinya sudah "ga" jujur lagi. hehe

      Hapus
  2. Nah...ini lebih pas untuk diberi judul PNS JUJUR daripada artikel sebelumnya, Sam....hahahahah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok bisa pak doktor?
      Bukannya kl di artikel sebelumnya gw memposisikan sebagai PNS n di sini sebagai pribadi ya? Hehehe

      Hapus
  3. Nah...ini lebih pas untuk diberi judul PNS JUJUR daripada artikel sebelumnya, Sam....hahahahah...

    BalasHapus