Sawi Hijau

Pagi ini saya melihat tanaman Sawi Hijau yang saya tanam beberapa waktu yang lalu dengan perasaan bahagia. Dari bawah tanah menyembul daun-daunnya tampak berwarna hijau tua, diterpa kilau mentari yang baru saja menampakkan sinarnya menyapu semesta ini. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, saya akan menanam jenis sayur ini.

Masih segar dalam ingatan saya, ketika saya kecil, setiap kali mama memasak sawi hijau dengan tahu, saya akan menggerutu karena menurut saya rasa sawi tersebut pahit dan tidak enak. Ah… mengapa mama masak sayur ini… ujarku setiap kali mama memasak sawi hijau.

Entah mulai kapan tepatnya, saya bisa menikmati rasa sayur sawi hijau ini, sehingga akhirnya saya pun tergerak untuk menanamnya di halaman rumah. Peralihan rasa tidak suka menjadi suka pun saya alami pada sayur pare. Ketika saya kecil saya tidak bisa merasakan nikmatnya rasa pare yang cenderung pahit tersebut. Bahkan, meskipun dimasak dengan udang yang menjadi salah satu lauk favorit saya, tetap saja, saya tidak bisa menikmatinya.

Namun dengan berjalannya waktu, akhirnya saya menyukai sayur pare tersebut. Justru rasa pahitnya itu yang menimbulkan rasa nikmat saat menyantapnya. Entah apa yang membuat saya akhirnya pada suatu masa tertentu justru bisa menemukan kenikmatan dari rasa-rasa pahit atau rasa tidak enak lainnya dari suatu makanan. Mungkin akhirnya saya menemukan rasa ‘nikmat’ tersebut setelah saya pun berevolusi untuk belajar menerima rasa manis dan rasa pahit dalam kehidupan saya.

Jakarta, 29 Maret 2018

6 komentar:

  1. hihihi.... suka sama endingnya :D


    klo saya dulu gak suka sama daun kemangi dan tomat. tapi seiring berjalannya waktu, dimulai dari coba-coba, akhirnya sekarang saya jadi suka. Nah, klo saat ini saya lagi mau cobain sayuran terong ungu yg di masak dengan sambal goreng. Sampe detik ini sy belum suka sama sayuran terong, hiks *malahcurcol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Mas Gun semoga menemukan pesan yang ingin saya sampaikan.

      He he gapapa....curcolnya menambah rame BnD ko.

      Hapus
  2. Saya masih bingung sama org yg suka petai dan jengkol. Di mana enaknya coba???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih komennya Mas Sam, Tuhan itu menciptakan manusia dg sangat beraneka ragam baik sifat maupun wujudnya.

      Demikian juga rasa yg Tuhan berikan bagi tiap2 orang demikian beragam.

      Ada yg diberi rasa suka jengkol dan petai, namun ada pula yang diberi rasa tidak suka.Ada yang tadinya diberi rasa tidak suka namun akhirnya diberi Tuhan rasa suka.

      Namun apapun rasa yg diberi Tuhan kepada manusia, kita tidak bisa menghalanginya.

      Kalau Mas Sam bingung mengapa ada yg suka jengkol n petai mungkin krn Mas Sam tidak diberi rasa suka thd jengkol n petai, karena bagi para penikmatnya, rasa jengkol n petai bisa jd 'surga dunia' buat mereka.

      Hapus
  3. intinya, ketika melihat orang lain bisa suka sesuatu, cari tau apa yang membuat dia suka, jangan mencari tau apa yang membuat kita tidak suka. Kalau pada akhirnya kita tetap tidak suka, itu adalah pilihan. Kalau pada akhirnya kita suka, itu artinya kita sudah berdamai dengan diri kita, dengan perasaan tidak suka yang mungkin selama ini tidak beralasan sama sekali.


    *semoga gak bingung bacanya hehehe

    BalasHapus
  4. Terima kasih komen nya Pak Indra. Semakin menyemarakkan BND dengan memberikan cara pandang dari sudut yang berbeda.

    BalasHapus