Mati


Banyak manusia takut berdiri di atas tanggal berpulang
Tak pernah ada kata siap
Tak ada yang mau untuk jalan duluan
Tangan menengadah senantiasa panjatkan doa
Semua menggantungkan harap berumur panjang

Gelapnya bawah tanah jadi momok imaji
Belum lagi kotak bekal belum terisi
Rentetan pertanyaan malaikat dihafal tiap hari
Bisa-bisa hanya menguap dalam perut bumi

Menangis bergidik saat terbersit dalam renungan
Kelak surga atau neraka jadi teman keabadian
Hitungan amal tampak tak sebanding dengan tingkah berandal
Pertobatan seringnya berasa sambal

Tapi heran,
Kini banyak orang berlama-lama dalam mati
Meskipun sempat dihidupkan kembali
Suara azan lantang berkumandang
Terdengar di telinga, meremangkan mata
Seolah lenyap hingga tertutup fajar

Tapi heran,
Kini banyak anak muda berlama-lama dalam mati
Meskipun sempat dihidupkan kembali
Hardikan orang tua bak bisikan pelan
Sampai-sampai
mentari turut ikut membangunkan

Mereka puas dengan surga sebatas kotak empuk dari kapuk
Lalai atas perintah yang didapuk
Otot kawat tulang besi tak berdaya lawan kantuk
Tak sadar keberadaan neraka bisa membuatnya terantuk
Siksa pedih menghajar hingga meringkuk
Surga abadi jauh meninggalkan di ujung ufuk

2 komentar:

  1. mati dan tidur, matinya hati. saya agak sedikit terganggu dengan kata sambal. Rasa religiusnya jada agak terkontaminasi rasa pedas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, siap, soalnya saya sering tobat sambal, jadi ingatnya sambal, hehehe

      Hapus