Radiokopi

Ini bukan sejenis istilah kedokteran, hanya gabungan kata radio dan kopi. Teman menikmati hari di Sabtu pagi ini.
Betapa ternyata, hanya dengan melalui dua indra, lidah dan telinga, sudah bisa membawa suasana yg berbeda. Pagi 2018 hari ini serasa menjadi pagi pertengahan 1990-an. Hanya secangkir kopi, radio dan aku yang menatap lepas ke jendela.
1990-an, era dimana TV belum menjadi kotak yg begitu menarik dan provokatif menyita waktu kita. Sementara gadget yg kini nyaris merampas kuasa TV bahkan mungkin baru hanya berupa purwarupa. Sebuah era yg jauh lebih tenang dibanding sekarang.
Itulah yg aku rasakan pagi ini. Menyeruput kopi seraya membiarkan radio memutarkan lagu apa saja yg mereka mau. Mataku bebas dari belenggu apa yg harus kulihat atau kubaca. Sesuatu yg tak bisa dilakukan jika kita berteman TV atau gadget. Radio memberi kita kebebasan melakukan hal yg ingin kita lakukan tanpa saling mengganggu sedangkan TV dan gadget begitu menuntut banyak perhatian.
Sebuah ketenangan yg hadir pagi ini dan ingin kusimpan dalam tulisan sebelum ia terenggut oleh gadget karena ingin membaginya dilaman medsos ini. Lalu terbitlah ironi karena aku membagi ketenangan di tempat yg menjadi salah satu sumber keramaian.
Ah, biarlah soal ironi ini, kuserahkan pada kopi untuk menjawabnya.

J061018

3 komentar:

  1. Selamat menikmati kopi di akhir pekan yang tenang 🙂☕️

    BalasHapus
  2. Terima kasih Mba Embun. Sabtu pagi selalu menyenangkan karena libur masih panjang :D..

    BalasHapus
  3. lain kali ngopinya jangan hanya dengan 2 Indra 😅, terima kasih Mas telah menyebut nama saya dalam tulisan Mas

    BalasHapus