Elo, gue, foto kita ...

Sore itu ....
Pukul 14.30 WIB

“Lo yakin mau pake Damri? Kok ya gue gak yakin lo ngerti nanti turun dimana trus naik angkutan apa lagi yang ke arah lo balik?”, tanyamu sarat dengan perasaan khawatir.
Aku tersenyum dan mengangguk sambil berkata, “Bisa, tenang aja, biar gue belajar pake kendaraan umum”.
“Hmmm ...”, gumammu sebelum menarik pelan tubuhku, merangkulku dengan tangan kirimu, sementara tangan kananmu sibuk mengatur kemudi.
Sore itu kita dalam perjalanan menuju ke bandara karena kau ditugaskan dinas beberapa hari ke luar kota.
“Take care on your way back ya, hun ... Keep updating, my phone will be temporarily off along the flight but at least I will know the story of your first journey, taking Damri,” kamu mengerling menggoda sambil tersenyum  dan melanjutkan, “Daaannn ... jangan boong, nanti bilang aman ternyata udah nyasar kemana-mana”, kau memijit ujung hidungku pelan.
“Siaaappp ...”, aku menjawab sambil kembali ke posisi dudukku. “I’ll be fine”, aku balas mengedipkan mata ke arahmu, meyakinkanmu.
“Eh, kita foto yuk ... lumayan ini lampu merahnya 50 detik, bisalah 4 jepret,” usulku sambil mengatur posisi kamera gawaiku, ketika kendaraanmu berhenti pada lampu lalu lintas yang menyala merah.
*****
** We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never losing
Hearts are never broken
And time’s forever frozen still

Kini 4 lembar foto yang kita cetak ketika kepulanganmu saat itu kembali aku temukan di dalam kotak kontainer plastik berukuran sedang. Foto-foto ini terselip rapi dalam sebuah amplop putih yang terjepit diantara beberapa barang kenanganku bersamamu.

Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak menangis, namun tersenyum memandang ekspresi kebahagiaan kita. Aku merasakan kehangatan yang berbeda didalam hatiku yang selama ini dingin mungkin karena terlalu sering dibanjiri air mata. Aku menatap lekat wajahmu dan berkata pelan, “Aku sudah mengikhlaskan semua .... Benar apa katamu, bahwa setiap peristiwa yang kita lalui telah tertulis di lauh mahfuz , tak ada yang perlu disesali,  cukup selalu berharap dan berdoa untuk kebaikan kita berdua ke depannya. Terima kasih karena pernah menjadi bagian terbaik dari hidupku, dan telah mengajariku banyak hal. Aku tidak akan lagi berang kepada Tuhan atas perpisahan kita waktu itu karena aku yakin Dia penulis skenario terbaik dalam hidup kita. Kita sama-sama dikuatkan dalam kesakitan yang luar biasa karena akan ada kebahagiaan yang Dia siapkan untuk kita miliki nanti”.

Aku mengusap foto-foto itu sesaat seperti merasakan hangat wajahmu namun tidak dengan rasa cinta yang salah. Lalu dengan hati-hati menyelipkannya kembali ke dalam amplop putih yang warnanya sudah sedikit menguning karena debu.
*****
*** Loving can hurt, loving can hurt sometimes
But it’s the only thing that I know
When it gets hard, you know it can get hard sometimes
It is the only thing that makes us feel alive



*** Photograph by Ed Sheeran

1 komentar: