Harga sebuah Mahar

Jumat,
Pukul 10.15

Rumput Jepang di atas gundukan tanah yang menyimpan jasad Mamanya sudah bertambah rimbun di Jum’at ke 7 ini. Seperti biasa, Puti bersimpuh memanjatkan doa lalu sejurus kemudian mengusap mukanya sebagai akhir dari munajatnya.

“Ma ... senang-senang di surga ya, Puti disini baik-baik aja kok. Ibu kost juga baik banget sama Puti. Hampir tiap hari dia kasih makanan, buah-buahan trus suka ajak Puti jalan-jalan juga Sabtu atau Minggu sore.

Malam ini, Ko Feri mau ajak Puti dinner, katanya mau bahas rencana pinangan skalian. Dia sudah bersedia jadi mu’alaf. Mama jangan sedih kalo Puti nanti sudah menikah, Puti ga bakal lupain Mama kok, setiap Jumat Puti bakal jengukin Mama terus. Oiya, nanti Puti juga mau bilang ke Ko Feri buat betulin rumah Mama yang atepnya ambruk, dipugar abis, sama bikinin taman bunga di halaman. Ibu Yusuf, penjual tanaman di kompleks kita sudah Puti bilangin juga, nanti begitu rumah sudah dibetulin, taman Mama sudah rapih, Puti mau beli macem-macem tanaman obat dan tanaman hias yang waktu itu Mama sempet catetin.

Puti pulang dulu ya Ma ... Mama makan yang banyak di surga, minta buah-buahan yang enak-enak sama malaikat. Puti kangeeenn banget sama Mama. Tapi Allah kaya’nya mau gantian nemenin Mama,” Puti tersenyum menatap pusara Mamanya.

***
Pukul 19.40

Puti terlihat cantik dalam balutan dress warna coklat muda. Dia tampak jauh lebih muda daripada usianya yang telah menginjak 38 tahun. Saat ini, dia sedang menikmati makan malam bersama Feri, seorang duda keturunan Cina yang dalam 1 bulan belakangan ini dekat dengan Puti.

“Ko Feri serius mau melamar aku?”, Puti memulai percakapan setelah menghabiskan puding buah sebagai makanan penutup.

“Iya donk, aku sudah bosan menduda Put, dan kamu gak usah khawatir tentang perbedaan keyakinan kita. Keluargaku tidak mempermasalahkan itu. Aku bersedia menjadi mu’alaf sebelum ijab kabul,” mata Feri berbinar. Lalu melanjutkan,”Kamu bersedia ‘kan Put menerima lamaranku?”, tanyanya penuh harap.

“Iya Ko, tapi dengan syarat. Aku mau sebelum menikah, Koko bantu memperbaiki rumah Mama, paling tidak sama dengan tetangga kompleks. Rumah kami terlihat paling kumuh diantara deretan rumah-rumah lain yang sudah pada direnovasi. Setelah rumah mama beres, sebagai mahar pernikahan, aku minta dibelikan 1 rumah baru yang harganya minimal sepadan dengan rumah mama setelah diperbaiki nanti. Karena aku mau mama tenang dan senang ngeliat aku disini bisa punya rumah bagus, tidak seperti mama yang bertahun-tahun harus bertahan tinggal di rumah tua sampe ambruk”, Puti berkata sambil memandang lekat wajah Feri.

***
Pukul 20.35

Puti menatap bentangan keramaian kota dari balik kaca jendela mobil online yang dia pesan beberapa menit yang lalu. Wajahnya berbalur duka. Seketika, lamunannya membawa ingatan Puti pada puluhan laki-laki yang semua gagal menerima syarat yang diajukannya sebagai mahar pernikahan. Tiba-tiba, Puti merasakan sesuatu yang nyeri di dadanya, lalu bergumam pelan, “ Ma ... gagal lagi. Maafin Puti ya Ma masih belum bisa memenuhi janji Puti untuk bikin mama bahagia”.

***As long as I live I love you,
Will have and hold you,
You look so beautiful in white, tonight ...

Entah hingga kapan angan Puti akan sebuah pernikahan harus dia kesampingkan demi harga mahar yang ingin dipersembahkan untuk mama  ....

***You are beautiful in white -- Westlife



Tidak ada komentar:

Posting Komentar