Tampilkan postingan dengan label Ekpan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekpan. Tampilkan semua postingan

LUGU

Di pasar, berjajar pedagang

menjajakan kebenaran

dengan suara kencang


Para langganan berbondong datang

memborong kebenaran

tanpa bertanya, langsung percaya

sesuai selera


Aku, orang baru

coba menawar satu persatu

berharap bertemu yang benar-benar benar, 

Dasar lugu!



MENUNGGU AZAN PULANG

Butiran letih mulai menderas menyusuri larik-larik hijaiyah,
menyebab kering jalanan makan yang belum disiram lagi
semenjak fajar mengumandangkan ajakan surau
yang sudah bangun dari ujung sepertiga malam.

Saat mentari melongok di atas Rumah,

lelah masih sibuk membalik-balik lembaran Tuhan

yang dijanjikan makin tebal,

merangkai bunyi lirik-lirik langit dengan liukan indah irama rima-rimanya.


Surya pamit undur diri karena tidak boleh pulang terlalu malam,

mengetok pintu kamar yang berpesan: jangan ganggu orang di dalam,

membangunkan mukena putih dengan bawahan jarik lurik-lurik

yang belum sempat tidur dari pagi,

memandang jauh ke ruas-ruas di balik jendela: cemas.


"Engkau menunggu siapa? tergurat gelisah"

"Azan Magrib, kemarin dia datang sebentar, lalu pergi lagi"

"Aku takut dia lupa jalan pulang"


Surya akhirnya melangkah pulang ke garis benam,

naik kendaraan tua berwarna jingga,

knalpotnya nampak menyemburkan awan

yang nanti perlahan hilang disapu legam malam.


"Aku pulang!"


Azan Magrib sudah berdiri di halaman Rumah

diantar toa surau yang parau,

membawa tiga butir kurma,

menenteng segelas teh manis hangat,

dan kresek tipis bening membungkus kantong kertas lecek,

menyembunyikan kejutan yang tidak mengagetkan: seperangkat gorengan,

dibayar tunai.


SEPANJANG MINGGU

anak-anak kecil riang berkecipak air,
siram-siraman hingga kuyup
membasahi tawa lepas,
yang sepanjang minggu kering

ayahnya keluar rumah dan ikut-ikutan,
mengguyur ke sekujur tubuh yang menenteng laptop,
senyum aslinya menyungging,
yang sepanjang minggu diinjak-injak oleh senyum akting

ibunya merangsek lari bergabung,
membiarkan air berpendar mengitari lenggok rambutnya,
dengan memeluk laptop
bahagia merona membuncah 
yang sepanjang minggu disumbat merana

anak-anak kecil kalang kabut 
"nanti laptopnya rusak!"
anak-anak besar malah girang sambil berpagut, 
"biarkan mereka sejenak mandi, setelah sepanjang minggu gerah kepanasan"

siangnya, anak-anak besar berpandangan,
gawat, laptopnya gak mau nyala,
"apa masuk angin?"
"mustahil, mereka ini tahan banting!"
"pasti mereka bisa tidur nyenyak sekarang"
"terus kita harus bagaimana?"
"nanti kalau sudah kering juga siuman"

Besoknya, laptop-laptop itu sudah kering, kembali menyala dipenuhi senyum banyak orang yang berjajar terpaksa,
ditemani deretan kata yang diketik mengikuti pola

bersamaan dengan tawa anak-anak kecil yang kerontang kering
dan bahagia anak-anak besar yang terang merana

selamat datang lagi, sepanjang minggu!



GADIS KECIL BERPONI


Denting di dinding berhitung sepuluh kali

Mengagetkan sepi dan gadis kecil berponi


sedang menabur bunga berbahan lego

sembari komat kamit merapal

membetulkan letak nisan dari bantal

bungkuk menuliskan: Nina Bobo


kemudian dua pelayat datang

dengan tawa ceria

laki-laki dan perempuan, dari balik meja

membawa kembang karangan

berhias penat keringat

tersemat ucapan:

"lagi main apa, Nak?"


gadis kecil berponi,

matanya sudah berpakaian serba hitam

meringkuk peluk

menyanyi sendiri.