Tampilkan postingan dengan label GunungKecil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label GunungKecil. Tampilkan semua postingan

Ada Aku Disini


Ketika sayap tak cukup tinggi membawamu terbang menari nari..
Meninggalkan bumi dan semua yang pernah menyakiti…
Turunlah kembali,
Ada aku di sini…
Dengan cerita aku juga bisa membawamu menari nari..
Dengan dekapan hangat aku bisa membawamu terbang tinggi..
Tak perlu Peri untuk mengobati perih..
Tak perlu Dewa untuk mereda kecewa..
Ada aku di sini..




kita

Kucari bayangmu disana..
Diantara gugusan pulau, dibatas senja..
Kutemukan senyummu terasa manja..
Apakah kau rasakan juga dinda..
Kebersahajaan ini adalah kita..
Menikmati anugerah Illahi bersama..
Meski aku disini kau disana..

Kab Kampar, 20122019

malam jumat yang terlewat

Hari ini hari jumat..
Entah mengapa aku merasa kepalaku berat..
Namun tenaga dalam tubuh terasa meluap-luap..
Akan kusalurkan kemana rasa semangat..
Ah kupakai untuk badminton saja dengan sahabat..
Dan akan aku smash kuat-kuat..
Melepaskan banyak energi yang mencuat..
Tapi mengapa energi ini begitu banyak di hari jumat..
Mungkin karena malam jumat yang terlewat..

Juanda-Bogor, 13122019

sabar dan tunggulah, Yang..

Kemarin dan hari ini aku gak ngantor lagi, Yang..
Karena ditugaskan rapat di Palembang..
Untuk kesana harus terlebih dahulu terbang..
Kalau boleh berterus terang..
Ada berat di hati kurasakan, Yang..
Karena harus meninggalkan kamu seorang..
Andai saja kamu bisa ikut, Yang..
Betapa menjalankan tugas akan sangat mengasyikkan..
Namun aku dan kamu memang harus bersabar, Yang..
Karena ini adalah bagian dari kehidupan..
Tunggulah, Yang..
Aku akan kembali pulang..
Dan sambutlah aku dengan senyum yang mengembang..

BandaraSoetta, 101219

kau seperti mie instan

Hari ini aku gak ngantor..
Karena ditugaskan ikut rapat di Bogor..
Tapi walau tubuhku di ruang rapat..
Senyumnya dalam pikirku tetap lekat..
Maafkan aku pimpinan rapat..
Meskipun ragaku di ruang ini bersamamu..
Tapi pikirku bersamanya di ruang rindu...
Tak bisa kutepis bayang itu..
Andai dapat ku andaikan tentang dia..
Seperti mie instan rebus yang menggoda..
Baunya saja sudah cukup menggetarkan dada..
Tak dapat ku tolak untuk mencicipinya..
Bahkan saking candunya..
Bisa kuhabiskan porsi dua..

Swissbell Hotel, Bogor, 06122019

Mantra-mu Membahagiakan-ku

Biasanya.. aku sudah terkapar di kereta..
Selepas mengajar seharian di kampus tercinta..
Tapi hari ini berbeda..
Tak kurasa lelah mendera..
Tak kurasa kantuk menerpa..
Entah mengapa..
Mungkin karena tadi siang kau ucapkan mantra-mantra..
Simsalabim, abrakadabra..
Seketika langit kalbu menjadi cerah..
Simsalabim, abrakadabra..
Seketika hatiku bahagia tak terkira..

Di atas Commuterline Tanahabang-Bogor, 05122019

Senyum-mu

Aku senang menikmati semua yang ada di hadapan..
Baik itu indahnya pemandangan..
Sedapnya makanan..
Nikmatnya minuman..
Ataupun wajah tampan..
Eh lho, kok wajah tampan..?
Maksudku wajah wanita tampan..
Eh bukan..
Maksudku wajah wanita rupawan..
Apalagi wajah kamu yang aku idamkan..
Sungguh.. beri aku waktu luang..
Untuk menikmati senyummu yang menawan..

Di Commuterline Juanda-Bogor, perjalanan pulang kantor, 04122019

kau, aku dan jarak itu

Kau berdiri membelakangiku..
Seakan hendak menegaskan kau akan meninggalkanku
Ingin ku kejar dan ku dekap..
Membalikkan badanmu dan menyergap indahmu..
Tapi kakiku kaku..
Tak sejengkalpun jarak berkurang antara kau dan aku..
Sunyi diantara kita menambah sepi bisu..
Tapi ku tau ada rindu..
Yang sulit untuk dipuaskan waktu..
Kenangan masa lalu malu-malu berlalu..
Kau indah seindah khayalku..
Kunikmati hati-hati sampai nanti..

Diatas commuterline Juanda-Bogor, 02122019

Kenanglah Ini, Untuk Nanti


Kenanglah ini, untuk nanti..
12 September 2019.. saat ini..
Di Kecamatan Samboja Bukit Bangkirai..
Aku berdiri di atas jembatan gantung diantara dua pohon besar Bangkirai..
Diketinggian 30 meter diatas tanah..
Pemandangan hijau dedaunan dan segarnya udara menyejukkan hati..
Memberi terapi dan pengajaran pada rohani..
Mungkin nanti..
20, 25 atau 30 tahun lagi..
Andai, jika, kalau, Ibukota RI jadi berpindah di sini atau tidak jauh dari sini..
Mungkin jembatan gantung ini masih ada..
Namun pohon besar Bangkirai tempat digantungkannya jembatan ini akan berganti..
Jembatan ini akan digantungkan diantara dua gedung tinggi..
Dan pemandangan hijau dedaunan hutan akan berganti..
Menjadi kilatan silau kaca jendela pantulan matahari..
Udara segar mungkin sudah tak lagi dapat kau nikmati...
Karena mungkin akan bercampur dengan polusi...

Samboja, 12092019

Cinta Tak Sampai

Meski hanya dari jauh kau bisa kulihat..
Meski hanya bisa ku tatap tanpa bisa ku dekap
Meski rindu hanya berbuah tunggu..
Meski hanya bisa kukagumi keindahanmu..
Tak mengapa
Aku rela menjaga rasa
Sampai bila dunia ku fana
Menerbangkan sisa sisa asa
Tak mengapa
Meski hanya di alam khayal
Dapat ku nyatakan cinta syahdu


TanjungBongo, Galela Halut, 14122018

Yang Tak Tersampai Padamu

Jika memang tak terkatakan padamu
biarlah kuceritakan saja pada alam
pada air laut yang melukiskan langit biru
pada daun yang menari dalam buaian angin
pada laba-laba yang termangu dalam sarangnya
meski telah lama ianya berlalu
semuanya tetap indah
walau tak mengapa tiada arti bagimu
semuanya tetap menjadi kenangan
walau tak mengapa tak menjadi kenanganmu
indah ini kan kusimpan dalam hati
kan ku jaga sungguh sepenuh hati
semoga abadi meski hanya dalam mimpi

Tanjung Bongo, Galela Halut, 141218

aku hilang

Aku disini terdiam
Meraba suara ombak yang mengunjungi karang kecil di pantai
Meraih sejuk angin yang mencium semua yang dilaluinya
Hijau Biru nya air laut turut mewarnai suasana hati
Indahnya ikan berwarna warni seindah cinta ini
Membawa bahagia dan berharap selamanya
Disini, saat ini..
Ego dan ke-akuan-ku hilang lenyap
melebur hanyut dalam ketakjuban

Pantai Jikamalamo, Ternate 131218

Rindu

ada kala di suatu masa
aku menyengajakan diri terbuai dalam mimpi
melarutkan lamun yang coba aku himpun
aku ingin menitipkan angan kepada angin
agar menjadi tinggi juga tangguh
agar paham tak jadi hampa
agar bertemu nyata tanpa bertamu tanya
agar kisah menjadi kasih
agar cinta tak hanya karena cantik
tapi bersama memulaikan untuk memuliakan
ada kala di suatu masa
wajah sayang selalu terbayang
menghadirkan indah yang tak ingin pindah
menghadirkan buai yang tak ingin usai
meski tak lagi mungkin bersanding
karena masa tak lagi sama

Rindu, 120718

Akhir Kebersamaan

Hari ini... sepekan sudah perpisahan kita...
kau pergi untuk selamanya...
semuanya harus berakhir, kebersamaan kita ternyata tak bisa dipertahankan lagi... 
kau pergi untuk selamanya...
Aku akan lanjutkan hidup ini tanpamu lagi...
Meski aku mencintaimu, dan ku tau kau juga mencintaiku...
Namun takdir berkata lain, perpisahan ini harus terjadi...

Tuhan, ku tau Kau ciptakan dia hanya untukku...
ku tau Kau takdirkan dia untuk mendampingiku...
tapi Tuhan, mengapa tidak Kau takdirkan dia untuk mendampingiku sampai akhir hayatku..??
sakit yang menggerogotimu yang akhirnya terpaksa memisahkan kita..
bahkan dokter-dokter ahli itupun sudah angkat tangan, tidak bisa menyembuhkanmu untuk tetap dapat mendampingiku..

aku tau, ini semua adalah takdir Tuhan.. yang tak seorangpun dapat mencegahnya..
bahkan cinta kita dan sekian lama kebersamaan kita pun tak berdaya..
kau harus pergi.. pergi untuk selamanya.. kau tak kan kembali..
dan tak kan ada yang bisa menggantikanmu.. kau tak tergantikan.. tak kan..!!!

dan sepekan lalu, ketika dokter-dokter ahli itu mengatakan padaku, bahwa perpisahan kita akan terjadi.. 
pikiranku melayang.. membayangkan orang-orang tersayang.. wajah anak-anak yang masih kecil.. aku sedih... aku takut...
tapi semuanya memang harus terjadi..
kau harus pergi, pergi untuk selamanya...
kau tak kan kembali, dan kau tak kan terganti...
terima kasih atas semua jasamu telah menemaniku selama ini..

aku akan lanjutkan hidup ini tanpamu..
selamat tinggal "Appendix Vermiformis" -ku sayang...
ku akan selalu mengenangmu...

Jakarta 230513

Mungkin Ya, tapi Tidak..




Mungkin Ya, tapi Tidak..


Ketika kau katakan bahwa kamu adalah wanita biasa..
Maka ijinkan ku katakan, mungkin ya, tapi tidak..
Bagiku kau luar biasa..

Ketika kau katakan bahwa kamu adalah sama dengan wanita lain pada umumnya..
Maka ijinkan ku katakan, mungkin ya, tapi tidak..
Bagiku kau berbeda..

Bahkan kalau kau merasa tak indah rupawan..
Maka ijinkan ku katakan, mungkin ya, tapi tidak..
Bagiku kau cantik jelita..

Dengarlah bidadariku..
Aku tak peduli pada, mungkin ya bagi orang lain..
Resapi dan peganglah, tapi tidak bagiku..

Dengarlah pujaanku..
Dengan sentuhan cinta, yang biasa bisa jadi luar biasa..
Dan dengan sentuhan yang sama, yang sama jadi berbeda..
Cinta membuat kau cantik jelita..

Maka cukuplah kau berkata tentangmu..
Biarkan aku yang meraba dan merasa..
Biarkan kau dan aku terbang, melayang, kepayang..
Dan nikmatilah cinta kita..

Jakarta, 220120

"Cinta + Nafsu = + 1"


"Cinta + Nafsu = + 1"

Suatu ketika, kala itu..
Berpacu rindu dalam waktu..
Di peraduan mengharu biru..

Samar kulihat tatap sayu..
Detak jantungku kian berpacu..
Seiring detik yang terus berlalu..

Seketika, lalu..

Kuciumi aroma alami tubuhmu..
Bangkitkan cinta-nafsu..

Seketika lalu..

Cinta-Nafsu, mengalun syahdu..
Cinta-Nafsu, malu-malu..
Cinta-Nafsu, mengebu-gebu..

Simponi birahi, bernyanyi-nyanyi..
Membangkitkan gairah insani..

Cinta-Nafsu, ingin menyatu..
Cinta-Nafsu, akhirnya nambah satu..



Rapuh



Pernahkah kau merasa walau sekilas..
Ketika cintamu tak terbalas..
Jalan yang kau hadapi terlihat ganas..
Kering, keras dan panas..
Pohon-pohon meranggas tampak beringas..
Seperti akan melumat dan menindas..
Tubuh terseok lemas..
Jiwa menjadi kerdil dan malas..
Daya terasa sangat terbatas..
Tak beda lagi antara samar dan jelas..
Memohon memelas..
Meradang meremas..
Inginkan yang pintas..
Segera melintas..
Hati yang rapuh akan kandas

Rapuh, 02122019

Bukan Puisi atau Misteri

Assalamualaikum wr. wb.

Saya ingin membagi pengamalan saya, yang hampir tertipu, semoga dengan membaca cerita ini pembaca tidak tertipu dengan orang yang menggunakan modus ini.

Pada hari Rabu pagi tanggal 15/08/2018, saya di telpon orang yang mengaku bernama Joko Susilo (selanjutnya akan disebut Jolo), -kalau nelpon pakai nomor HP 081294085309- yang berencana akan menyewa mobil berikut supir untuk keperluan liburan di Puncak Bogor selama 5 hari, terhitung tanggal 20 s/d 24 Agustus 2018. Singkat cerita setelah tawar menawar, tercapai kesepatan harga, dan lewat telpon Jolo mengatakan akan memberikan uang muka/DP, padahal saya tidak meminta. Jujur saya sempat kagum plus sedikit heran, saya gak minta DP tapi dia yang duluan bilang akan memberi DP.

Siang sekitar jam 11.40, lewat whatsapp (wa), -kalau wa pakai nomor HP 085697161168- Jolo memberikan foto KTP, hal ini juga membuat saya heran, toh saya nggak minta foto KTP. Ini KTP yang dia berikan, tapi sudah pasti bukan KTP dia sendiri.. KTP nya juga sudah expired.

Lewat wa, si Jolo juga meminta info ke rekening mana dia bisa transfer untuk pembayaran DP. Lalu saya berikan rekening atas nama saya sendiri. Sekitar jam 14.49, Jolo mengatakan sudah transfer dan memberikan bukti transfernya seperti ini :

Sekitar satu jam kemudian si Jolo menelpon dan menanyakan apakah sudah masuk transferannya, saya jawab belum dengan memberikan foto historis transaksi terakhir pada rekening saya. Jolo kemudian mengatakan akan menelpon layanan BRI Call Center 24 jam untuk mengurus hal ini, meskipun sempat saya katakan, sudah Pak, nggak perlu repot-repot, toh nanti akan masuk juga, tapi Jolo tetap ngotot untuk menyelesaikan saat itu juga.

Sepuluh menit kemudian Jolo menelpon saya dan mengatakan akan menyambungkan saya dengan BRI Call Center 24 jam untuk menjelaskan kondisinya, dan meminta saya untuk tidak menutup telpon, meskipun dalam hati saya masih bertanya, ngapain sampai repot amat menyambungkan telpon antar Jolo dengan BRI - dengan- antara Jolo dengan saya, tapi saya masih tetap ikuti saja... karena memang saya kan jual jasa, jadi tetap harus bersikap baik dengan costumer.

Lewat suara speaker HP saya, terdengar dari sebarang sana suara pria lainnya yang berbeda suaranya dengan Jolo, "Selamat malam, saya Alvian dari BRI Call Center, ini saya lihat di sitem kami, memang benar ada transfer dari BRI ke BNI, dari Bapak Jolo ke Bapak Muhammad Iqbal sebesar 1 jta rupiah, tapi memang belum masuk ke BNI nya, karena ada kendala sistem di BRI. Ini mungkin butuh waktu 2-3 hari, tapi Pak Jolo keberatan, karena ada bisnis yang harus diselesaikan. Ini boleh saya bantu untuk transfer manual saja, Bapak ada rekening lain..?"
"Ada" jawab saya. Dalam hati saya bertanya-tanya, emang ada ya istilah transfer manual, apalagi dari petugas BRI nya langsung..
Dia kemudian nyerocos lagi, "Tapi karena ini transfer manual jadi berbeda dengan transfer normal, kalau transfer normal saldo nol rupiah pun di rekening tujuan itu bisa, tapi karena ini transfer manual minimal saldo pada rekening tujuan adalah 1 juta rupiah"
Wow, early warning system dalam otak saya langsung bekerja, ada kejanggalan yang sangat tidak biasa.. (emang ada ya janggal yang biasa).. ini harus ekstra hati-hati, dan suspect modus penipuan.
Dia bertanya lagi, "Bapak ada rekening lainnya dengan saldo minimal 1 juta?"
"Ada Mandiri"
"Saldonya lebih dari 1 juta..?"
"Iya", jawab saya.
Kemudian dia minta saya mengirimkan nomor rekening tujuan yang baru untuk transfer manualnya. Meski sudah semakin bertambah besar kecurigaan saya, namun tetap saya kirimkan rekening Mandiri atas nama saya.
"Baik, Bapak tunggu sebentar, ini saya akan langsung transfer manual, beberapa saat lagi Bapak bisa cek", kata dia dan telpon pun dimatikan.

Sepuluh menit kemudian, Jolo menelpon lagi, memberiitahu kalau sudah dilakukan transfer ulang ke rekening Mandiri, dan meminta saya untuk segera mengecek di ATM Mandiri. Saya jawab, kalau saya punya sms banking, yang bisa melaporkan jika ada transaksi, namun sampai saat itu belum ada sms masuk. Kemudian Jolo dengan sedikit memaksa menyarankan saya untuk ke ATM Mandiri, saya menurut juga meskipun sudah merasa curiga dan meraakan banyak kejanggalan. Saya juga menanyakan booking tiket pesawat SUB-CGK yang Jolo janji akan menginformasikan sore atau malam, namun jawaban dia, istrinya masih di luar kota, sehingga menunggu istrinya pulang baru akan booking, mungkin besok pagi katanya.

Sampai di ATM Mandiri, saya langsung cek dan ternyata tidak ada transfer dana masuk. Saya konfirmasi ke Jolo via wa bahwa tidak ada dana masuk. Seketika itu juga Jolo langsung menelpon saya, dan mengatakan akan kembali menyambungkan saya dengan petugas BRI Call Center, beberapa jenak kemudian sudah terdengar kembali suara dari seberang sana, suara yang vokalnya terkesan diatur supaya mirip dengan CS sesungguhnya.

"Halo Bapak Iqbal, ini Alvian kembali Pak, dari BRI Call Center, Bapak sudah cek belum masuk..?"
"Iya, belum masuk sampai sekarang.."
"Oke, sekarang coba Bapak masukkan kembali ATM nya, dan masukkan PIN nya, hati-hati Pak, ketika masukin PIN tolong ditutup pakai tangan kiri, jangan sampai PIN terlihat oleh orang lain.."
Behh... sok care banget nih orang, dia kira ketika dia ngasih nasehat gitu menjadikan saya yakin itu dari petugas asli Bank apa.. bahkan sebaliknya, itu membuat saya lebih yakin bahwa yang menelpon ini adalah petugas palsu, dan oknum yang bermaksud melakukan penipuan yang akan menguras isi saldo saya. Saya masukin atm ke mesin atm, tanpa mendengarkan ocehan dia di HP, karena HP saya jauhkan dari telinga, bahkan dengan sengaja saya mengajak ngobrol dengan teman yang kebetulan melintas dekat saya, saya lakukan itu supaya saya tidak terlalu fokus dengan instruksi atau ucapan dia lewat hp. Saya masukkan 2 nomor pertama dari pin atam saya, lalu saya jeda 15 detik, kemudian 2 nomor pin berikutnya dan jeda lagi. Saya lakukan itu untuk pengamanan saja, entah mengapa feeling saya bilang gitu.. hehe..
Setelah saya cek saldo, dan tidak ada dana masuk, saya langsung katakan belum ada dana masuk. Lalu dia mengatakan akan melakukan transfer ulang, mungkin 15 menit lagi bisa cek kembali. Telpon diputus.

Karena saya sudah curiga, untuk langkah pengamanan, segera saya pindahkan saldo yang ada di rekening Mandiri ke rekening saya yang lain, saya hanya menyisakan 100 ribu.

Jam 20.00, Jolo menelpon kembali dan mengatakan bahwa sudah dilakukan transfer ulang secara manual, dan meminta saya mengecek kembali ke ATM Mandiri. Saya katakan saya sudah di kereta kommuter dalam perjalanan pulang ke rumah dari kantor, lalu dia bilang nanti di cek saja ke ATM terdekat sesampainya tujuan. Saya masih saja meng-ok-kan anjuran Jolo.

Sesampainya di Alfamidi dekat Stasiun tujuan saya, saya langsung mengecek ke ATM Mandiri, dan tidak ada penambahan dana, saya wa Jolo mengatakan belum masuk. Kembali lagi, seketika itu dia menelpon, baik Pak, ini saya sambungkan lagi dengan petugas BRI nya.. Saya sudah mulai kesal dan berniat mengakhiri saja usaha penipuan mereka..
"Halo Pak Iqbal... coba sekarang Bapak masukkan kembali ATM Mandirinya Pak.." kata orang yang mengaku bernama Alvian.
"Pak, saya ini pakai mobile banking, jadi kapanpun saya bisa mengecek saldo rekening saya lewat HP, saya tidak harus ke ATM untuk mengecek saldo saya.. kalau..." nada bicara saya sedikit mulai meninggi dan bicara saya belum lagi putus, tiba-tiba..
tutss..... telpon diputus secara sepihak dari seberang sana... Nah lho.. ketahuan.. penipuan..

Saya yakin seyakin-yakinnya mereka kesal karena sudah merasa mendapatkan korban yang sudah beberapa kali mau dituntun menuju ATM.. haha.. 

Nomor telpon HP yang dipakai buat nelpon sudah tidak bisa dihubungi lagi, profil wa juga sudah langsung diganti, dan saya wa tidak dibalas lagi.. padahal wa saya cuma nanya.. "Sudah jadi booking tiketnya Pak..? Penerbangan jam berapa dan naik apa..?"
tidak ada balasan..

Pelarian

Dari tempat aku duduk, melalui jendela setengah kusam ini, kulihat mobil-mobil terparkir rapi dibawah sana, orang-orang terlihat kecil berjalan di koridor merah.. Diseberang tempat aku duduk ini, terlihat Gedung Menara Era, Allson dan Dhanapala berdiri tegak, angkuh mencoba menggapai awan.. Pikiranku melayang.. Sementara pembicara yang duduk di depan sana terlalu berisik, ngoceh terus entah membicarakan apa.. aku penat, sumpek dan ingin lari...

Ataukah kubuka saja jendela ini, mencoba lari dari keadaan sekaligus mencoba belajar terbang..?
pastilah burung-burung itu akan menertawaiku, mereka pasti akan secepatnya bergosip, "eh, ada manusia tak punya sayap, mencoba belajar terbang.." mereka pasti akan tertawa lebar melihat aku yang pasti terjatuh dari lantai 9.. Bahkan dengan semangatnya mereka akan mengabarkan kabar ini pada angin, pucuk-pucuk cemara dan lampu indah di taman kota.. Aku akan jadi berita bukan hanya di koran dan televisi tapi juga gosipan kupu-kupu pada bunga, ranting kayu pada daun, angin pada gedung-gedung tinggi atau bahkan obrolan Monas pada Stasiun Gambir..

Dan pembicara itu masih dengan semangatnya berteriak-teriak mengatakan sesuatu yang bahkan aku sendiri sangat tidak ingin mendengarnya... Aku menggerutu, "Huh.. benar-benar semena-mena orang ini.. seenaknya mengganggu kuping orang lain...". Klek.. Ku coba buka jendela, gak bisa.. jendela ini terkunci.. Huft.. untunglah terkunci.. takut juga aku belajar terbang dari jendela gedung lantai 9...

Hmm.. sekilas terlintas dalam benakku, satu tempat yang bisa untuk sementara menyelamatkanku, TOILET... hmmm, bisa jadi toilet untuk saat ini adalah tempat yang lebih indah dari ruangan ini.. sambil aku berdoa dalam hati semoga BAU di sana tidak memperkosa hidungku.. Aku pun melangkah ke toilet, dan benar.. toilet ini ternyata terlihat lebih indah dari ruangan tadi, lebih nyaman, baunya juga harum.. Harum..??? Emang ada..??? ya, kenapa tidak? emang dikira gak ada apa, toilet yang baunya harum..?? banyak lagi.. weekkk...!!! kataku dalam hati ngobrol sendiri... dan yang paling penting, suara orang yang semena-mena mengganggu kupingku tadi tidak sampai ke toilet ini... toilet ini sepi, tidak berisik.. damai rasanya...

Hmm.. jadi betah di toilet ini.. berdiri diam sekaligus berdiam diri di sudut toilet, dan sibuk membuat komentar di FB ataupun BBM-an dengan teman-teman.. 10 menit dalam kesunyian, tiba-tiba masuk salah satu peserta sosialisasi.. hahaha.. aku inget banget nih orang.. duduk dideretan kursi baris ke-4 di depanku... aku inget banget.. karena dari tempatku duduk diruangan tadi kalau aku melemparkan pandangan ke depan, dengan atau tanpa perhatian sekalipun, pastilah akan tertumbuk pada sesuatu yang menyilaukan.. ya pantulan sinar lampu diruangan dapat terlihat jelas pada kepala orang ini... hehehe...

Orang ini, yang aku gak tau namanya dan juga sama sekali tidak punya niat ingin tau namanya, begitu masuk toilet, langsung menuju kotak putih yang menempel di dinding ruangan toilet, kotak yang dimaksudkan untuk menampung keperluan orang banyak, keperluan yang tidak bisa diwakilkan tentunya, kotak yang walaupun aku yakini berharga mahal tetapi hanya digunakan untuk menampung campuran senyawa air, urea, garam dan amoniak... Sambil berdiri menghadap kotak, orang ini menoleh ke arahku.. Huh...!!! ngapain noleh-noleh dulu..?? jangan berprasangka aneh-aneh ya..? aku disini bukan untuk ngintip cowok pipis... gak sudi tau..!! apalagi ngintip cowok kayak kamu, sangat gak sudi...!!! Kau bayar pun aku ogah...!!!

Aku di sini, berdiri di sudut ruangan toilet ini, hanya untuk mencari tempat pelarian dari sumpeknya ruangan sosialisasi.. tempat ini, ruangan toilet ini, masih lebih baik dari ruangan sosialisasi ber AC tadi, meskipun karena itu, kamu, hai orang yang berkepala menyilaukan, jadi berprasangka ke aku.. aku gak peduli.. asal kau tidak menggangguku, aku gak peduli.. bahkan kalaupun kau pipis miring sambil mengangkat kaki satu pun aku gak peduli...atau pipis tanpa buka celana aku juga gak peduli, lebih gak peduli malah.. toh itu celanamu.. bukan celanaku...

Meskipun mataku ke arah Blackberry yang aku pegang, tapi dari jangakuan pandangan yang masuk dalam retina mataku, kau dan kepalamu yang menyilaukan itu masih terlihat.. dan samar-samar terlihat gerakan tanganmu menurunkan resleting celana... sreet... kau alihkan pandanganmu dari menatapku kearah bawah, hmm.. mungkin kau ingin memastikan sudah dalam posisi yang tepat atau belum.. 

Oh, pelarianku yang terganggu...


*catatan pada 28 Februari 2012

Sosok Hitam Berjubah Hakim

Sosok yang mengenakan pakaian jubah hakim itu berdiri di trotoar seberang jalan, dengan payung hitam yang menutupi wajahnya, keremangan cahaya serta gerimis hujan, membuat saya tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya. Hanya terlihat gelap, namun entah mengapa saya merasa sosok itu melihat tajam kearah saya, saya terpaku dalam usaha melihat lebih jelas kearah wajahnya, dan perlahan-lahan sosok itu seperti melayang semakin mendekati saya, sampai beberapa jenak kemudian... srrooottt.... saya terkaget sendiri dengan suara air bercampur udara dalam aqua gelas yang saya pegang, yang habis saya minum melalui sedotan kecil.. saya seperti bangun dari hipnotis, seperti baru tersadar, dan saya lihat sosok itu kembali ke tempatnya semula, berdiri di pinggir jalan...

Kisah nyata ini saya alami pada tahun 1998, bulan dan tanggalnya saya sudah tidak ingat lagi. Kisah ini mirip dengan peristiwa yang saya alami pada cerita “Wanita Berpayung Merah”. Saya juga sudah tidak ingat lagi peristiwa mana yang lebih dahulu terjadi, peristiwa yang akan saya ceritakan ini ataukah wanita berpayung merah yang sudah saya ceritakan lebih dahulu.

Malam itu, seperti biasa, saya kembali membantu Bapak Velmer Moningka menyelesaikan pekerjaan beliau di Seksi Perbendaharaan 1. Selain dapat makanan gratis dan tambahan uang jajan, saya juga mendapat pengalaman penyelesaian pekerjaan pada Seksi Perbendaharaan. Selepas kuliah D3 Perbendaharaan Negara pada tahun 1997, lalu ditugaskan pada KPKN Ternate pada akhir tahun 1997, tentu saya belum punya pengalaman bekerja, sehingga membantu Bapak Velmer di Seksi Perbendaharaan 1 pada awal-awal bekerja menjadi tambahan ilmu dan pengalaman bagi saya.

Jam di dinding telah menunjukkan pukul 02.30 dini hari, hujan pun telah mereda, menyisakan gerimis dan angin yang bertiup pelan. Mungkin pembaca teringat cerita yang lalu, 2 kisah yang telah lebih dahulu saya ceritakan, suasana yang sama, gerimis, entahlah.. saya juga heran, beberapa kali ketika saya melihat “penampakan” dalam suasana yang sama, dini hari dan kondisi cuaca gerimis.

“Sudah Mas, hari ini cukup, besok kita lanjut lagi” kata Pak Velmer.

Kami pun segera merapikan berkas, mematikan lampu dan mengunci ruangan Seksi Perbendaharaan 1. Dreenng, dengg, dengg... suara khas knalpot Vespa PX 150 telah memecah kesunyian, Pak Velmer dengan Vespa biru mudanya telah meluncur meninggalkan KPKN Ternate, tinggallah saya sendirian di halaman kantor yang sepi.

Saya berjalan menyeberangi lapangan badminton untuk menuju bangunan lantai 3 tempat saya dan beberapa teman lainnya tinggal. Tiba-tiba bulu kuduk saya berdiri, badan merinding.. hadeh.. ada apa ini. Sejenak saya ragu untuk meneruskan langkah, karena untuk menuju lantai 3, saya harus melalui tangga pada lantai 1 dan 2, dan ini yang seringkali (meskipun tidak selalu) membuat saya tiba-tiba merinding dan merasa ada kehadiran makhluk astral di sekitar, seperti yang saat ini saya rasakan. Tapi kalau saya tidak naik ke atas ke lantai 3, akan kemana saya istirahat?. Menunggu sampai pagi di ruangan kantor juga bukan pilihan yang lebih baik.

Akhirnya, saya beranikan diri untuk tetap melanjutkan langkah menuju lantai 3. Menapaki anak tangga demi anak tangga lantai 1 dan 2, saya lalui dengan rapalan mantra-mantra do’a. Lolongan anjing liar di luar sana, semakin membuat ciut hati saya. Saya berdo’a kepada yang Maha Kuasa, meminta perlindungan agar selamat, dan kalaupun saya harus menjumpai penampakan, tolong Ya Allah, jangan yang seram-seram, dan jangan yang mengagetkan, bathin saya memohon.

Dan alhamdulillah, saya sampai di lantai 3 dengan selamat, dan tanpa menjumpai penampakan yang aneh-aneh di tangga gedung. Sampai di lantai 3 hati saya tenang, badan yang merinding sudah kembali normal, saya minum kembali aqua gelas di tangan yang saya bawa dari tadi, saya tidak langsung masuk kamar, saya mendekat ke jendela untuk melihat suasana Kota Ternate sembari menghabiskan aqua gelas saya. Hujan gerimis masih turun mengguyur Kota Ternate, suasana sejuk menambah keinginan untuk memeluk guling secepatnya.

Keinginan memeluk guling secepatnya terusik, ketika pandangan saya menangkap sosok yang berdiri di atas trotoar di pinggir jalan. Dia berdiri di trotoar depan Kantor Kota Administratif Ternate persis diseberang KPKN Ternate. Pakaian yang dikenakannya seperti jubah hakim, hitam panjang dengan corak putih ditengah dari leher hingga diatas pusar.


(Ilustrasi, sumber : https://diarywardah.blogspot.co.id/2016/08/payung-hitam-air-mata.html)

Sosok yang mengenakan pakaian jubah hakim itu berdiri di trotoar seberang jalan, dengan payung hitam yang menutupi wajahnya, keremangan cahaya serta gerimis hujan, membuat saya tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya. Hanya terlihat gelap, namun entah mengapa saya merasa sosok itu melihat tajam kearah saya, saya terpaku dalam usaha melihat lebih jelas kearah wajahnya, dan perlahan-lahan sosok itu seperti melayang semakin mendekati saya, sampai beberapa jenak kemudian... srrooottt.... saya terkaget sendiri dengan suara air bercampur udara dalam aqua gelas yang saya pegang, yang habis saya minum melalui sedotan kecil.. saya seperti bangun dari hipnotis, seperti baru tersadar, dan saya lihat sosok itu kembali ke tempatnya semula, berdiri di pinggir jalan...

“Ru... Heru...” saya memanggil teman sebelah kamar yang tentu saja sedang tidur nyenyak.

Karena tidak ada jawaban dari Heru, saya balik badan dan menggedor-gedor pintu kamar Heru yang terkunci.

“Hmm.. eh, ada apa..?” kata Heru dari dalam.

“Bangun, ini ada orang di bawah..” jawab saya sembari kembali balik badan dan menuju jendela lantai 3.

Namun, saat saya sampai di pinggir jendela, tak saya jumpai lagi sosok itu, Heru yang menyusul saya melihat ke luar melalui jendela beberapa detik kemudian, juga tidak melihat sosok yang saya ceritakan. Saya jadi merasa bersalah telah mengganggu tidur Heru. Tapi beberapa waktu lalu sosok itu benar-benar terlihat jelas, nyata, oleh mata saya. Maafkan saya, Ru.. bathin saya.



*Heru Susilo, kabar terakhir bertugas di KPPN Manokwari, andai kamu baca tulisan ini, masih ingatkah kamu Ru..?