Dongeng lelaki yang memuja

# 1

Status wa


sebaris kata kata dituliskan

pada status wa

lalu degub jantung berpacu,

dihela harapan dan kecemasan


engkaukah duhai pujaan

satu  di antara deretan nama

yang membaca

sebelum  ujung waktu tayang tiba


sebab  bahagia telah

ditafsirkan sederhana,

hanya jika satus wa telah kau baca


seakan satu persembahan,

telah sampai kepada tujuannya

karena untuk alasan ini,

mahakarya  telah dicipta


#2


aku belum sempat mencari cara


hari hari ini masih seperti sebelumnya,

mulai bekerja sejak membuka mata,

hingga kadang malam tiba


ada saja yang harus dikerjakan, 

rapat virtual yang  bersambung

disposisi  bertubi yang bikin bingung


maaf,  jiika  aku belum sempat,

mencari cara melupakan mu



#3


My Task di aplikasi persuratannmau 


tak sengaja aku mengintip,

My Task di aplikasi persuratanmu

tertulis tugas

"menjalani takdir selalu  hidup dalam pikiran  para pemuja"

waktu mulai  bertahun  lalu,

waktu selesai  tak tahu-


aku lihat di menu kehadiran,

kau belum lagi ClockOut

pantas saja,

aku masih terus memikirkanmu


#4

perbincangan 


aku mengetik

hai pakabar?

aku menunggu,

dua jam berlalu


kau sedang menulis

lama  sekali

aku gemetar

menatapi layar


muncul di layarku

sehat , jawabmu

aku bahagia

tiada terkira


aku mengetik

aku menunggu

aku gemetar

lalu bahagia


berulang ulang


tanya yang sama

jawab yang sama

selalu begitu, 

kau pasti sangat sibuk,

tak segera menjawab

selalu begitu,

berulang ulang


Bekasi , Sabtu 28 Agustus , 2021




Dongeng Musim Pandemi

# 1

Doa 


seorang lelaki 

semalam  berdoa,

Tuhan lindungilah orang orang baik

dari Corona,

Timpakan saja 

pada koruptor, 

pemimpin lalim,

preman  

serta  orang orang jahat lainnya saja

agar hidup ini tak makin berat akan coba


pagi tadi sang lelaki.

sesak nafas

dokter menyebut nya

hasil reaktif  atau  positif

yang tak terlalu jelas dia dengar,

karena dia bergegas hendak meralat doa-nya


( Bekasi,  Agustus 2021)





 

Riak

Keberadaan riak itu biasa

Pada sampan yang berlayar di Samudera kehidupan

Pabila riak berubah menjadi isak

Pastilah ia menyimpan apa yang tak dihendak

Oleh sebab manusia mudah lelah

Segera tuk mendekat padaNYA

Agar lelah DIA ubah menjadi Lillaah

Dengan caraNYA

Dengan keMaha AgunganNYA



MENCARI PUISI (di hari puisi)



kelopak mata belum juga terbuka lebar
gelagapan mencari puisi ke sudut-sudut kamar

ternyata sedang duduk-duduk santai di selasar
asyik berkelakar dengan mentari yang baru saja keluar

"Puisi yang satu lagi mana?"
aku menanyakan pada puisi pertama

di kejauhan tampak dia melambaikan tangan bersama dedaunan
hijau berkilau setelah semalaman mendesau

terdengar cicitcuit dari atap-atap rumah yang seperti saf salat
menemani puisi yang bersiap rapat

"Puisiku masih kurang satu, ada yang tahu?"
coba kutanya pada dunia dan mereka

"Dia masih lelap dalam gumpalan gelap 
di bawah rongga dada"
serempak jawaban terlontar kompak

kunyalakan lampunya
puisi terbangun dari gulita
dan bergegas menyiapkan rasa.



/ekp --- 26 Juli 2021

LINDAP


Dalam lelah
Kau resapi tanpa kesah
Dalam letih
Kau tuntaskan darma bakti

Dia laksana cahaya
senantiasa berpendar
menghalau gulita
Dia laksana embun
Menyerap dingin malam
Meneteskan kesejukan

Cahaya itu
Telah lindap
Embun itu
Telah meng-uap

Meski rindu
Tak dapat lagi berpadu
Lepaskan rasa itu
Biar ia tenang di sana
Tak ada lagi luka
Tak ada lagi nestapa

Halte

Siapa yang sebenarnya menunggu?

Karena jiwa jiwa yang merdeka
Membebaskan pikirannya untuk selalu melaju
Tanpa pola, 
 tanpa lintasan,
Tanpa tepi,  tanpa batasan

meski raganya tergeletak
di ruang tunggu

(wahidin , 3 januari 2020)



Genting

( 1)

wabah yang bermula di negeri asing

belum ada tanda  berpaling,

menghadirkan rona genting

pada wajah  kota yang compang camping


(2)

orang orang berkerumun di pintu samping,

pintu keluar masuk ditutup jaring

resiko terpapar yang mengiring

tak lebih menyeramkan dari periuk nasi yang terguling


(3)

air mata-air mata tak kunjung mengering

sahabat kerabat bergiliran diam terbaring 

tersengal sengal nafas di ujung laring

di teras depan, bunga duka cita kemarin belum lagi kering


(4)

sirene ambulance melengking

suara toa musala tak kalah nyaring

memecah malam  yang hening

atau menyobek siang yang bising


Kabari,

tangan maut datang teramat sering

Lelayu (2)

Seorang teman 

membagikan kabar,

telah pergi dengan tenang 

hari sabtu dan minggu,

dari kalender mejanya,


kamipun bersyukur,

masih punya,

meski sabtu dan minggu-kami  

mengajak selalu berdiam

di rumah saja


(4 Juli 2021)