Tentang Lebaran (2)

 

#3

Tadinya ku rasa kau,

Cenayang  yang akan mengerti,

Saat pesan dari ku 

Hanya menuliskan namamu saja,


maknanya,

Bahwa rindu telah menjelma menjadi lara,

Bahwa menuliskan  dan mengeja

Sekedar nama 

telah menghadirkan bahagia 


Kau mungkin  tak perlu menjawabnya,

kalau kau tak menginginkannya 


#4

aku kasihan padamu,

Musim liburan ini,

tak bisa pergi kemana mana,

karena sepanjangan waktu

hilir mudik,

di pikiranku,


kapan kau kasihan padaku?

Tentang Lebaran

#1

Kayuh langkah setapak setapak pelahan,

mengeja rambu jarak tempuh di tepian jalan,

Satu persatu batas kota terlewati

Seperti obrolan idul Fitri yang menghitung,

nama tersisa dari teman kerabat dan famili 

"Si A telah  tiga bulan lalu pergi 

bapak B mangkat selepas bulan haji

bude C sebulan lalu  mati"


mati akan selalu menjadi misteri,

Tahun depan,

Akankah kita masih bisa  berbincang,

Atau  tinggal sekedar bahan, 

Beberapa orang menyebut nama kita, 

" Dia telah pergi,  

padahal tahun lalu masih ngobrol seperti ini"


#2

Setelah salaman,

Maka ruang penuh bincang,

Hilir mudik bergantian nama, masa dan cerita

Hingga tak terasa dosa dosa  

menggumpal dalam obrolan,

Seperti lemak  rendang, opor ,gule , sate

menyusupi darah, 

Mengendap, 

di sepanjang pembuluh,


di akhir senja

Ada yang memberat di kepala,

Tak jelas sungguh

apakah sesal tentang kata-kata  tak guna,

Yang berlepasan  tanpa sengaja,

Atau muara kelezatan sajian hari raya

yang mengaliri lidah tanpa jeda,

tak tertampung lagi,

oleh raga yang makin renta


(Mei 2022)




TETANGGAMU

Tetangga sebelah mendadak kaya,
dapat hadiah, bertumpuk uang tunai
dari undian minyak goreng

rumahnya dibagusin, 

beli segala barang mewah

termasuk seperangkat gitar dan bas,

plus sound system komplet, mahal.


gonjrang-gonjreng, damdem-dandem,

jingkrak-jingkrak, nyanyi-nyanyi,

bikin single lagu, terus viral

tiap hari. Berisik.


bukannya tobat, 

kemarin malah nambah beli drum,

merek baru, kualitas super,

bisa bikin album laris

tiap hari. Berisik.


Dasar tetangga berisik,

atau tetangganya yang gak punya tutup kuping?



- ekpan - puisi dan sepak bola - 11052022


MU

Benteng setan jebol, berkali-kali
diumpat: setan!!!

muka setan yang merah merona,

memucat masam, berkali-kali


setan tenan.




- ekpan - puisi dan sepak bola - 10052022

Belajar dari Nama-nama Hari

Selain cara memanggil, hal pertama yang banyak diajarkan oleh orang tua kepada anaknya saat mulai mengerti adalah mengenalkan angka, berhitung lebih tepatnya. Orang tua akan terlihat sangat gembira ketika anak sudah mampu menghitung satu sampai sepuluh dengan lancar. Kapan mulai bisa berhitung tanpa meloncat-loncat mungkin menjadi salah satu moment perkembangan anak yang akan selalu diingat.

Soal adanya tahapan untuk dapat menghitung secara berurutan pada anak ini biasa terjadi. Dari pengalaman anak sendiri dan beberapa kenalan, ada fase dimana anak memerlukan waktu sebelum akhirnya mampu menyebut urutan angka-angka itu dengan benar. Umumnya angka 1 sampai dengan 3 bisa dengan mudah disebutkan namun setelah itu banyak variasi yang terjadi. Ada yang melupakan angka 4, langsung loncat ke 5, 6, 7 atau angka lainnya. Jika sudah begitu, orang tua biasanya akan menyampaikan kembali kepada anak urutan mana yang sesuai.

Tidak semua orang tua hanya merasa gemas ketika anak lupa mengurutkan angka, ada juga yang kesal karena kejadian sama yang terus berulang. Maka untuk lebih memudahkan anak mengingat, para pendidik usia dini telah menciptakan banyak lagu-lagu sederhana dengan nada yang riang sebagai alat bantu bagi anak untuk lebih mudah mengingat. Memang demikianlah salah satu tips dalam pengajaran pada anak usia dini, belajar dengan riang, berkembang dengan senang.

Ada banyak lagu anak populer yang dimaksudkan atau bernilai untuk pendidikan. Dari mulai mengenalkan warna dalam lagu balonku sampai lagu yang mengajarkan nama-nama hari. Nama-nama hari ini termasuk juga hal awal yang diajarkan kepada anak karena nama hari adalah sesuatu yang kita temui setiap hari. Lagunya begitu populer hingga saya rasa semua anak usia balita pernah menyanyikannya.

Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu itu nama-nama hari. Sederhana dan langsung ke tujuan dengan nada yang terdengar menyenangkan. Cukup dengan bernyanyi seluruh nama hari sudah dapat dikuasai. Saya termasuk yang mengamalkan metode pengajaran nama-nama hari pada anak melalui lagu ini. Hasilnya cukup menggembirakan walaupun tidak langsung sesuai harapan. 

Kendalanya hampir sama dengan pengenalan angka. Meskipun di lagu Nama-nama Hari itu hari Senin sampai Minggu sudah diurutkan dan anak dengan mudah bernyanyi sesuai urutannya, ketika ditanya hari apa esok setelah hari ini selalu saja ada yang tertukar di awal-awal pengajaran. Contohnya adalah saat anak diberitahu bahwa kalau hari ini adalah hari Selasa, kemudian ditanya, ‘Besok jadinya hari apa?’ Kadang Ia menjawab Kamis, Sabtu atau hari lainnya. Jika sudah begitu, biasanya saya mengarahkan anak untuk kembali mengingat urutan hari dalam lagu Nama-nama Hari. Begitulah sampai akhirnya anak mulai lancar dan benar saat memberikan jawaban sesuai dengan hari yang ditanyakan.

Ada kejadian lucu soal nama-nama hari itu ketika anak yang sudah mulai bersekolah masih belum juga tidur saat malam sudah mulai larut. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu. Usai pulang dari pergi jalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan, anak begitu antusias untuk membuka mainan yang baru dibelikan untuknya begitu tiba di rumah. Meskipun sudah dibujuk untuk besok saja membukanya karena sudah malam, tetapi namanya juga anak, ia tak kuasa menahan hasrat untuk melihat kembali mainan yang kini sudah resmi menjadi miliknya itu. 

Sebagai orang tua kami sudah mahfum, jika ini dibuka pasti bukan hanya sekadar melihat tetapi akan dilanjutkan dengan memainkannya. Maka sebelum dibuka, kami melakukan ‘negosiasi’ agar situasi ke depan tetap kondusif. Di satu sisi keinginan anak  terpenuhi namun dalam batas-batas yang tidak membuat malam menjadi lebih panjang. ‘Boleh dibuka tetapi sebentar saja memainkannya, ya. Lima belas menit, setelah itu kita persiapan untuk tidur.’ Tawaran yang langsung diiyakan anak tanpa pikir panjang karena begitu kebeletnya untuk membuka mainan yang ada di depannya.

Dan kejadian selanjutnya mungkin sudah bisa diduga. Menjelang durasi batas lima belas menit itu tiba, belum ada tanda-tanda anak akan mengakhiri permainannya. Asyik dan terhanyut di dalamnya. Maka disinilah peran kami selaku orang tua untuk mengingatkannya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati tadi. Soal perjanjian di awal ini penting dalam mengatur anak-anak jaman sekarang. Dengan adanya pembicaraan awal soal batasan-batasan, kita sebagai orang tua akan lebih mudah sewaktu sudah tiba waktunya untuk mengambil tindakan. Biasanya respon anak hanya sedikit protes atau berusaha merayu meminta tambahan waktu.

Demikianlah yang terjadi saat kami mengingatkan pada anak bahwa masa bermainnya sudah selesai. ‘Sudah mainnya ya, Nak. Sudah lima belas menit, besok boleh main lagi. Sekarang kita siap-siap bobo dulu, besok kan Adek sekolah. Hayo, inget gak besok hari apa?’ Meskipun masih tersirat wajah kurang senang, ia menyerahkan mainan yang masih ada ditangannya, tetapi bukannya menjawab ia malah balik bertanya, ‘Hari apa memang besok, Yah?’

Disinilah kejadian lucu itu. Saat diberitahu bahwa hari ini adalah hari Minggu dan kemudian sambil mengingatkan lagu Nama-nama hari kami bertanya, ’Habis Minggu, apa?’ Ada jeda bagi kami untuk menunggu jawaban darinya tiba. Entah mungkin karena masih terganggu karena hasrat bermainnya yang belum tuntas atau mungkin tengah mencoba kembali mengingat urutan hari dari lagu Nama-nama Hari, jawaban yang keluar darinya adalah,’Habis Minggu, Itu nama-nama hari, Yah!’

Jawaban yang ‘benar’ sekaligus membuat kami terpana dan tertawa. Benar karena memang begitulah liriknya. ‘Tapi bukan itu jawaban yang diminta, Bambang!’, ujar kami. Tentu saja hanya dalam hati. Nama anak kami bukan Bambang. Itu adalah kalimat canda yang biasa diungkapkan orang-orang saat ada ketidaknyambungan antara pertanyaan dan jawaban yang diberikan. Karena sudah menjelang larut malam, kami hanya memberi jawaban singkat pada anak bahwa besok adalah hari Senin. Sambil mengantarkannya ke kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum tidur, diam-diam kami merasa masih berhutang penjelasan pada anak bagaimana peralihan nama hari dari Minggu ke Senin itu. Sebelum tidur kami mengingatkan diri bahwa mengajarkan anak, bahkan untuk hal yang sederhana sekali pun memerlukan banyak perhatian tidak cukup hanya dengan lagu saja.

Kami akhiri malam itu dengan mengecup keningnya dan mengucapkan, ‘Selamat malam sayang, selamat bobo anak pintar.’

BK,190322

Entah

Seribu muka kupalingkan dari pantai itu
Menggelepar tanya dalam dada

Gerangan apa telah merapuhkan jiwa?

 

Malam merintih di atas buih

Saat kusentuh lembut jemari dan wajahmu

Telah kurobek tirai kesopanan

Dan andai kau tahu,

Kini aku terperangkap dalam jaring-jaring penyesalan

 

Perjumpaan kita baru sekejap saja

Tetapi kita sudah hendak kemana?

 

Bila lautan berdegup dengan hempasan-hempasan gelombang

Dan kehadiran malam ditandai dengan kerlip bintang-bintang

Lalu, pada apakah perjumpaan kita mencoba mengurai makna?

 

Disini, saat aku tenggelam dalam kesendirian

Merpati jiwaku terbang menembus awan

Tetapi jawaban, entah dimana masih tersimpan

 

Yang kudapati hanya

Sebuah jiwa yang teramat lelah

Dan ingin bersandar

ND453


 

Move On - Move Forward 


Ini sedikit opini bagi yang yang sedang patah hati.

Menurut beberapa kamus on-line, move on artinya meninggalkan sesuatu/seseorang yang kau miliki sekarang atau yang baru saja kau lepas/berpisah darinya. Kalau fisik, move on itu mau ke samping, kiri atau kanan, atau ke depan, terserah saja. Pokoknya jangan diam menetap di tempat yang sama (secara fisik) atau terjebak di masa lalu (psikis).  Kamu harus bergeser, beranjak dari posisi sebelumnya ke posisi yang baru. Stressing-nya lebih ke "tinggalkan masa lalu". 

Move forward, tentu maksudnya adalah bergerak maju (fisik) atau menuju ke sesuatu yang lebih baik (better off), dalam arti ekonomi-kesejahteraan atau posisi sosial-politik. Stressing-nya lebih ke "gapailah kemajuan". 

Apakah berarti, untuk bisa move forward kita harus bisa move on
Saya kira iya. Terutama bila "kemajuan" itu dimaknai sebagai sesuatu yang lebih "modern", atau lebih "beradab", maka nilai-nilai, kebiasaan, dan perilaku lama yang menghambat tercapainya kemajuan haruslah ditinggalkan. Harus move on.

Apakah semua yang move on secara pasti juga berarti move forward? Saya kira tidak juga, atau tidak selalu begitu. Kita bisa saja meninggalkan masa lalu, masuk ke sesuatu yang kita kira baru dan berbeda, tapi kemudian kita sadar ternyata sama saja dengan sebelumnya. "Keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya" adalah peribahasa yang tepat menggambarkan hal itu.  

Jadi daripada sekedar move on, menurut saya lebih baik kita move forward. 

Bila ditinggal kekasih, segeralah move forward, bukan sekedar move on. Artinya, carilah yang lebih baik. Tentu dimulai dengan memperbaiki diri sendiri dulu, supaya bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik. Perbaikan bisa dari sisi inner space (kematangan jiwa, spritualitas, ambil hikmah dari kegagalan sebelumnya). Lengkapi dengan perbaikan dari sisi "outer-space" (kelayakan penampilan, dari ujung rambut, wajah lebih ramah, gigi-kuku jari lebih bersih, lebih wangi). Terakhir, terutama untuk lelaki, kalau bisa juga dari sisi "in between-space", yaitu aspek kecukupan materi. Karena pedekate atau ngedate jaman sekarang, terutama di kota besar, perlu modal juga kan?

Selamat move forward!    

Pengakuan

Mungkin 

Melasti, 

Jimbaran,

Badung 

dan Bali 

Serta engkau 

Negeri yang teramat indah dikunjungi,


tapi tetap saja,

padaku telah ada dia, 

yang hadirnya seumpama rumah,

ruang  dimana aku, 

akan selalu merindukan pulang


(Ujung harapan, 220222 )

@tetehnumaketiung