Tampilkan postingan dengan label Pantun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pantun. Tampilkan semua postingan
Basuh
Sehelai daun kering yang melayang jatuh,
Telah tertulis dulu pada masa yang jauh,
Tak cukup alasan hatimu merapuh
Ketika hasil tak sebanding basahnya peluh
Telah tertulis dulu pada masa yang jauh,
Tak cukup alasan hatimu merapuh
Ketika hasil tak sebanding basahnya peluh
Sekuat apapun teriakmu mengaduh
Yang telah lewat,takkan lagi tersentuh ,
Jadikan saja semua menjadi suluh
Penerang jalanmu,agar kian kukuh
(bekasi,300324)
Pergi Rapat ke Baturaden
Pergi rapat kerja ke baturaden,
Lewati hamparan pinus dan nanas
Sinergi DJA DJAPK semakin keren
Wujudkan anggaran berkualitas
badan lungkrah ingin istirahat
Menjadi terlupa indahnya lokasi
Belanja daerah dan belanja pusat
Dirancang harmoni tak duplikasi
Di bawah panglima nan perkasa
DJA DJPK berpadu seiring sejalan
Di sini Pak Prima di sana Pak Isa
Kami dipandu mencapai tujuan
(12 Mei 2022)
kelak kita akan ditanya
Kelak ada masa semua khusuk
Mulut tercekat kata terkunci
Nikmat karunia yang dulu tereguk
Lahirkan tanya bertubi tubi
Empat perkara semasa di dunia
Menuntut jawab tanpa tersisa
Tak sempat bergeser kaki kemana
Berdiam memaku, lelah tersiksa
Tentang usia yang dijalani,
Bermula lahir berakhir mati
Kelak ditanya tingkah badani
Pada bilangan waktu yang terlewati
Tentang ilmu yang dimiliki
Buah pencarian sepanjang hayat
Kelak ditanya apakah berarti
Memandu hidup lebih manfaat
Tentang harta yang dipunya
beragam jumlah dan juga rupa
Semua sama akan ditanya
dari mana muasal dan untuk apa
Tentang jasad yang melekat
menjadi merenta selepas muda
Sejauh mana telah diperbuat
Sebelum ringkihnya tua jadi pembeda
cerita dieja berulang ulang
Pengingat diri yang sering hilaf
Jika pantun dirasa lancang
Ijinkan diri memohon maaf
Mulut tercekat kata terkunci
Nikmat karunia yang dulu tereguk
Lahirkan tanya bertubi tubi
Empat perkara semasa di dunia
Menuntut jawab tanpa tersisa
Tak sempat bergeser kaki kemana
Berdiam memaku, lelah tersiksa
Tentang usia yang dijalani,
Bermula lahir berakhir mati
Kelak ditanya tingkah badani
Pada bilangan waktu yang terlewati
Tentang ilmu yang dimiliki
Buah pencarian sepanjang hayat
Kelak ditanya apakah berarti
Memandu hidup lebih manfaat
Tentang harta yang dipunya
beragam jumlah dan juga rupa
Semua sama akan ditanya
dari mana muasal dan untuk apa
Tentang jasad yang melekat
menjadi merenta selepas muda
Sejauh mana telah diperbuat
Sebelum ringkihnya tua jadi pembeda
cerita dieja berulang ulang
Pengingat diri yang sering hilaf
Jika pantun dirasa lancang
Ijinkan diri memohon maaf
Ujung Harapan, 22 Juli 2020, 23.33 WIB
"orang kaya, mendaftar kerja"
.
Badan besar,
Hatinya dekil,
Wajah sangar
Mentalnya kecil
Harta yang dipunya
Dipikir segalanya
Semua temannya
Ingin dikontrolnya
Dalam diskusi
Tegak berdiri
Dalam posisi
Menang sendiri
Serius, bercanda
Dia punya jadwal
Yang asal tertawa
Membuatnya kesal
Dia ngomong ngelantur
bilangnya bercanda
Yang lain bertutur
Dia lempar kena dada
Banyak orang
Menjadi korban
Watak pemberang
Kepada teman
Biarpun pernah satu sekolah
Umurnya tua atau sebaya
Hampir selalu pernah masalah
Jika berdekat dengan dirinya
Dari rumah mungkin awalnya,
Tumbuh besar laksana raja
Semua tunduk pada titahnya
Apapun mau, bilanglah saja
dia pikir kekayaan besar
Bekal selalu hidup gemerlap
dirinya selalu merasa benar
Emoh belajar meminta maap
dipeliharanya seekor kucing
teman berbincang kalau di rumah
Memahami teman merasa asing
Teman tak paham dikira marah
Semua hukum di dalam rumah
Ingin adopsi di semua tempat
Berharap dimaklumi jika tak ramah
Merasa diri orang terhormat
punya tabiat begitu nyeleneh
maunya untuk dimengerti saja
membuat orang merasa aneh,
Orang kaya maksain kerja
Ini pantun cerita rekaan,
Pengisi waktu di akhir pekan
Sekiranya tidak berkenan,
Bermohon maap saya haturkan
Biarpun badan sedikit lelah,
Menyunting karya Haruslah cermat
Kita berbeda adalah fitrah
Penting kiranya saling menghormat
(ujung harapan, 11 jan 2020)
Fana
Tidakkah sesak sesekali hadir,
Umur bergulir, kepala kian pandir
Hakekat hidup lalai di pikir,
dunia persingahannya para musafir
Beruntai nikmat runtut mengalir,
Tiada terhitung semenjak lahir
Pada waktunya menemu akhir
Esok atau lusa tiada tertaksir
Tapi Langkah kerap tersesat
Karena hati melegam pekat
Bebal membaca tanda isyarat
Dunia menipu pencari nikmat
manisnya dunia hanya sesaat,
Saat mati semua tamat
Tapi lelarian sepanjang hayat
Sibuk mengejar harta dan pangkat
Semoga bukan di ujung sekarat,
Hati berdetak untuk mengingat
Gemerlap dunia takkan manfaat
Menebus berat janji akherat
Dibilangnya kami tak waras
Dibilangnya kami tak waras
udzur usia bermain futsal
Tak peduli lututnya lemas
Libur sekali rasa menyesal
Dibilangnya kami orang gila,
Mencari kata bersusah susah
Padu padankan bait dan sela
Agar ungkapan terbaca indah
Apakah kata yang setara
Akan tertuju untuk semua
Para lelaki pencari gembira
Jalani pilihan laku berbeda
pemancing, penyanyi atau pelari
Penggemar tumbuhan atau binatang
Masing masing punya sendiri
Bagaimana cara mencari senang
Pemancing ke pasar membeli ikan
Ikan di tuang ke dalam kubangan
Melempar pancing dari tepian
Tertawa bahagia umpan dimakan
Nafas terengah bercucur keringat
Lima putaran setiap hari
Beban pikiran makin memberat
Menjadi hilang dengan berlari
Lelaki berjalan menenteng kandang
murai dan jalak di latih berkicau
Akhir bulan turun gelanggang
Burungnya diam hatinya risau
Lelaki lain berjingkrak jingkrak
Speaker berdentam dentam bergetar
Lepaskan penat yang makin sesak
Musik berakhir kembali segar
Kian banyak kita berkeliling
Terlihat banyak ragam pilihan
Untuk sejenak redakan pusing
Masalah hidup yang jadi beban
udzur usia bermain futsal
Tak peduli lututnya lemas
Libur sekali rasa menyesal
Dibilangnya kami orang gila,
Mencari kata bersusah susah
Padu padankan bait dan sela
Agar ungkapan terbaca indah
Apakah kata yang setara
Akan tertuju untuk semua
Para lelaki pencari gembira
Jalani pilihan laku berbeda
pemancing, penyanyi atau pelari
Penggemar tumbuhan atau binatang
Masing masing punya sendiri
Bagaimana cara mencari senang
Pemancing ke pasar membeli ikan
Ikan di tuang ke dalam kubangan
Melempar pancing dari tepian
Tertawa bahagia umpan dimakan
Nafas terengah bercucur keringat
Lima putaran setiap hari
Beban pikiran makin memberat
Menjadi hilang dengan berlari
Lelaki berjalan menenteng kandang
murai dan jalak di latih berkicau
Akhir bulan turun gelanggang
Burungnya diam hatinya risau
Lelaki lain berjingkrak jingkrak
Speaker berdentam dentam bergetar
Lepaskan penat yang makin sesak
Musik berakhir kembali segar
Kian banyak kita berkeliling
Terlihat banyak ragam pilihan
Untuk sejenak redakan pusing
Masalah hidup yang jadi beban
Hujan mereda, tapi...
Hujan sudah mulai reda
Rintiknya tak lagi deras
Tapi tidak dengan cinta
Titiknya semakin bernas
Air menggenang,
mulai surut
Genang kenang,
Kian carut marut
Angin semilir bawa tempias
Ruang tamu sedikit basah
Bagai air di daun talas,
Sikapmu plinplan tiada arah
Kisah banjir sisakan berita,
Hulu dan hilir deras mengalir
Entah bagaimana akhir cerita
Seperti apa menemu takdir
Anak anakpun asik tak letih,
Hujannya turun, asik berkejaran
Susah gembira kita yang pilih,
Bemain pantun buat hiburan
Rintiknya tak lagi deras
Tapi tidak dengan cinta
Titiknya semakin bernas
Air menggenang,
mulai surut
Genang kenang,
Kian carut marut
Angin semilir bawa tempias
Ruang tamu sedikit basah
Bagai air di daun talas,
Sikapmu plinplan tiada arah
Kisah banjir sisakan berita,
Hulu dan hilir deras mengalir
Entah bagaimana akhir cerita
Seperti apa menemu takdir
Anak anakpun asik tak letih,
Hujannya turun, asik berkejaran
Susah gembira kita yang pilih,
Bemain pantun buat hiburan
Pantun pembuka
Penumpang berjejal naik semua,
Menuju bintaro lewati maja
Salam kenal adik semua
Saya hartanto dari dja
Berkali kali terasa mual
Ketiak dari pasar ketemu muka
14 kali menurut jadwal,
Hendak Belajar ilmu pbk
Tak pernah sempat kami terlelap
Berdiri rapat tak bisa kemana
Dari awal saya berharap,
Ilmu manfaat, nilainya A
Pintu terbuka segera turun,
Didesak penumpang dari belakang
Temu pembuka saya berpantun
Benak senang tak jadi tegang
Cerita ini tak terelakan,
Jamak di temu lintas stasiun
Adik disini saya silakan
Siapa mau berbalas pantun
Bintaro, 5 oktober 2019
(Pantun di pembuka perkuliahan semester ganjil 19/20)
Pantun Pengingat
Bunga melati bunga kamboja
Warnanya putih menarik hati
Belajar bisa dari mana saja
Salah satunya dari grup ini
Ada yang mekar ada yang kuncup
Tersusun indah tertata di dahan
Sekolah kehidupan tak pernah tutup
Bagi mereka yang membutuhkan
Inilah tenun si tenun ikat
Dibuat orang dengan indahnya
Ilmu dunia ilmu akhirat
Semua itu ada porsinya
Burung pelikan unik paruhnya
Ikan disimpan dalam paruhnya
Usia kita ada batasnya
Pilihlah ilmu sesuai porsinya
CL Pondok Ranji - Tanah Abang,
7 September 2018
Langganan:
Postingan (Atom)