Dibilangnya kami tak waras

Dibilangnya kami tak waras
udzur usia bermain futsal
Tak peduli lututnya lemas
Libur sekali rasa menyesal

Dibilangnya kami orang gila,
Mencari kata bersusah susah
Padu padankan bait dan sela
Agar ungkapan terbaca indah

Apakah  kata yang setara
Akan tertuju untuk semua
Para lelaki pencari gembira
Jalani pilihan laku berbeda

pemancing, penyanyi atau pelari
Penggemar tumbuhan atau binatang
Masing masing punya sendiri
Bagaimana cara mencari senang

Pemancing  ke pasar membeli ikan
Ikan di tuang ke dalam kubangan
Melempar pancing dari tepian
Tertawa bahagia umpan dimakan

Nafas  terengah bercucur keringat
Lima putaran setiap hari
Beban pikiran makin memberat
Menjadi hilang dengan berlari

Lelaki berjalan menenteng kandang
murai dan jalak di latih berkicau
Akhir bulan turun gelanggang
Burungnya diam hatinya risau

Lelaki lain berjingkrak jingkrak
Speaker berdentam dentam bergetar
Lepaskan penat yang makin sesak
Musik berakhir kembali segar

Kian banyak kita berkeliling
Terlihat banyak  ragam pilihan
Untuk sejenak redakan pusing
Masalah hidup yang jadi beban



















Mencari Cinta Yang Tak Termiliki

tak henti-henti orang bercerita tentang cinta,

berkesah pada hujan,

mengeluh tentang kenangan,

tak lelah...

saat jaga berangan, waktu lelap memimpi

sibuk mencari apa yang sudah tertulis di hati tapi 


tak mampu dimiliki.


Jakarta, 07012020

Apalah Cinta



Ada banyak kisah cinta,
Aku tak ingin jadi extra,
Ambil satu atau beberapa,
Anggap itu kisah kita

Sebut aku Romeo, dirimu Julia[1],
Aku berpaling dari Rosaline, karena cintamu, Julia,
Tragisnya cinta kita,
Takdir memilih kita mati bersama

Atau aku Lancelot, kamu Guinevere[2] istri sang raja,
Cinta kita terlarang, namun bergelora,
Meski tak berkorban jiwa,
Tapi tetap tidak bisa bersama

Bisa juga aku si Syamsul Bahri, kamu Siti Nurbaya[3],
Terhalang Datuk Maringgih si tua renta,
Kasih tak sampai apalah cinta,
Hanya menutup ajal dalam dendam membara

Sebut lagi sesiapa, atau kamu mau menjadi apa,
Bahkan air hujan tak lagi mampu menyamarkan air mata,
Tak mampu mengenyahkan Dewa Madana Atmika[4],
Atau menjadikanku Bambang Nagatatmala[5]


Jakarta, 06012020







[1] Romeo and Julia, William Shakespeare;
[2] Le Morte d’Arthur, Malory;
[3] Siti Nurbaya, Marah Rusli;
[4] Dewa Madana Atmika adalah simbol cinta kasih seorang perempuan pada laki-laki. Bila sedang jatuh cinta, maka hanya laki-laki yang dicintainya akan selalu ada di benaknya.
[5]  Bambang Nagatamala putra Sang Hyang Antaboga, Dewa Penguasa bumi.

Dalam diriku ada kanak kanak (badarawuhi 3)



Badarawuhi (4)

Dalam diriku ada kanak kanak,
Senang bermain, bercanda dan tertawa

Hingga  suatu senja bermula,
Dia mulai asik denganmu dengan permainan petak umpet dam tebak kata
kau lari dan isyaratmu mengundang langkahnya mengejar, atau kau
membiarkannya lari, dan pura pura mengejar,

Sesekali kaupun mengajak bermain kata, bahwa suka bagi orang dewasa tak sama cinta, bahwa tak sengaja memilih  menu makan siang yang sama tak bermakna sejiwa, bahwa ajakan menemani jalan kaki tak berarti sehati, bahwa dialog basa basi setiap hari semata ibanya hati yang tak dia mengerti

Dalam diriku ada kanak kanak,
Yang kadang sangat posesif atau pelit
tak rela berbagi barang mainan dan teman sepermainan,
melihatmu sedang bermain petak umpet dan tebak  kata dengan yang lain, sebulan ini dia meriyang, badannya panas dingin, mulutnya meracau  kata kata tak jelas,

kata katanya kini ku tangkap,
Erat,
menjadi sajak,
(yang sama tak jelas)

           (Ujung harapan, 5  jan 2020)





Penjemputan

#Penjemputan
@tetehnumaketiung

Berhari hari tanpa temu
Aku seperti kota yang  berbulan bulan
Merindu hujan,udara gerah, tanah kering pecah, hutan terbakar memerah,
dan asap memenuhi segala arah

Berhari  hari,
tak ada pagi ,  dengan sajian nasi goreng atau kadang semangkuk sayur sop hangat tanpa bumbu micin dan royco , tak ada perbincangan di meja makan tentang anak anak yang kemarin siang main hujan hujanan,  sambil menyeruput hangatnya teh tubruk tanpa gula yang tetap terasa manis karena senyummu

Tak ada pagi,
Dengan jabat tangan di beranda, dan tanganmu yang sigap merapikan  kerah baju dan tali kancing jaket yang tak menutup sempurna, sambil bercanda " gak usah gaya, kau bukan lagi anak muda, kalau tubuhmu tak tertutup rapat sempurna, aku gak mau nanti malam, ngurusi kau yang lagi  mengurut dada, sambil bolak balik bersendawa"

Tak ada malam atau senja,
dimana langkah pulang adalah gembira, menuju ruang yang pintunya berderit terbuka, memunculkan senyum dan jabat tangan yang mesra, tak peduli apakah aku pulang dengan hati menyimpan rahasia atau  cinta

Berhari hari tanpa temu,
Dan aku tak mampu lagi ,
menunggu

                                               (Bandung 4 jan 2020)



















Wahai Insan, tak lelahkah kau berangan?

Pelacur dan Pelacuran Akademiknya

Kado dari Mati Ragaku