Tampilkan postingan dengan label Sedardjuningsih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sedardjuningsih. Tampilkan semua postingan

Tuhan Mengambil Dengan CaraNya


Satu per satu diambilNya

Apa yang masih lekat dalam dirimu

Semata karena kasih sayangNya

Untuk orang yang merindu


Beratmu akan terasa ringan
Bila kau ikhlas melepaskannya
Sadar semua hanya titipan
Suatu saat diambil pemilikNya

Milikmu bukanlah sepenuhnya punyamu
Itu hanya rasa yang membelenggu
Fikirmu dipengaruhi perasaanmu
Jangan sampai semua itu mengganggu

Lepaskan dengan ikhlas
Pintu-pintu akan terbuka
Aliran cahaya akan memancar
Aliran ilmu juga terpancar

Lepaskan dengan ikhlas
Agar nol selalu mizanmu
Neraca seimbang, alat ukur yang pas
Adil dan bijak tidaklah semu

Lepaskan dengan ikhlas
Nuranimu akan berkata
Hadapi semua tanpa was was
Yakin dengan tuntunanNya

Lepaskan dengan ikhlas
Berdengung dalam dada bertalu-talu
Melepas rasa yang membelenggu
Butuh kesadaran dan perjuangan

Lepaskan dengan ikhlas
Terus ditanam dalam tindakan
Bukan ucapan di bibir saja
Semua harus dalam kenyataan

Lepaskan dengan ikhlas
Menjadi pondasi hati yang tenang
Menerima ketentuan dan ketetapan
Tanpa gejolak yang tak karuan

Lepaskan dengan ikhlas
Adalah kemenangan
Berperang dalam diri
Untuk meraih sukses hakiki.

Yogyakarta, 29 Oktober 2020




Benih Kesombongan

Merasa lebih teliti
Dari orang di sekitarku
Benih kesombongan di dalam diri
Perlahan menyeruak dalam kalbu

Merasa di atas angin
Saat menemukan kesalahan orang lain
Rasa puas menyelinap perlahan
Aku lebih teliti darimu, bersahutan

Rasa sesal memenuhi relung kalbu
Masih banyak kotoran melekat di hatiku
Aku mohon cabutlah sifat burukku Tuhan
Agar kefitrahan kembali aku dapatkan

Benih kesombongan mencari celah untuk tumbuh kembang
Bentuknya bisa bermacam-macam
Tumpaslah sampai ke akarnya
Gantilah dengan benih ketawadhuan

Tawadhu mudah diucapkan,
Namun sulit dilakukan
Seratnya halus berlapis-lapis
Prosesnya terus hingga akhir nanti

Yogyakarta, 13 September 2019

Kebenaran Terungkap

Entah berapa lama tersimpan cerita kelamnya
Satu kisah dalam balut dua versi berbeda
Akhirnya dipilihnya jalan itu
Entah apa yang ada di benaknya saat itu

30 tahun berlalu tak terasa
Kebenaran terungkap tanpa rencana
Menjadi saksi dari kisah anak manusia
Semakin yakin suatu saat kebenaran mengemuka

Entah bagaimana kelanjutan ceritanya
Aku dihadirkan Tuhan untuk menjadi saksi
Atas peristiwa yang terjadi
Untuk kuambil hikmah dan pembelajarannya

Manusia, kadangkala lalai dan lupa
Disaat masalah mendera
Ada dua jalan tersedia
Kebenaran atau kesalahan, semua ada konsekwensinya

Semoga Tuhan memberi hidayah
Bertaubat di sisa umurnya
Menghapus kelam menjadi putih
Agar hati tak terasa perih

Apakah aku berkesempatan?
Mengingatkannya sebagai teman
Biarkan Tuhan persiapkan jalan
Biarkan Tuhan persiapkan bimbingan

Yogyakarta, 13 September 2019

Herang Caina Beunang Laukna

Pepatah Sunda mengatakan
Herang caina beunang laukna
(Bening airnya, dapat ikannya)
Tujuan tercapai, tanpa mengeruhkan suasana

Kritik disampaikan dengan cara santun
Tujuan yang tulus untuk membangun
Bukan untuk mematahkan semangat
Apalagi menghina upaya dan tekad

Kritik disampaikan melalui seni
Pesan tersampaikan, hati tak tersakiti
Bila tak digubris, tak perlu resah
Tugas kita hanyalah menyampaikan

Teladan kita adalah Rasulullah
Tugas Rasul pun hanyalah menyampaikan kebenaran
Bukan untuk memaksakan kehendak
Maka orang pun sukarela mengikuti nasihatnya

Jakarta, 13 November 2018
Tantangan puisi bertema “Kritik” dari Komunitas Sastra Kemenkeu


Rasa Sakit Yang Indah

Membaca karya sastra dari berbagai sumber, baik dalam bentuk puisi, pantun, pupuh, gurindam, prosa maupun dalam bentuk lainnya membuat saya merenung, mencoba memahami apa yang hendak disampaikan oleh para penulis. Mencoba mencari pesan Tuhan yang ingin disampaikan lewat berbagai tulisan tersebut.

Ketika metafora disampaikan dari bentang bumi makro, maka saya pun mencoba merenunginya dalam bentang bumi mikro saya. Matahari, Bulan, Bintang, dapatkah saya melihat semua itu dalam bumi mikro saya? Ataukah masih tertutup awan yang kelabu sehingga saya belum mampu menyaksikannya? Apakah semua itu karena uap-uap yang menggulung membumbung tinggi menyesakkan dada karena ukurannya telah melebihi dari yang sudah ditetapkan Tuhan?

Untuk hal-hal tertentu, penyampaian secara mutasyabihat memang lebih pas dibandingkan bila kita sampaikan secara muhkamat. Berbagai pesan dapat kita sampaikan tanpa menyakiti seseorang. Teguran yang disampaikan dalam balutan kata indah, kadang mampu membuat seseorang merenung dan menyadari kekeliruannya dari tulisan tersebut. Perubahan yang berasal dari dalam diri tentunya akan lebih ajeg, dibandingkan dengan perubahan yang berasal dari luar diri.

Ujung pena memang kadang lebih tajam dari ujung belati. Tusukannya mampu menembus ke lubuk hati paling dalam bila dapat ditujukan dengan tepat. Kekuatan kata-kata yang dituliskan dengan sepenuh hati akan mampu mencapai hati pembacanya. Tertusuk untuk kemudian tersadarkan adalah rasa sakit yang indah.

Jakarta, 7 November 2018


Berproseslah

Bila benturan dalam diri masih sering terjadi
Dampaknya mengemuka ke luar diri
Sulit untuk bisa menyumbang solusi
Yang ada hanyalah menjadi  pencetus kelahi

Mari sudahi dengan mengenal diri
Mengenal jati diri dan mengenal Illahi Robbi
Mana mungkin bisa menyelesaikan tugas
Bila tak kenal Sang Pemberi Tugas

Bila tak segera berproses, kapan kita akan mulai
Waktu berjalan terus berlari
Bak anak panah terlepas dari busurnya, tak dapat ditarik kembali
Bila tak dipeduli, sesal kemudian tak berarti

Bila tak mampu berproses sendiri
Mintalah bantuan dari sang ahli
Bukan berarti berdiam diri
Seolah semua bisa dikerjakan sendiri

Bila mahar dan amal sudah mencukupi
Tentu ada masanya dipertemukan dengan sang ahli
Mendapat petunjuk illahi Rabbi
Agar berjalan lalu mendaki

Siapa mencari akan mendapati
Siapa berupaya hasil diberi
Siapa tak peduli kerugian menanti
Siapa hidup sesuka hati kegamangan menyelimuti


Jakarta, 7 November 2018

Ilmu Laduni

Ilmu laduni ilmu yang tinggi
Diberikan Allah kepada hamba yang disukai
Bukan hanya mengajarkan teori
Pengamalannya harus dipenuhi

Yang dituntut adalah diri sendiri
Bukan menuntut ke luar diri
Terus mengupayakan perbaikan di dalam diri
Suatu saat bangkit dan menerangi

Penjajah takut pemegang ilmu ini
Perkembangannya dihabisi
Devide et impera digencarkan
Agar terpecah persatuan

Kelipatan 7 abad adalah tonggak
Awal dari suatu kebangkitan
Satu hati penerang 1000 manusia
Bagi yang sudah bangkit dan tercerahkan

265 juta penduduk Indonesia
Memerlukan 265 ribu orang penerang
Agar Indonesia bangkit dari keterpurukan
Yang sudah berkelindan, perlu diterjang


Jakarta, 7 November 2018

Kata-Kata

Kata-kata kadang meluncur begitu saja
Saat eforia melanda
Lupa, bisa jadi ada yang terluka
Kadang akibatnya tak terduga

Kata-kata bertebaran di mana-mana
Tak perlu kau ambil semua
Mana yang diingat mana yang dilupa
Pilihlah dengan bijaksana

Kata-kata bisa jadi penyemangat jiwa
Saat diri lemah tak berdaya
Perlahan hangat mengalir di jiwa
Memberi amunisi bagi diri tuk berkarya

Tangis adalah kata-kata tak terucap
Berjuta makna dapat diungkap
Bagi yang mampu memahaminya
Cukuplah sudah penjelasannya

Katamu begini, kataku begitu
Berupaya mencari titik temu
Berbeda pendapat kadang perlu
Tapi tak perlu terus beradu

Jakarta, 28 Sep 2018



Selamat Menempuh Hidup Baru

Selamat menempuh hidup baru kawan
Hari ini kau ucap janji suci dihadapan penghulu
Disamping wanita pilihanmu
Semoga dapat menjalin hidup lebih bermakna

Suka dan duka akan datang menghampiri
Bersama mengarungi bahtera
Menjalani hidup sampai akhir nanti
Membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah

Jadikan dia teman seperjalanan
Menapaki jalan lurus yang kau pinta
Carilah penerang jalan dan rambu-rambu
Agar selamat sampai di tempat yang dituju

Banyak godaan, cobaan dan ujian
Semua harus dihadapi dengan ilmu
Tanpa ilmu, gamang menyergap sepanjang masa
Tak tau arah mana hendak dituju

Menjalani hidup apa adanya
Menuntun kepada kebenaran
Menjalani hidup penuh kepura-puraan
Dapat menuju jurang kehancuran

Tak ada manusia yang sempurna
Terimalah dia apa adanya
Bersama memperbaiki diri
Saling mengisi dan bersinergi

Jakarta, 10 Oktober 2018


Terjebak Jargon

Banyak jargon berseliweran di sekitar kita. Bila tak pandai menyikapinya maka kita dapat terjebak di dalamnya. Misal jargon : ‘Pembeli Adalah Raja’.

Tulisan ini akan mengulas dari kacamata konsumen saja. Sebagai konsumen, maka reaksi tiap orang tentu saja beragam ketika ada ketidakpuasan dari barang / jasa yang diterima oleh konsumen. Ada yang biasa saja, seolah tidak mengindahkan adanya jargon tersebut. Ada pula yang menyikapinya dengan : ya sudah…. mari kita coba menanyakan ini kepada produsen atau penyedia jasa tersebut. Selain itu ada pula konsumen yang cukup reaktif menanggapi ketidakpuasan tersebut.

Untuk tipe konsumen no 3 ini, maka sebaiknya berhati-hati dan lebih mawas diri, karena bisa jadi reaksi yang ditimbulkannya malah merugikan dirinya sendiri. Bisa jadi dia menyikapinya dengan marah-marah, bisa jadi dia menyikapinya dengan gaya ‘bossy’ nya karena merasa “Pembeli adalah Raja”, merasa uangnya bisa membeli apa saja, merasa dia sedang memperjuangkan hak yang seharusnya dia terima, namun lupa bahwa cara yang dia tempuh malah menyuburkan ego pribadinya yang sebenarnya justru lebih merugikan dirinya sendiri.

Ada di posisi manakah diri kita?


Jakarta, 20 Sep 2018

Pantun Pengingat

Bunga melati bunga kamboja
Warnanya putih menarik hati
Belajar bisa dari mana saja
Salah satunya dari grup ini

Ada yang mekar ada yang kuncup
Tersusun indah tertata di dahan
Sekolah kehidupan tak pernah tutup
Bagi  mereka yang membutuhkan

Inilah tenun si tenun ikat
Dibuat orang dengan indahnya
Ilmu dunia ilmu akhirat
Semua itu ada porsinya

Burung pelikan unik paruhnya
Ikan disimpan dalam paruhnya
Usia kita ada batasnya
Pilihlah ilmu sesuai porsinya

CL Pondok Ranji - Tanah Abang,
7 September 2018


Uang

Uang, uang, semua orang butuh uang
Tapi, berbeda orang, berbeda pula cara menyikapinya
Berbeda orang, berbeda pula cara menyimpannya
Berbeda orang, berbeda pula cara memperolehnya

Ada yang sangat ketakutan bila uangnya hilang
Padahal semua hanya titipan Tuhan
Ada yang biasa saja bila uangnya hilang
Karena tahu ia hanya menyalurkan titipan

Ada yang menyimpannya di berbagai rekening bank
Ada yang menyimpannya di dalam dompet dan celengan
Ada yang menyimpannya di saku baju atau celananya
Yang penting jangan menyimpan uang di dalam hati

Karena hati bukanlah tempat menyimpan uang
Karena hati bukanlah tempat menyimpan jabatan
Karena hati bukanlah tempat menyimpan pernak pernik dunia
Karena hati seharusnya menjadi Baitullah

Karena uang kadang orang melanggar
Karena uang kadang orang meradang
Karena uang kadang orang menikam
Karena uang kadang orang lupa ingatan

Sungguh memabukkan pesonamu uang,
Sungguh banyak tipu daya yang kau mainkan
Melenakan manusia dari Sang Pencipta
Menjadi pemuja berbagai ciptaanNya

Jakarta, 16 Agt 2018


Pemuda Pemudi Harapan Bangsa

Pemuda pemudi harapan bangsa
Tumbuh dari bibit berkualitas
Disiram dan dirawat dengan ikhlas
Oleh kedua orang tuanya

Tumbuh kembang dengan subur
Melihatnya kita akan terhibur
Santun tiap kali bertutur
Pandai melebur dan berperilaku lentur

Pemuda pemudi harapan bangsa
Pandai mengelola dirinya sendiri
Memberi contoh dengan nyata
Untuk meningkatkan kualitas diri

Pemuda pemudi harapan bangsa
Makin berilmu makin tawadhu
Tak ingin mendongak karena congkak
Tak ingin menipu karena malu

Pemuda pemudi harapan bangsa
Generasi pembawa tongkat estafet
Tugas dari generasi sebelumnya
Yang masih berderet-deret

Jiwa mudamu yang menggelora
Membakar semangat untuk berkarya
Tak kenal lelah dalam mencoba
Hasilkan sesuatu yang berharga

Pemuda pemudi harapan bangsa
Berada dalam titik kulminasi masa
Berada di puncak kekuatan raga
Gunakan ini sebelum semua sirna

Pemuda pemudi harapan bangsa
Satukan rakyat dengan semangat
Jangan biarkan mereka terpecah
Agar kita tidak terjajah

Pemuda pemudi harapan bangsa
Bangkitkan jiwa yang terlelap
Guncangkan dunia yang meronta
Agar tersadar tugas jati dirinya

Pemuda pemudi harapan bangsa
Mari merapatkan barisan
Membentuk tembok yang kokoh
Agar kau tidak mudah roboh

Bintaro, 30 Agt 2018