Tampilkan postingan dengan label "D". Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label "D". Tampilkan semua postingan

Gadis Ketek (3)

Jeng yah,


pernah,

sepatah kata "'terserah"'

mu lebih punya tuah 

dibanding ribuan kata berbusah

membuat semua langkah 

menjadi serba salah


tetapi, ketahuilah,

bahkan lelaki paling perkasapun,  punya rasa lelah

pada akhirnya aku memilih menyerah

kata terserah mu  menjadi untaian indah

pengantar  mengakhiri kisah 


Muaaah.....


(Gadog, 280224)

Kampanye

Saya berjanji,

Kalau saya terpilih nanti

Saya pasti akan memberi 

Penduduk seluruh negeri

Kebebasan untuk  bermimpi


Kalau saya tidak tepati,

Nanti janjinya saya revisi


(Gedung Sutikno Slamet, 10 Jan 2024)

Gadis Ketek

Jeng yah..


aku sudah merasa payah,

urusan berdusta kaulah juaranya,

kau bilang dalam hidupmu akulah satu satunya,

teman berbagi keluh kesah dan cerita

bahu tempatmu bersandar ketika kau begitu lelah akan dunia


tapi tak begitu adanya ku rasa,

sebentar saja aku hilap mata

langkahmu   telah bebas berkelana

menjawab setiap kerlip mata yang memuja 

pesonamu yang menyilaukan dunia 


dan setiap kali aku diserang cemburu buta

kau akan berkata, apakah aku berhak melarang orang lain mencinta


Jeng yah,

mungkin saja aku telah salah

berlebihan menjadikanmu rumah

tempat menuju pulang ketika lelah dan payah

tapi setiap kali aku kembali pergi melangkah 

maka  mereka mengerumunimu  seperti kumpulan lebah

yang menemukan kembang mekar yang merekah


setiap kali aku bilang aku  marah,'

kau selalu berkilah, "' kalau ada yang datang, 

tanpa kuundang, apa harus aku yang salah? "'


(Kampung Ujung Harapan, 27 November 2023)



Peringatan


Tuan yang punya kuasa,

Jika separoh saja dari mereka

yang padamu seperti tak berdaya

memilih memendam dalam rasa sakitnya,

hingga tumpah ruah dalam aliran doa


apakah kau masih berpkir

seluruh doa sekedar lafal tersia?








Peron

Kenapa mengeluh 
ketika menunggu, 
padahal di luaran sana 
banyak yang tak punya lagi 
tempat pergi 
 ataupun  pulang 


 (4 agustus 2023)

Sekali ini saja, Bunda

Bunda ..

Seingatku telah berulang kali kau meminta

Jangan pernah lelah untuk mencinta

Tanah air tumpah darah kita


Tapi sekali ini saja,  bunda

Ijinkan aku minta jeda

Ijinkan aku untuk lelah sejenak saja

Ternyata seperti di buku buku remaja

Mereka yang cinta harus rela untuk terluka


sekali ini saja, bunda

Mungkin besok atau lusa

Aku telah kembali terbuai kidung asmarandana

Yang menjadikanku rela untuk sekedar memberi 

Tanpa pernah berharap meminta 


Sekali ini saja, bunda

(Ujung Harapan, Bekasi_ Juni 2023)


Selamat Pagi, Dek

Selamat pagi, Dek...


Kau pasti masih lelap tertidur,

setelah sepanjang malam tadi,

hingga menjelang pagi,

kau tak henti berkeliaran,

dalam pikiran-ku,


apakah kau tak pernah lelah?


(Bandung, 30 Mei 2023)





LEKAS BERGEGAS SAYANG

Ayuk..... lekas bergegas,sayang,

Jangan ragu lagi bimbang 

Kuatkan hati tekad terpampang

Menjawab tunai panggilan berkumandang 

" wahai relawan dan pejuang, 

Mari bahu memikul tangan mencencang, 

Wujudkan IKN kota masa depan yang cemerlang " 


Ayuk..... lekas bergegas, sayang,

Tak perlu kau dengar suara sumbang

berangkatmu ke pulau seberang, 

bukan karena wirang atau kurang, 

Tapi satu kehormatan tersandang

perintis awal yang akan kekal dalam kenang, 

nama yang disebut dengan bangga, berulang 

Oleh anak cucu dalam banyak bincang


tidakkah terlintas dalam bayang,

mereka akan berkata 

" kami punya nenek moyang" 

begitu tangguh dan berjiwa pemenang 

tak risau nelepas kenyamanan yang tersandang 

Rela menjadi bagian dari mereka yang menimamg, 

Ibukota baru, untuk tumbuh seumpama gerbang, 

pembangunan negeri yang makin merata dalam rentang panjang 

Antara Rote Hinga miangas, dari Merauke hingga ujung Sabang, 


Ayuk, lekas bergegas sayang, 

Ibu kota negara baru telah dipancang 

Konon Jakarta kita kini, makin renta dan kerontang, 

nyaris tak kuasa lagi menjadi lambang 

Ibu kota negara yang gemilang

langitnya makin pekat oleh asap dan jelaga yang melayang, 

jelalanan makin padat tak pernah lengang 

Begitu banyak bahan bakar,uang dan waktu produktif terbuang, 

Sedang di sana daratan masih luas terbentang 

Udara yang bersih dilingkup langit nan terang 

Kicau burung jadi nyanyian pembuka hari dan penutup petang 


Ayuk lekas bergegas , sayang 

Kadang kesempatan tak datang berulang 

Apalagi seumpama hari, hidupmu telah menjelang petang, 


Ayuk lekas bergegas sayang... 


(Sutikno Slamet, Mei 2023)


Meranti adikku

Jadikanlah  ini pelajaran

Kalau ada 70.000 orang 
Ada satu dua yang salah
Maka tidak berarti 69.998 lainnya salah semua

Kalau ada 70.000 orang
Ada satu atau dua yang keliru
Maka tak berarti 69.998 lainya keliru semua

Kalau ada 70.000 orang
Ada satu atau dua yang curang 
Maka tak berarti 69.998 lainnya curang semua

Di semua tempat,
pasti ada oknum yang salah
Tapi jauh lebih banyak yang benar 

Kalau ada 70.000 orang 
Separoh saja tersakiti
Dan memendam sakitnya
Hingga tumpah ruah menjadi doa
Apakah kau berpikir,  
semua doa mereka menjadi lafal yang tersia??

Sebutir telor ayam

Seorang anak kecil mendapati ayamnya bertelur, 
diambilnya telur tersebut, 
ditimamg timang  dan hatinya menimbang nimbang, 
akankah telur itu digoreng atau dieramkan 
di kepalanya hadir bayangan 
"Kalau telur ini dieramkan, 
akan menetas menjadi seekor ayam, 
jika ayamnya betina 
maka akan bertelur lagi puluhan mungkin ratusan,
jika seluruh telur itu ditetaskan, 
akan ada banyak lagi puluhan ayam betina,
yang akan bertelur puluhan bahkan ratusan, 
jika ditetaskan semua,
akan banyak lagi ayam betina,
hingga bertahun kemudian 
akan ada ribuan atau jutaan ayam betina 

Kalau ribuan atau jutaan ayam itu dijual, 
dibelikannya kambing, 
kambing betina dan kambing jantan, 
akan melahirkan banyak kambing betina dan kambing jantan, 
hingga bertahun kemudian akan ada ribuan bahkan jutaan kambing 

Kalau ribuan atau jutaan kambing itu dijual, 
dibelikannya sapi, sapi betina dan sapi jantan, 
akan melahirkan banyak sapi jantan dan sapi betina, 
ratusan hingga ribuan sapi 
yang melahirkan banyak anak sapi betina dan sapi jantan, 
hingga bertahun kemudian akan ada jutaan sapi 

Kalau ribuan atau jutaan sapi itu dijual, 
dibelikan tanah dan saham, 
bertahun kemudian tanah dan saham du jual
ketika harga tanah dan nilai saham semakin mahal, 
akan terkumpul uang dan kekayaan mungkin tiga ratusan triliun 

Terbayang di kepalanya 
tiga ratusan triliun akan cukup untuk membeli rumah dan tanah yang luas, 
menggaji pelayan dan karyawan untuk mengurangi pengangguran, 
berderma kepada orang fakir dan terlantar, 
memberi beasiswa pada anak pintar yang miskin, 
membangun jalan perkampungan yang tak terurus , 
membeli dan membagikan akal sehat, 
bagi kebanyakan  rakyat dan pejabat, 
agar mereka tak banyak berucap berat, sebelum memilkirkan akibat, 
agar mereka tak gampang berkata, sebelum meyakini data, 
agar mereka tak lekas sharing, sebelum sempat menyaring "'

Plak,..... tiba tiba satu tamparan mendarat di jidat
sekumpulan aparat utusan penjabat 
memberlakukannya bak  penjahat laknat,
mendamprat lamunannya yang mengganggu dan sesat

Sebutir telur di tangannya pecah berkeciprat,
 
rasa sesalnya memberat
bukan karena tampar dan damprat
yang diterima tanpa hadirnya firasat
tapi  telur itu, 

harusnya telah menjadi lauk  sarapan yang nikmat



(Dekat Ujung Harapan, puasa hari ke empat)

Diary Umbi (II)

Nisbi (sebuah kisah fiksi dari sebuah negeri)

selamat pagi tuan petinggi, 
Hari ini kau masih hebat sekali, 
Lantang bicaramu penuh energi, 
Menepuk dada membanggakan diri, 
Jabatan tinggi ujarmu, wujud apresiasi 
atas unjuk kerja kerasmu, loyalitas dan dedikasi
yang tak semua orang bisa miliki 

Di tanganmu kini 
seolah kuasa tanpa tepi 
Penentu nasib dan masa depan ribuan umbi 
hanya melalui  jentik ujung jemari
seseorang akan melaju atau terhenti 
peluang-peluang  terbuka,  untuk mereka yang kau sukai, 
kuburan terdalam,  untuk mereka yang kau benci, 
Seolah organisasi itu perusahaan pribadi 

Mungkinkah  kau lupa, duhai.... tuan petinggi 
Di dunia ini tak ada yang abadi 
Esok atau kapan harinya nanti 
Kekuasaan itu tak ada lagi 
mungkin saja kau beranjak mutasi 
atau pensiun membuatmu pengabdianmu terhenti
atau bisa saja berakhir lebih cepat lagi, 
kalau suatu pagi, di suatu hari, 
tetiba saja  Tuhan memanggilmu kembali, 

Tidakkah pernah terbesit ada rasa takutmu,sesekali 
Anak istrimu yang kau tinggal sendiri 
Tenggelam dalam rasa sedih hati 
ketika Kerumun para umbi yang tersakiti 
Berdatangan dalam kepura-puraan empati 
Terdengar lamat bincang mereka sesekali 
 "'Ah...doa kita terkabul secepat ini"' 


Ujung harapan, minggu 050323

Disclaimer : 
Kisah ini adalah rekaan, mohon maaf sekiranya ada yang tidak berkenan 

Diary Umbi

 Dear diary,


Hari ini ada yang mutasi,

Ada yang ke sana, ada yang ke sini,

Para petinggi hilir mudik cari informasi

Bagimana si itu, bagaimana si ini

bergegas lekas atur strategi

Jangan sampai si itu, ke sini,

Agar kita tak terbebani nanti

Jangan sampai si ini ke sana

Enak banget mereka, kita dapat sisa


Kita para umbi,,

Kadang seperti komoditi

Yang bisa di tawar ke sana ke mari

Sedang  kita tak pernah punya opsi

Selain menerima siapapun teman atau petinggi,

Anggap saja kalau kebetulan dapat yang baik,  itu rejeki 

kalau dapat yang galak,  menjadi uji

kita hanya perlu bersabar, 

karena untuk itu juga,

Salah satu alasan kita umbi diberi gaji


Baik atau buruk kita,

Baik atau galaknya mereka,

Tak ada yang abadi

Cepat atau lambat,  kita atau mereka  aka pergi 

dan terganti, 

kita hanya perlu bersabar, 

karena untuk itu juga,

Salah satu alasan kita umbi diberi gaji


(Iseng pagi pagi, semua ini fiksi, kalau ada kesamaan  cerita, hanya  kebetulan semata,Bersabarlah kita  semua, karena untuk itu , salah satu alasan kita dibayar negara,)

Hikayat

(untuk tetehnumaketiung : Mahadewi)


ku selalu ingin ke sini,

Suatu tempat di ujung jalan paspati

Merawat ingatan tentang masa itu,

Kita yang duduk berhadapan 

Terpisahkan oleh meja panjang,

Makanan pesanan  yang dibiarkan dingin,

oleh percakapan dan tatapan yang hangat

Sesekali waktu itu 

Kali kaki kita yang berayun 

Di bawah kaki meja

saling bertubrukan,

Lalu kitapun tertawa bersama

Seperti kanak yang baru tahu cinta


Aku selalu ingin ke sini,

Mengingat caramu memuji 

atau menguji ku pertama kali 

 "Kamu tak tampan, 

tapi aku suka dengan dua bola matamu, 

yang kecoklatan lucu seumpama mata kelinci,

 dan alis matamu  yang tebal, seperti ulat bulu"


Sungguh,  waktu itu kupikir  kamu 

hanya basa basi,

Hingga dua puluh satu tahun hari ini,

kau tak pernah berhenti

Memuji dua mata kelinci itu 


Yang menatapmu takjub, setiap hari


(Puisi yang belum selesai, mungkin tak akan pernah selesai )

Istana Pasir


Kanak kanak, 
Jenak dalam keriuhan berulang 
Membangun istana pasir luas membentang, 
Megah meski tak menjulang, 
Indah meski tak berumur panjang 
Lekas tanggal disapu ,badai dan riak gelombang 
Gegas ditinggal berlalu, seusai teriak pulang 

kanak kanak itu juga, 
Bermukim di tubuh kita yang dewasa 
jenak bermain istana pasir hingga lupa 
senja telah lama memberi tanda 
waktu pulang mungkin akan segera tiba 
Istana pasir akan terlupa 
Istana pasir akan poranda

(ujung harapan, 271122)

Kepada yang terhormat

kepada yang terhormat,

kalau pangkat dan kedudukan yang engkau jabat,

menjadikanmu merasa paling hebat

hingga semena mena mengikuti hasrat dan syahwat


mungkin ada baiknya sesekali kau ingat

bahwa kekuasaan mengenal kata tamat

ada ujung dan  akhir  dari semua  riwayat


Apakah kau pikir kelak kematian adalah sebuah istirahat?

sedang beribu teka teki tersimpan di tangan malaikat

menghitung tunai setiap lembar  amanat


(kaki gunung slamet, 26 juni 2022)



Pergi Rapat ke Baturaden

Pergi rapat  kerja ke baturaden,

Lewati hamparan pinus dan nanas

Sinergi  DJA  DJAPK semakin keren

Wujudkan anggaran berkualitas


badan lungkrah  ingin istirahat

Menjadi terlupa  indahnya  lokasi

Belanja daerah dan belanja pusat

Dirancang harmoni tak duplikasi


Di bawah panglima nan perkasa

DJA DJPK berpadu seiring sejalan

Di sini Pak Prima di sana Pak Isa

Kami dipandu  mencapai tujuan


(12 Mei 2022)

Melepas



Belum usai,

satu laras

tersenandung

tuntas,


senja 

menggilas,

pertanda 

tegas,


sampai,

batas,

temu-mu

tuntas


Kau

berkemas,

sepenuh

gegas.


Lalu ,


ruang Senyap 

meranggas,

Udara  rasa 

Beku mengeras


genggam tangan

pelahan lepas

Sesak dada,

Pilu terimbas

hutang Rindu

Belumlah lunas


ah

padamu

Rengkuhku getas,

Kau

Tetap lagi raga nan bebas


(24 mei 22)

Ah kau, Betapa lucunya kau kini

Disclaimer: 
(tulisan ini hanya rekaan, 
kalau ada kesamaan cerita, pasti kebetulan semata, mohon maaf sekiranya tidak berkenan)


Dulu,

ketika  kita dihadapkan urusan yang  menghadirkan bimbang

Kami siapkan beberapa  pilihan  untuk ditimbang, 

Kami tunggu darimu keluar petunjuk dan  arahan,

kau malah bicara   ngelantur sembarang,

Membuat kami  makin bingung tak kepalang


Dulu,

Setiap pekerjaan kita terdapat salah  

Kau selalu saja marah marah,

dari mulutmu tersembur sumpah serapah

Lalu denga begitu  mudah 

kau  tunjuk kambing hitam  di bawah,

Karena katamu, pemimpin tak pernah salah


Dulu,

Setiap kita dihadapkan pada halangan atau  masalah 

Kau tinggalkan kami di jalan, dan memilih  berbalik arah

Membiarkan kami semua berjuang melanjutkan langkah 

Itu semua bagian pengkaderan,  katamu berkilah


Dulu,

Setiap ada kerja besar yang kita hadapi

Kau hanya sibuk tunjuk sana,tunjuk sini tanpa arahan pasti 

Lalu kau lanjut berbaring atau menepi 

Menunggu  kerja tuntas dengan sendiri,

tak beda dengan patung kucing hoki di atas lemari

tiap kali ada yang mengajukan somasi,

jawabanmu demikian runtut dan rapi

katamu seorang manajer tak harus melakukan sendiri, 

bekerja melalui orang lain bukan semata definisi 

tapi bagaimana implementasi



Dulu,

Setiap  ada panggung dan kamera ,

Kami akui kau sangat piawai bemain kata dan mengemas rupa 

Pidato pidatomu penuh riuh  gelora,

Ekspresi dan citra yang indah untuk konten dunia maya


Dulu,

Setiap ada  penghargaan atas karya 

Kau  akan berada   di barisan muka,

Mengklaim ide dan pemikiran berasal darimu saja,

Karena tidak mungkin  ide berasal dari orang biasa 

Dan hanya kau yang mampu menggerakkan sumber daya 

untuk  mewujudkannya menjadi nyata 

 

Dan dulu,

jika dari pelaksanaan  kerja dan fungsi ,

Tak terhindarkan hadirnya gratifikasi 

Kau selalu anggap itu semua  rejeki,

dari sang Maha Pemberi 

Menolak katamu, selain menyakiti hati pemberi 

Juga bagian dari ingkar syukur pada Ilahi


Kini,

Saat kau harus pergi dari kami

pidato perpisahanmu bernas tersaji

Ungkap jasa dan tonggak legacy

Yang sekian waktu sudah  dijalani


Ah kau,

Betapa makin lucunya kau kini,

Membuat kami tak tahu lagi

Saat tatih langkahmu beranjak pergi

Haruskan kami berduka 

atau..... bersuka hati


(Ujung harapan, 21 Mei 2022)


Tentang Lebaran (2)

 

#3

Tadinya ku rasa kau,

Cenayang  yang akan mengerti,

Saat pesan dari ku 

Hanya menuliskan namamu saja,


maknanya,

Bahwa rindu telah menjelma menjadi lara,

Bahwa menuliskan  dan mengeja

Sekedar nama 

telah menghadirkan bahagia 


Kau mungkin  tak perlu menjawabnya,

kalau kau tak menginginkannya 


#4

aku kasihan padamu,

Musim liburan ini,

tak bisa pergi kemana mana,

karena sepanjangan waktu

hilir mudik,

di pikiranku,


kapan kau kasihan padaku?

Tentang Lebaran

#1

Kayuh langkah setapak setapak pelahan,

mengeja rambu jarak tempuh di tepian jalan,

Satu persatu batas kota terlewati

Seperti obrolan idul Fitri yang menghitung,

nama tersisa dari teman kerabat dan famili 

"Si A telah  tiga bulan lalu pergi 

bapak B mangkat selepas bulan haji

bude C sebulan lalu  mati"


mati akan selalu menjadi misteri,

Tahun depan,

Akankah kita masih bisa  berbincang,

Atau  tinggal sekedar bahan, 

Beberapa orang menyebut nama kita, 

" Dia telah pergi,  

padahal tahun lalu masih ngobrol seperti ini"


#2

Setelah salaman,

Maka ruang penuh bincang,

Hilir mudik bergantian nama, masa dan cerita

Hingga tak terasa dosa dosa  

menggumpal dalam obrolan,

Seperti lemak  rendang, opor ,gule , sate

menyusupi darah, 

Mengendap, 

di sepanjang pembuluh,


di akhir senja

Ada yang memberat di kepala,

Tak jelas sungguh

apakah sesal tentang kata-kata  tak guna,

Yang berlepasan  tanpa sengaja,

Atau muara kelezatan sajian hari raya

yang mengaliri lidah tanpa jeda,

tak tertampung lagi,

oleh raga yang makin renta


(Mei 2022)