I FEEL PRETTIER THAN I USED TO BE




Beberapa tahun lalu, aku berada di gedung dengan make-up yang lumayan serius. Saat itu aku diwisuda. Setahun setelahnya, aku berada di Kebun Katala dengan make-up serius. Itu adalah hari pernikahanku. Since that, rasanya aku gak pernah make-up serius lagi. Make-up paling serius ya make-up yang nampak sederhana :D soalnya aku gak bisa dandan ga ngerti concealer, cara dandanin mata besar, dan lain-lain. Ya, make-up suka suka aku aja.


Hari-hari ini aku merasa lebih cantik. Padahal skill make-up paling cuma nambah 5 persen. Wakaka. Lalu, mengapa, aku bisa merasa berbeda? Apakah karena suami tiba-tiba memuji-muji ? Oh no. Dia bukan tipe penggombal atau tipe mesrais, jadi sebaiknya jangan terlalu banyak berharap. Hehe


OK, jadi gini.. (suara ala cute girl dikartun si nopal)

Setelah mengalami sesak napas yang panjaaang..... dan ragam rasa dan cerita baik di RS maupun di rumah selama cuti panjaaaang... aku merasa kembali hidup saat ini. Exactly i write what i mean. Berkali kali ngerasa ok, maybe this is the end of my life. So sekarang kaya ngerasa punya kehidupan baru, kesempatan kedua.


Aku merasa ini juga karena tensi yang udah bagusan. Apa hubungannya? Panjang banget kayaknya kalo dijelasin. Tapi intinya, mungkin karena i feel jauh lebih sehat dari masa-masa parah itu. Dan you know what.. dengan wasilah/jalan berobat di Prof Arif, kulit kaki aku kaya 95% sembuh!
I really feel good sebab aku udah coba macam-macam buat obatin tu kulit yang kaya gurun sahara, kering sampe ngelupas dan berdarah kalo lagi kering banget. Penampakannya pun gak banget dah. Aku pake beragam produk mahal dan murah gak mempan. Eh alhamdulillah skrg udah kaya sembuh gitu, gez. Padahal aku ga niatin sembuhin itunya. Alhamdulillah, ternyata itu hanya efek kurang sehatnya yang di dalam badan. Jadi once dia baikan, kulit aku tiba-tiba ikut sembuh. Seneng....^_^


Dan sbenernya, yang mungkin menyumbang terbesar atas feel lebih cantik adalah kondisi aku yang kayaknya terasa lebih sehat. Timbangan naik, pipi lebih chubby, badan lebih berisi, dan rasanya i feel better. Rona muka jadi terasa lebih cerah. Duh, pokoknya aku bahagia. Apalagi akhirnyaaa aku bisa beli bedak impian aku walaupun Cuma bedak tabur tapi lumayan lah harganya, hehe. Plus, dapet krim harga murah, dan gratisan bedak padet nu skin. Waaaw......alhamdulillaah.


Btw, walaupun tetap masih berobat karena belum sembuh bener, tapi yang ada ini perlu disyukuri dulu. Sebab siapa yang tidak bisa mensyukuri yang kecil, tidak bisa mensyukuri yang besar. Gitu katanyaa....


So, dengan make up skill yang naik 5%, kesehatan yang membaik, some new cosmetics (termasuk skincare) baru, aku merasa lebih cantik. Plus lagi, insyaAllah bacaanku lebih banyak,  mengalami lebih banyak hal juga dari aku yang dulu. Aku merasa lebih cantik. Karena cantik bukan hanya soal fisik, tapi cantik juga soal isi dalam hati dan kepala. MasyaAllah. Semoga aku makin hari makin cantik terus, tentu dibanding aku aku aku yang dulu.





THANOS DAN EGOIS-NYA AVENGERS

 -Mohon maaf bagi yang belum nonton Avengers: Endgame, tulisan berikut berpotensi spoiler -


Karena si sulung suka banget dengan film-film Marvel, terutama Avengers series, terpaksalah kami sekeluarga juga ikutan nonton. Alasannya sederhana, kalo kakaknya nonton, adiknya pasti pengen ikut nonton. Karena kakaknya belum berani nonton berdua doang dengan adiknya, terpaksalah papa- mama-nya ikutan juga. Akhirnya ya setiap kali ada film Marvel terbaru, kami berempat pasti nyempetin nonton :D


*

Awalnya gue pikir masing-masing judul film-film tersebut berdiri sendiri, tidak ada kaitannya satu sama lain. Baru ngeh setelah ngeliatin si sulung yang 'tertib' banget mengulang lagi nonton dari mulai Captain America: The First Avengers  sampai dengan Infinity War sebagai persiapan sebelum nonton Captain Marvel. Hal tersebut diulangi lagi sebelum nonton Avengers: Endgame. Setelah ngeh pun, sebenarnya gue gak juga ngerti-ngerti banget, maklum...tiap kali nonton pasti ada sesi dimana gue molor hehehe, jadinya pasti ada scene yang terlewat. 

*

Sebelum film Infinity War, gue masih bersimpati dengan Avengers dan para pahlawannya. Ibarat kata, kalo gak ada mereka cemanalah nasib kita-kita ini, yeekaaann. Mereka susah payah, abis-abisan mempertahankan bumi dari serangan makhluk-makhluk dari planet-planet lain. Pertempuran demi pertempuran yang dipicu oleh nafsu untuk menguasai infinity stones. Ya, infinity stones-lah yang menjadi pangkal mula semua ini. Enam batu dengan kekuatan luar biasa itu adalah space stone, mind stone, power stone, time stone, reality stone dan soul stone. Batu-batu tersebut secara sendiri-sendiri sudah memiliki kekuatan super yang luar biasa. Tidak sembarang makhluk mampu menahan kekuatan batu-batu tersebut. Pun demikian, kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa dengan menguasai batu-batu tersebut telah membuat orang (alien) berusaha mencari dan memiliki batu-batu tersebut. Planet manapun yang ditengarai menyimpan batu tersebut pasti akan dijadikan sasaran serangan kelompok-kelompok alien yang mengincar kekuatan batu tersebut sekaligus menggunakannya untuk melakukan invasi dan mengakuisisi planet-planet lain, termasuk planet bumi.

*

Sejarah panjang perebutan infinity stones tersebutlah yang menciptakan sosok baik-sosok jahat, pahlawan-penjahat, Avengers-musuh avengers. Menjadikannya sekuel tontonan sepanjang 3000 menit dengan satu kesimpulan: Avengers adalah kumpulan pahlawan super yang baik versus Thanos gila yang dengan jentikan jarinya telah menghilangkan separoh isi semesta.  Avengers dengan segala drama, intrik dan semua kemegahan tak berbatas biaya versus Thanos yang cuma bermodalkan baju zirah dan helm non SNI.

*

Setelah menonton infinity war gue melihat sosok Thanos dari sudut yang berbeda. Apa yang salah dari seorang Thanos? Ambisi-nya kah? Kehancuran yang ditimbulkannya? Niat jahat-nya kah?. Benar bahwa Thanos ingin menguasai infinity stones, tapi apakah dia ingin menjadi penguasa alam semesta? apakah dia ingin mengakuisisi semua planet yang ada?. Jawabannya jelas TIDAK. Thanos tahu persis kekuatan dari infinity stones. Thanos juga paham niat dari semua yang ingin memiliki infinity stones yaitu ingin menjadi yang terkuat dan melakukan invasi kemana-mana. Semua itu menurut Thanos adalah masalah yang tidak akan pernah berakhir. Si kuat akan menindas yang lemah, yang lemah akan berusaha menjadi kuat untuk membalas. Begitu yang akan terjadi terus menerus dan tiada akhir. Keseimbangan alam semesta terganggu karena keserakahan penghuninya. Yang berlebih tidak mau berbagi jika tidak disembah, sehingga satu-satunya cara adalah dengan memiliki infinity stones; untuk mengamankan diri dan rakyat masing-masing. 

*

Kemampuan Thanos memahami masalah ini lah yang berbeda dengan Avengers. Avengers berinvestasi tiada batas (entah uang dari mana), mengumpulkan para pahlawan super, menciptakan senjata super canggih, semua demi bertahan dari serangan-serangan makhluk angkasa luar pimpinan Thanos. Avengers hanya tahu bahwa ditangan Thanos, infinity stones akan digunakan untuk menghilangkan separoh alam semesta. Avengers tidak mau tahu mengapa Thanos sangat berkeras melakukan hal tersebut.

*

Di akhir film infinity war, terlihat Thanos duduk tenang menikmati keheningan alam yang tenang dan damai. Tidak terlihat kepongahannya karena telah mengalahkan Avengers sekaligus berhasil memiliki ke-6 infinity stones. Apakah lantas Thanos menjadi raja? Apakah lantas Thanos menjadi penguasa di bumi? Atau di planet lainnya?. Apa yang dilakukan Thanos setelah menguasai infinity stones terjawab di film Avengers: Endgame yang semakin menguatkan keyakinan gue menjadi 'Tim Thanos'. Di film tersebut terlihat Thanos tinggal sendiri di planet terpencil. Bercocok tanam, menikmati keseharian dengan alam yang tenang dimana air mengalir jernih dan burung-burung berkicau merdu. Thanos bahkan memasak sendiri layaknya mahasiswa tahun pertama yang sok-sok berhemat saat jauh dari orang tua. Thanos memang menjentikkan infinity stones yang mengakibatkan separoh alam semesta hilang menjadi debu. Setelah melakukan itu dia lalu menghancurkan infinity stones, dengan risiko sakit dan cacat, syukur-syukur dia masih tetap bernyawa. Dia tak ingin masalah yang sudah dia selesaikan akan muncul lagi dengan keberadaan infinity stones. 

*

Apa yang terjadi kemudian adalah egoisme Avengers, baper dan gak bisa move on. Hawkeye yang tidak terima kehilangan anak istrinya kemudian menjadikan kehilangan tersebut sebagai pembenaran untuk membunuhi orang-orang jahat. Yang lainnya depresi karena tidak bisa menerima kenyataan mereka tidak cukup kuat untuk menghentikan Thanos. Mereka pun mengerahkan segala daya upaya untuk membalas kekalahan tersebut. Thanos dicari dan dihabisi, tapi itupun tidak membuat mereka bahagia. Mereka lalu mencari cara untuk kembali ke masa lalu, mengumpulkan infinity stones dan mengembalikan orang-orang kesayangan mereka ke posisi semula. Tindakan yang akhirnya memicu pertarungan epic antara Thanos dengan Avengers. Thanos datang dengan kekesalan yang sangat karena kedamaian alam semesta terusik kembali. Thanos kesal karena dia tidak pernah mempunyai sentimen pribadi dengan musuh-musuhnya. Dia tidak memilih siapa-siapa yang akan dihilangkan, semuanya acak sesuai keinginan infinity stones.  Thanos pun murka dengan keegoisan Avengers, sehingga dia memutuskan untuk menghapus semua sekalian, supaya tindakan Avengers tidak terulang lagi. Pertempuran Epic terjadi, singkat cerita Thanos kalah, Tony Stark pun akhirnya tiada, menyusul Nathalie yang mengorbankan dirinya demi mendapatkan soul stone. Kebahagiaan telah menyelamatkan alam semesta ternoda akibat kehilangan tersebut. Sebuah keadilan yang dipaksakan untuk menutupi sifat egois mereka terhadap Thanos.

*

Sikap gue mendukung Thanos ini mendapat protes dari anak istri di rumah, tapi pendirian gue tetap: Thanos hanyalah korban egoisme Avengers. 

Jakarta, 14 Mei 2019