Buah Catur

di permainan

aku mungkin sekedar bidak,

dan kau yang jadi  raja atau menteri nya

atau bisa jadi sebaliknya,


Tapi seusai permainan,

kita sama sama berakhir

di sebuah kotak

 

lalu untuk alasan apa,

kita harus berbangga

atau bersusah hati...


(Gedung Sutikno Slamet, 281223)


Gadis Ketek

Jeng yah..


aku sudah merasa payah,

urusan berdusta kaulah juaranya,

kau bilang dalam hidupmu akulah satu satunya,

teman berbagi keluh kesah dan cerita

bahu tempatmu bersandar ketika kau begitu lelah akan dunia


tapi tak begitu adanya ku rasa,

sebentar saja aku hilap mata

langkahmu   telah bebas berkelana

menjawab setiap kerlip mata yang memuja 

pesonamu yang menyilaukan dunia 


dan setiap kali aku diserang cemburu buta

kau akan berkata, apakah aku berhak melarang orang lain mencinta


Jeng yah,

mungkin saja aku telah salah

berlebihan menjadikanmu rumah

tempat menuju pulang ketika lelah dan payah

tapi setiap kali aku kembali pergi melangkah 

maka  mereka mengerumunimu  seperti kumpulan lebah

yang menemukan kembang mekar yang merekah


setiap kali aku bilang aku  marah,'

kau selalu berkilah, "' kalau ada yang datang, 

tanpa kuundang, apa harus aku yang salah? "'


(Kampung Ujung Harapan, 27 November 2023)



Peringatan


Tuan yang punya kuasa,

Jika separoh saja dari mereka

yang padamu seperti tak berdaya

memilih memendam dalam rasa sakitnya,

hingga tumpah ruah dalam aliran doa


apakah kau masih berpkir

seluruh doa sekedar lafal tersia?








Karena Mengingatmu Harus Menembus Malam

malam ini kabut sangat menggebu

pekat dan panjang

sepertinya aku tak bisa mengingatmu

mungkin esok

Sebuah Asa di Tanah Seberang

Dulu kukira, tanah ini akan menjadi pelabuhan terakhirku,

Tempatku mengabdi dan mencari rezeki

Sambil sesekali melepas penat, di deretan gedung megah

Sambil minum kopi


Tak terlintas untuk pergi dari tanah ini,

Meninggalkan segala kenyamanan yang bertahun menemani,


Suara itu, begitu nyaring terdengar di dalam hati

Hei. Bukankah kamu seorang pegawai negeri??

Sumpah jabatan dan bukti pengabdianmu menanti

Seorang abdi. Bukankah sudah selayaknya untuk mengabdi?


Hati tertunduk mentafakuri diri,

Mungkinkah keinginan mengalahkan kewajiban?

Tentu nuranilah yang lebih tahu jawaban yang pasti


Hari ini kumantapkan hati

Impian sejati tak akan pudar, meski kita terjaga

Cita-cita murni akan terus berkembang

Walau mesti berjibaku dengan tantangan


Negeri kita sangat luas

Terbentang dari ujung Sumatera hingga Papua

Beragam budaya dan kekayaan alam yang melimpah ruah

Harus dapat dinikmati oleh seluruh anak bangsa


Abaikan segala kenyamanan untuk sementara

Tak ada yang sia-sia, selama asa tetap ada

Peron

Kenapa mengeluh 
ketika menunggu, 
padahal di luaran sana 
banyak yang tak punya lagi 
tempat pergi 
 ataupun  pulang 


 (4 agustus 2023)

Hand of God II

 Peluit akhir pertandingan perempat final Piala Dunia Meksiko 1986 antara Argentina melawan Inggris telah ditiup 37 tahun lalu namun pertandingan tersebut ternyata tak pernah selesai sampai sekarang. Ia terus saja hidup dalam benak para pecinta sepakbola meskipun sosok sentral yang menjadikan pertandingan itu kontroversial sekaligus spesial telah menghadap kepada Sang Maha Pencipta.  

Hand of God dan Goal of The Century seperti dua sisi benci dan cinta yang terus saling memantik nyala terang melintas jaman, menolak tenggelam dalam timbunan sejarah.


Argentina, Inggris dan Malvinas 

Empat tahun setelah Perang Malvinas, Piala Dunia Meksiko 1986 diselenggarakan. Perang antara Argentina melawan Inggris itu bermula dari klaim Argentina atas Pulau Malvinas berdasarkan kedekatan geografis dan budaya mengingat pulau tersebut adalah bekas wilayah Spanyol yang gagal dinasionalisasi pada tahun 1916. Namun Inggris yang menemukan Pulau Malvinas dan saat itu berkuasa atas pulau tersebut tentu saja tidak sependapat dengan Argentina dan ingin mempertahankan kekuasaannya.

Perang hanya berlangsung selama kurang lebih 2 bulan dengan kemenangan berada di pihak Inggris. Argentina secara resmi menyerah pada 14 Juni 1982. Perang singkat itu memberikan dampak yang besar bagi aspek sosial, ekonomi dan politik Argentina. 

Dalam jurnal Perang Malvinas: Suatu Pandangan setelah Delapan Tahun (2017) karya Dharmawan Ronodipuro disebutkan bahwa perang tersebut mengakibatkan memburuknya hubungan bilateral antara Argentina dan Inggris pada rentang tahun 1982-1989, Inflasi Argentina meningkat 200 persen dan semakin memperburuk krisis ekonomi serta Uuang luar negeri Argentina semakin membengkak untuk menutup biaya kerugian Perang.

Argentina yang menyerang dan Argentina pula yang akhirnya mengerang. Kekalahan itu tidak hanya melukai harga diri bangsa namun ternyata juga membahayakan kondisi negara. Luka itu belum sembuh tahun 1986 dan diakui atau tidak sedikit banyak menjadi api yang memanaskan pertemuan Argentina dan Inggris di Meksiko.
 
Maradona, VAR dan Dunia yang Tidak Adil

Maradona 1986 dapat dikatakan sudah menjadi pesepakbola dunia. Ia tercatat sebagai pemain Klub Italia Napoli setelah memecahkan rekor transfer sebesar 5 juta pound dari klub Spanyol Barcelona. Namanya sudah berkibar dan kemampuannya sudah terkenal. 

Kemampuan mengolah bola dan kepemimpinannya membuat Maradona dipercaya oleh pelatih Argentina Saat itu, Carlos Bilardo sebagai Kapten Tim meskipun usianya belum genap 26 tahun. Kepercayaan yang kemudian dibayar tunai oleh Maradona dengan piala.

Di Piala Dunia Meksiko 1986 inilah Maradona mencapai puncak kebesarannya. Seolah turnamen itu memang disediakan khusus untuk Maradona menapaki kaki langit hingga ke angkasa dan meletakkan namanya disana. Perannya dalam tim sangat dominan hingga kerapkali diibaratkan ia menggendong tim Argentina menuju tampuk juara.

Momen kebesaran yang kemudian membuatnya abadi hingga kini bukanlah penampilannya dipartai final melawan Jerman Barat tetapi justru di babak perempat final ketika melawan Inggris. 

Di pertandingan dengan tensi tinggi berbalut percik-percik sisa api semangat malvinas inilah sejarah itu tercipta, dua peristiwa yang mengharubirukan dan mengundang polemik dunia. 

Dua golnya melawan Inggris seakan menggambarkan sosok Maradona itu sendiri, eksentrik. Gol pertama di menit 51 yang dikenal dengan 'Gol Tangan Tuhan' mewakili sisi kontroversialnya dan Golnya 4 menit kemudian mewakili sisi indahnya hingga disebut sebagai Goal of The Century. Satu dicetak dengan tangan kiri, satunya lagi dengan kaki kiri. Dalam 5 menit Maradona menjadi sosok yang dihujat sekaligus juga dipuja.

Dua gol hebat di turnamen terbesar dunia dari bakat terbesar sepakbola saat itu dan mungkin sampai sekarang. Gol indahnya bisa saja ditiru oleh bakat besar sepakbola yang datang setelah Maradona tetapi gol kontroversialnya akan abadi sendiri karena hampir pasti sulit dilakukan kembali di saat ini dengan penerapan teknologi VAR di lapangan hijau. 

Gol kontroversial yang sebenarnya mewakili kenyataan hidup dimana banyak terjadi ketidakadilan, mulai dari diskriminasi ras, kekuatan modal yang serakah dan menindas, standar ganda penegakkan hukum dan sebagainya. Bagi Argentina dua gol tersebut saya kira pada masa itu banyak diterjemahkan sebagai balasan dalam bentuk yang berbeda atas kekalahan perang sebelumnya dari negara yang kekuatan tempurnya lebih adidaya.

Gol tersebut sesungguhnya sangat relate dengan fakta kehidupan. Penerapan VAR sebagai upaya untuk menjamin pelaksanaan permainan yang adil jadi tampak seperti dongeng bagi kehidupan nyata di luar stadion atau mungkin kita maknai secara positif saja bahwa sepakbola ingin menjadi contoh untuk memulai bagaimana menerapkan keadilan.


Cerpen Maradona dan Novel Messi

Legenda tak pernah mati. Demikianlah juga dengan Maradona. Ia selamanya akan dikenang sebagai Maestro sepakbola dan menginspirasi generasi berikutnya. Julukan Hand of God akan selalu identik dan melekat pada Maradona. Julukan yang lahir dari momen satu pertandingan itu akan abadi bersamanya. 

Kisah Maradona meraih piala dunia dengan Hand of God dan Goal of The Century-nya adalah kisah singkat. Cerpen dramatis yang kemudian membayangi sosok legenda Argentina berikutnya.

Messi. Ya, sosok itu adalah Lionel Messi. Bakat terbesar sepakbola dari Argentina berikutnya yang memikul beban piala dunia di pundaknya. Sosok dengan bakat yang luar biasa namun tidak eksentrik seperti Maradona. Kisahnya panjang, bak novel, 5 jilid piala dunia.


Harapan dan Tekanan

Dengan bakat besarnya, Messi digadang-gadang akan mengikuti jejak Maradona meraih piala dunia bersama Argentina. Ekspektasi yang sangar wajar dengan melihat deretan prestasi sang pemain. 

Memulai debut di Piala Dunia tahun 2006 saat berusia 19 tahun, belum ada ekspektasi besar atas kehadiran Messi di skuat tim. Messi tercatat hanya turun sebagai cadangan di satu pertandingan babak grup dengan mencetak 1 goal dan 1 assist. Argentina sendiri gugur dibabak perempat final setelah kalah melawan Jerman.

Piala dunia 2010, dengan status sebagai peraih Ballon d'Or ditahun sebelumnya dan penampilannya yang ciamik bersama Barcelona, Messi ternyata belum dapat berbuat banyak dengan tidak mencetak satu gol pun. 

Argentina juga kembali gugur di babak perempat final usai dikalahkan kembali oleh Jerman. Kesempatan terbaik Messi datang ditahun 2014 dimana ia yang telah meraih 4 Ballon d'Or berhasil mengantarkan Argentina mencapai babak final meskipun akhirnya kalah dari Jerman 0-1. 

Kekalahan yang begitu memukul Messi. Di usia emas 27 tahun telah mencapai babak final namun harus kandas. Ditambah lagi setelah itu Messi dan Argentina harus kandas juga di final Copa America sebanyak dua kali. Stigma bahwa Messi hanya bagus di level klub dan memble saat di Timnas semakin kuat membekap Messi.

Harapan sekaligus tekanan yang begitu besar untuk meraih prestasi bersama Timnas Argentina membuat Messi sempat mengundurkan diri dari Timnas Argentina paska kegagalan dalam final Copa America tahun 2016. 

Namun kecintaannya pada Timnas dan impiannya untuk meraih tropi kemudian membuatnya kembali untuk membantu Timnas Argentina yang saat itu terseok dalam kualifikasi Piala Dunia 2018. Meskipun akhirnya Argentina berhasil lolos ke Piala Dunia 2018 namun Messi harus kembali menerima kenyataan tersingkir dibabak 16 besar oleh Perancis.


Indah pada Waktunya 

Bintang keberuntungan Messi akhirnya terbit di tahun 2021 ketika menginjak usia 34 tahun. Bersama pelatih Lionel Scaloni, Messi dan Argentina meraih Copa America 2021 yang kemudian dilanjutkan dengan memenangkan Finalissima 2022 yang memepertemukan juara Eropa dan juara Copa America dengan megalahkan Italia 3-0. Dua tropi yang membangkitkan euforia dan optimisme skuat dan pendukung Argentina menyambut perhelatan piala dunia 2022 Qatar.

Namun kisah Argentina di Piala Dunia Qatar 2022 tidak semulus yang dikira. Kisah panjang Messi yang turun naik dalam meraih mimpi terbesarnya meraih piala dunia belum usai dengan drama. 

Melawan tim dengan peringkat jauh dibawahnya pada pertandingan pertama babak penyisikan grup, Messi harus tegar menerima kenyataan dikalahkan Arab Saudi 1-2. Euforia dan optimisme diawal runtuh pada kesempatan pertama. Namun Messi yang telah mencapai usia kematangan kemudian mampu keluar dari situasi tersebut dan memenangkan dua pertandingan grup berikutnya melawan Meksiko lalu Polandia dan keluar sebagai juara grup.

Pada babak knock out, drama itu kembali terjadi. Setelah lolos babak 16 besar melawan Australia dengan skor tipis 2-1, Messi harus berjuang melalui babak adu pinalti melawan Belanda di babak 8 besar. Keunggulan 2-0 Argentina dapat dibalas oleh Belanda pada menit-menit akhir sehingga pertandingan harus dilanjutkan dengan babak tambahan lalu babak adu pinalti. Beruntung Argentina memiliki Emiliano Martinez yang tangkas menghalau tendangan-tendangan pinalti para pemain Belanda.

Babak semifinal melawan Kroasia dapat dilewati secara mudah dengan unggul 3-0. Kemenangan yang memberikan kepercayaan diri tinggi dan bekal berharga untuk menghadapi Perancis difinal. Inilah puncak drama dari jalan panjang Messi meraih mimpi piala dunianya. Sempat unggul 2-0 di babak pertama dan menguasai jalannya pertandingan, Perancis bangkit secara mengejutkan di babak kedua. 

Setelah menyamakan kedudukan di menit 81, Argentina dan perancis saling serang di menit-menit akhir babak normal dengan peluang-peluang yang berbahaya. Usai tidak ada gol tercipta selanjutnya Argentina dan perancis saling berbalas gol pada babak tambahan. 

Dimulai oleh Argentina pada menit 108 yang kemudian dibalas oleh Perancs pada menit 118. Menjelang pertandingan usai pemain pengganti Perancis Kolo Muani mendapat peluang emas dengan tinggal hanya berhadapan dengan Martinez. Beruntung sepakan keras Muani dapat diblok oleh reflek kaki kiri Martinez sehingga selamatlah gawang Argentina dan juga mimpi Messi.

Pada babak adu pinalti, kembali Emiliano martinez mampu menunjukkan peran kehadirannya sebagai tembok kokoh bagi para penandang Perancis. Martinez  menjadi salah satu sosok protagonis dalam membantu Messi meraih piala dunianya. Tangispun pecah saat Gonzalo Montiel, penendang terakhir Argentina mampu menaklukkan Hugo Lloris yang membuat skor menjadi 4-2. 

Akhirnya pemain terbaik dengan tropi dan gelar individu terbanyak itu pun melengkapi capaiannya dengan tropi yang sudah didambakannya sekian lama. Messi butuh piala dunia untuk menyempurnakan karirnya, piala dunia perlu Messi agar dapat menjadi bagian dari perjalanan karir seorang talenta terbaik di dunia sepakbola. Keduanya, Messi dan Piala terlihat begitu bahagia dalam sorotan kamera.

Usai sudah perjalanan panjang itu. Puncak karir itu adalah kedamaian. Lepas sudah semua beban. Hadiah terbesar datang di bagian akhir. Novel piala dunia Messi sudah selesai. 

Hand of God bagi Messi bukanlah gol menggunakan tangan namun kisah perjuangan. Hanya tangan Tuhanlah yang mampu menulis kisahnya. Drama panjang yang melelahkan, menguji kepercayaan, namun berakhir membahagiakan. Kini biarkan Messi bermain bola sambil menari di Inter Miami.


Tamat.

BK,11072023

Ada Aku Disini


Ketika sayap tak cukup tinggi membawamu terbang menari nari..
Meninggalkan bumi dan semua yang pernah menyakiti…
Turunlah kembali,
Ada aku di sini…
Dengan cerita aku juga bisa membawamu menari nari..
Dengan dekapan hangat aku bisa membawamu terbang tinggi..
Tak perlu Peri untuk mengobati perih..
Tak perlu Dewa untuk mereda kecewa..
Ada aku di sini..




Sekali ini saja, Bunda

Bunda ..

Seingatku telah berulang kali kau meminta

Jangan pernah lelah untuk mencinta

Tanah air tumpah darah kita


Tapi sekali ini saja,  bunda

Ijinkan aku minta jeda

Ijinkan aku untuk lelah sejenak saja

Ternyata seperti di buku buku remaja

Mereka yang cinta harus rela untuk terluka


sekali ini saja, bunda

Mungkin besok atau lusa

Aku telah kembali terbuai kidung asmarandana

Yang menjadikanku rela untuk sekedar memberi 

Tanpa pernah berharap meminta 


Sekali ini saja, bunda

(Ujung Harapan, Bekasi_ Juni 2023)


Selamat Pagi, Dek

Selamat pagi, Dek...


Kau pasti masih lelap tertidur,

setelah sepanjang malam tadi,

hingga menjelang pagi,

kau tak henti berkeliaran,

dalam pikiran-ku,


apakah kau tak pernah lelah?


(Bandung, 30 Mei 2023)





LEKAS BERGEGAS SAYANG

Ayuk..... lekas bergegas,sayang,

Jangan ragu lagi bimbang 

Kuatkan hati tekad terpampang

Menjawab tunai panggilan berkumandang 

" wahai relawan dan pejuang, 

Mari bahu memikul tangan mencencang, 

Wujudkan IKN kota masa depan yang cemerlang " 


Ayuk..... lekas bergegas, sayang,

Tak perlu kau dengar suara sumbang

berangkatmu ke pulau seberang, 

bukan karena wirang atau kurang, 

Tapi satu kehormatan tersandang

perintis awal yang akan kekal dalam kenang, 

nama yang disebut dengan bangga, berulang 

Oleh anak cucu dalam banyak bincang


tidakkah terlintas dalam bayang,

mereka akan berkata 

" kami punya nenek moyang" 

begitu tangguh dan berjiwa pemenang 

tak risau nelepas kenyamanan yang tersandang 

Rela menjadi bagian dari mereka yang menimamg, 

Ibukota baru, untuk tumbuh seumpama gerbang, 

pembangunan negeri yang makin merata dalam rentang panjang 

Antara Rote Hinga miangas, dari Merauke hingga ujung Sabang, 


Ayuk, lekas bergegas sayang, 

Ibu kota negara baru telah dipancang 

Konon Jakarta kita kini, makin renta dan kerontang, 

nyaris tak kuasa lagi menjadi lambang 

Ibu kota negara yang gemilang

langitnya makin pekat oleh asap dan jelaga yang melayang, 

jelalanan makin padat tak pernah lengang 

Begitu banyak bahan bakar,uang dan waktu produktif terbuang, 

Sedang di sana daratan masih luas terbentang 

Udara yang bersih dilingkup langit nan terang 

Kicau burung jadi nyanyian pembuka hari dan penutup petang 


Ayuk lekas bergegas , sayang 

Kadang kesempatan tak datang berulang 

Apalagi seumpama hari, hidupmu telah menjelang petang, 


Ayuk lekas bergegas sayang... 


(Sutikno Slamet, Mei 2023)


APBN Kita (5 April, Sebuah Refleksi)

 

(Disimpan disini saja)...

Matahari yang terbit di Papua
dan tenggelam di Aceh Darussalam
adalah matahari yang sama


Rembulan yang mekar menyinari hutan dan belukar
Berkilauan di atas ombak dan gelombang
adalah rembulan yang sama
 
Merah putih yang berkibar megah
di halaman gedung indah  
Dan merah putih yang melambai bersahaja
di pekarangan rumah sederhana  
adalah merah putih yang sama
 
Di bawah matahari, rembulan dan bendera yang sama
Di bawah proklamasi, tujuan dan cita-cita yang sama
Di negeri gemah ripah loh jinawi dan kaya ini
Kita masih dan terus dihadapkan pada pertanyaan,
Sudahkah anak-anak bangsa sama merasakan hangat mentari pagi yang memberikan harapan?
Sudahkah anak-anak bangsa sama melihat indah rona senja yang mengantarkan kedamaian?
Sudahkah malam-malam mereka tenang tanpa mimpi-mimpi yang mengkhawatirkan?
 
Apa kabar pembangunan?
Sudah sampai dimana?
Rakyat mendapat manfaat apa?
Seberapa banyak air mata yang telah terusap?
Seberapa banyak senyum yang merebak?
Sudahkah APBN semakin mendekatkan kita dengan tujuan?
 
Dan kita berkumpul disini,  
bukan untuk mengulang pertanyaan
tetapi untuk memaknai diri kembali
di hari kelahiran yang baru kita tentukan
Sudahkah kita menjadi bagian dari solusi dan jawaban?
 
APBN adalah janji yang kita kuantifikasi
tentang apa-apa yang ingin kita raih
Janji yang kita rawat dan jaga setengah mati
Agar tidak menjadi utang, agar terpenuhi ketika temponya datang
 
Setiap lima tahun kita membuat rencana
Setiap tahun kita memeriksa kembali data-data
Tetapi itu tidaklah cukup!
Tidak!
 
APBN tidak cukup hanya disusun dengan data-data
Tetapi ia harus juga disusun dengan cinta
Karena cinta membangkitkan kesungguhan
Cinta menumbuhkan kepedulian
Karena dengan cinta, pemenuhan janji akan semakin berarti
 
APBN harus menjadi harapan, tentang
kemajuan
keamanan
kesejahteraan
keadilan
Tentang masa depan
Di saat berlebihan atau kekurangan
Di saat yang mudah maupun susah
Ia harus bisa menjadi pelita meskipun di saat paling gulita
Ia mesti menjadi jalan keluar dari keadaan yang menghimpit
walau hanya menyisakan celah yang sempit
 
APBN itu pelindung
Situasi bisa berganti dan kadang tidak bisa diprediksi
Inflasi bisa tiba-tiba meninggi, harga komoditi bisa melonjak tidak terkendali
Instabilitas kawasan dan timbulnya ancaman keamanan
Pandemi yang mampu menciptakan badai ekonomi
Tidak peduli, apa pun situasinya
APBN harus punya kemampuan untuk melindungi bangsa ini
dari keadaan yang buruk dan dampak yang bisa lebih buruk lagi
 
APBN bukan sekedar angka-angka tanpa makna
APBN bukan hanya soal pendapatan dan belanja
Tapi ia adalah cara kita mewujudkan cita-cita bangsa
 
Siapkah kita memberikan yang terbaik dari yang kita punya
Melambari setiap data dan angka dengan cinta
Menjadikan APBN bukan hanya dari satu dua sudut pandang saja
Tetapi utuh menjadi sesungguhnya APBN Kita
Kolaborasi semua anak bangsa untuk maju sejahtera bersama
APBN Kita, untuk semua
 
Hari ini kita bertanya
Pada diri, pada waktu kemarin yang tidak bisa kembali
Hari ini kita berjanji
Pada bangsa, pada hari depan yang ingin kita banggakan
 
Pada negeri ini kita berbakti
Pada negeri ini kita mengabdi
Bagi negeri ini jangan ada air mata lagi
 
Hiduplah DJA
Majulah Indonesia
 
Jakarta, 2 Mei 2023


Meranti adikku

Jadikanlah  ini pelajaran

Kalau ada 70.000 orang 
Ada satu dua yang salah
Maka tidak berarti 69.998 lainnya salah semua

Kalau ada 70.000 orang
Ada satu atau dua yang keliru
Maka tak berarti 69.998 lainya keliru semua

Kalau ada 70.000 orang
Ada satu atau dua yang curang 
Maka tak berarti 69.998 lainnya curang semua

Di semua tempat,
pasti ada oknum yang salah
Tapi jauh lebih banyak yang benar 

Kalau ada 70.000 orang 
Separoh saja tersakiti
Dan memendam sakitnya
Hingga tumpah ruah menjadi doa
Apakah kau berpikir,  
semua doa mereka menjadi lafal yang tersia??

Sebutir telor ayam

Seorang anak kecil mendapati ayamnya bertelur, 
diambilnya telur tersebut, 
ditimamg timang  dan hatinya menimbang nimbang, 
akankah telur itu digoreng atau dieramkan 
di kepalanya hadir bayangan 
"Kalau telur ini dieramkan, 
akan menetas menjadi seekor ayam, 
jika ayamnya betina 
maka akan bertelur lagi puluhan mungkin ratusan,
jika seluruh telur itu ditetaskan, 
akan ada banyak lagi puluhan ayam betina,
yang akan bertelur puluhan bahkan ratusan, 
jika ditetaskan semua,
akan banyak lagi ayam betina,
hingga bertahun kemudian 
akan ada ribuan atau jutaan ayam betina 

Kalau ribuan atau jutaan ayam itu dijual, 
dibelikannya kambing, 
kambing betina dan kambing jantan, 
akan melahirkan banyak kambing betina dan kambing jantan, 
hingga bertahun kemudian akan ada ribuan bahkan jutaan kambing 

Kalau ribuan atau jutaan kambing itu dijual, 
dibelikannya sapi, sapi betina dan sapi jantan, 
akan melahirkan banyak sapi jantan dan sapi betina, 
ratusan hingga ribuan sapi 
yang melahirkan banyak anak sapi betina dan sapi jantan, 
hingga bertahun kemudian akan ada jutaan sapi 

Kalau ribuan atau jutaan sapi itu dijual, 
dibelikan tanah dan saham, 
bertahun kemudian tanah dan saham du jual
ketika harga tanah dan nilai saham semakin mahal, 
akan terkumpul uang dan kekayaan mungkin tiga ratusan triliun 

Terbayang di kepalanya 
tiga ratusan triliun akan cukup untuk membeli rumah dan tanah yang luas, 
menggaji pelayan dan karyawan untuk mengurangi pengangguran, 
berderma kepada orang fakir dan terlantar, 
memberi beasiswa pada anak pintar yang miskin, 
membangun jalan perkampungan yang tak terurus , 
membeli dan membagikan akal sehat, 
bagi kebanyakan  rakyat dan pejabat, 
agar mereka tak banyak berucap berat, sebelum memilkirkan akibat, 
agar mereka tak gampang berkata, sebelum meyakini data, 
agar mereka tak lekas sharing, sebelum sempat menyaring "'

Plak,..... tiba tiba satu tamparan mendarat di jidat
sekumpulan aparat utusan penjabat 
memberlakukannya bak  penjahat laknat,
mendamprat lamunannya yang mengganggu dan sesat

Sebutir telur di tangannya pecah berkeciprat,
 
rasa sesalnya memberat
bukan karena tampar dan damprat
yang diterima tanpa hadirnya firasat
tapi  telur itu, 

harusnya telah menjadi lauk  sarapan yang nikmat



(Dekat Ujung Harapan, puasa hari ke empat)

Diary Umbi (II)

Nisbi (sebuah kisah fiksi dari sebuah negeri)

selamat pagi tuan petinggi, 
Hari ini kau masih hebat sekali, 
Lantang bicaramu penuh energi, 
Menepuk dada membanggakan diri, 
Jabatan tinggi ujarmu, wujud apresiasi 
atas unjuk kerja kerasmu, loyalitas dan dedikasi
yang tak semua orang bisa miliki 

Di tanganmu kini 
seolah kuasa tanpa tepi 
Penentu nasib dan masa depan ribuan umbi 
hanya melalui  jentik ujung jemari
seseorang akan melaju atau terhenti 
peluang-peluang  terbuka,  untuk mereka yang kau sukai, 
kuburan terdalam,  untuk mereka yang kau benci, 
Seolah organisasi itu perusahaan pribadi 

Mungkinkah  kau lupa, duhai.... tuan petinggi 
Di dunia ini tak ada yang abadi 
Esok atau kapan harinya nanti 
Kekuasaan itu tak ada lagi 
mungkin saja kau beranjak mutasi 
atau pensiun membuatmu pengabdianmu terhenti
atau bisa saja berakhir lebih cepat lagi, 
kalau suatu pagi, di suatu hari, 
tetiba saja  Tuhan memanggilmu kembali, 

Tidakkah pernah terbesit ada rasa takutmu,sesekali 
Anak istrimu yang kau tinggal sendiri 
Tenggelam dalam rasa sedih hati 
ketika Kerumun para umbi yang tersakiti 
Berdatangan dalam kepura-puraan empati 
Terdengar lamat bincang mereka sesekali 
 "'Ah...doa kita terkabul secepat ini"' 


Ujung harapan, minggu 050323

Disclaimer : 
Kisah ini adalah rekaan, mohon maaf sekiranya ada yang tidak berkenan 

LELAKI INI DAN PEREMPUAN ITU DAN HUJAN HARI ITU

Hujan. Lelaki Ini selalu suka hujan. Baginya, titik pertama air hujan bagaikan satu ketukan metronome. Mengorkestrasi titik-titik berikutnya. Dua, tiga, lima, tujuh, seribu sampai tak hingga ketukan. Lelaki Ini memejamkan mata, menajamkan telinga. Mencoba menangkap ketukan demi ketukan yang mencipta kata. Ketukan yang menciptakan jeda, hingga terangkai kalimat indah. Lelaki ini tersenyum. Sedikit pongah, sebagai indu - ra, sang penguasa hujan. Sampai akhirnya cambuk Zeus menyadarkannya. Dirinya tak lebih curahan awan yang lelah menahan gelisah. Menjadi genangan, lalu buyar oleh riak roda kereta besi. Hujan masih menyampaikan pesan. Satu satu lamat tersamar. Lelaki Ini mengumpulkan asa yang tersisa. Lalu kecewa. Ketika hujan tidak menyampaikan apa-apa. Hanya hening panjang penuh prasangka. Lelaki Ini terluka, laksana tanah dicecar pasukan tirta.

***

Hari itu harusnya mudah. Tidak beda dengan hari-hari lainnya. Semua tugas bisa tuntas. Hanya beberapa rapat ini itu. Mudah saja. Kemampuannya bahkan masih berlebih untuk sekedar menyempatkan membaca buku favoritnya, mendengarkan lagu atau sekedar menulis cerpen atau puisi. Just a daily routines. Tapi, terkadang dunia ini seperti bercanda. Hal-hal indah bisa berubah jadi air mata. Hati yang berbunga seketika layu meranggas mati tanpa sempat mengecap madu. Begitupun hari itu. Distance does matter. Lelaki Ini bagai kehilangan jiwanya. Tubuh tanpa rasa. Berbagai rasa tercampur, dan semua pikiran menyatu, meletupkan bara cemburu. Posesif. Terabaikan. Apakah ini akibat terlalu cinta?. Dimana rasa percaya?. Mereka sama-sama rapuh. Jangankan badai tsunami, gelombang biasa saja sudah mampu meluluhlantakkan. Lelaki Ini memang tak pernah berkisah, tentang luka dan dukanya. Perempuan Itu berprasangka, semua baik-baik saja. Lelaki Ini hanya tak ingin disangka alasan cintanya. Itu saja. Karena, baginya tak perlu ada alasan, tak butuh pelampiasan atau sekedar mengimpaskan. Semua terjadi begitu saja, dan bertahan sekian lama. Perempuan Itu pergi. Melukai diri sendiri dan tertatih. Perempuan Itu hanya butuh satu alasan untuk menurunkannya dari tahta. Tanpa tahu, betapa pamitnya sudah menghancurkan Lelaki Ini. Merenggut jiwa yang baru ada. Memberangus asa bagai semburan lava gunung purba. 

***

Hari itu harusnya mudah. Lelaki Ini tergugu. Bagaimana dia menjalani hari setelah hari itu?. Hidup tanpa jiwa, mencinta tanpa rasa. Bumi basah oleh hujan sejak semalam. Indu-ra tak merasakan apa-apa. Tidak menangkap rasa yang selama ini dititipkan di setiap tetesannya. Hanya satu alasan, dan dia terlupakan. Hanya satu alasan, lalu ketukan rintik air hanya membentuk spasi panjang. Kosong. Alih-alih kalimat indah, bahkan ketukannya tidak mampu mencipta kata. Lelaki Ini sengaja berlama-lama. Menyesap petrikor yang menyergap. Menenangkan, namun perih. Hari itu menyadarkannya, mungkin dia memang tak pantas dipertahankan. Lelaki Ini tersenyum. 

***

Hari itu memang tak mudah. Tapi, Lelaki Ini tahu dia hanya butuh satu alasan untuk tetap bertahan. Karena, cintanya tak seumur seikat mawar putih. 

...

Jujur, aku tak sanggup, aku tak bisaAku tak mampu dan aku tertatihSemua yang pernah kita lewatiTak mungkin dapat kudustaiMeskipun harus tertatih*

...


Jakarta, 24022023

*Tertatih - Kerispatih

Lelaki Ini dan Perempuan Itu dan Rapuhnya Hati Yang Lelah

Lelaki Ini terbakar. Duduk gelisah, berdiri salah. Bagai anak muda yang baru kenal cinta. Perempuan Itu duduk diam di depannya. Dengan rindu yang tak terkira beratnya. 

"Aku bisa apa?", putus asa Lelaki Ini. Mereka hanya bertukar tatap. Rehat singkat jeda ini ternyata lebih menyiksa.  Perempuan Itu membisu. Miliaran rasa berlomba menyeruak kata. Terhenti sunyi hati. Jika aku bisa, ku akan kembali, ku akan merubah takdir cinta yang kupilih. Tidak ada kebetulan dalam hidup. Rasa yang bertahta sekian lama juga begitu. Satu dasawarsa, jika tanpa rasa, pasti sudah hilang tergerus masa. 

"Jangan lepas aku ya", bisik Perempuan Itu. Jemari bertaut makna. Meresonansi rasa yang membuncah saat jeda. 

Terkadang-bahkan seringkali-manusia egois dengan harapannya. Berharap situasi selalu sesuai dengan harapan. Ketika tidak, meradang menyalahkan keadaan. Pun, Lelaki Ini dan Perempuan Itu. Waktu tak mau berpihak. Sementara, rasa tak mau dicegah. 

***

Perempuan Itu sadar, dirinya tak sempurna. Sadarnya membuatnya mengalah. Tak banyak kesah. Rasa ini sungguh tak wajar, namun kuingin tetap bersama dia. Cinta, entah apa masih ada. Sudah lama tidak ditanya. Meski ikatannya masih ada. Kisah berjalan apa adanya. Tanpa rasa. Tanpa makna. The winner takes it all. Lelaki Ini juaranya. Malaikat juga tahu, siapa yang jadi juaranya. Namun, banyak hal yang harus dijaga. She can not even hold his hand in the street. Betapapun rindu ini menggerogoti hati. Betapapun tubuh ini meronta tak rela. Lelaki Ini pun serupa. Hanya tak pernah berkisah. Seolah semua baik-baik saja. Sempurna, bahagia tanpa cela. 


bersambung ...


Jakarta, 23022023

hari yang melelahkan

Lebih Baik Aku

Lebih baik aku bungkus saja rindu ini, 

dengan bekas bungkus nasi padang.

Ku buang.

Pemulung datang. Berharap dapat rendang. 

Kecewa, 

karena hanya bungkusan asa.

Kucing mengendus, kaget. 

Ada rindu di bungkus nasi padang.

Mengeong. 

Kembali ke pangkuan tuannya.

Yang sedang sibuk menulis rindu:

pada awan, berharap terkirim lewat hujan

pada angin, agar menyelinap dari kisi-kisi yang tak rapat

pada air, supaya menggenang di setiap cerukan

dan pada sebungkus nasi padang, siapa tau kekasihnya lapar.


Jakarta, 17012023


Diary Umbi

 Dear diary,


Hari ini ada yang mutasi,

Ada yang ke sana, ada yang ke sini,

Para petinggi hilir mudik cari informasi

Bagimana si itu, bagaimana si ini

bergegas lekas atur strategi

Jangan sampai si itu, ke sini,

Agar kita tak terbebani nanti

Jangan sampai si ini ke sana

Enak banget mereka, kita dapat sisa


Kita para umbi,,

Kadang seperti komoditi

Yang bisa di tawar ke sana ke mari

Sedang  kita tak pernah punya opsi

Selain menerima siapapun teman atau petinggi,

Anggap saja kalau kebetulan dapat yang baik,  itu rejeki 

kalau dapat yang galak,  menjadi uji

kita hanya perlu bersabar, 

karena untuk itu juga,

Salah satu alasan kita umbi diberi gaji


Baik atau buruk kita,

Baik atau galaknya mereka,

Tak ada yang abadi

Cepat atau lambat,  kita atau mereka  aka pergi 

dan terganti, 

kita hanya perlu bersabar, 

karena untuk itu juga,

Salah satu alasan kita umbi diberi gaji


(Iseng pagi pagi, semua ini fiksi, kalau ada kesamaan  cerita, hanya  kebetulan semata,Bersabarlah kita  semua, karena untuk itu , salah satu alasan kita dibayar negara,)

Hikayat

(untuk tetehnumaketiung : Mahadewi)


ku selalu ingin ke sini,

Suatu tempat di ujung jalan paspati

Merawat ingatan tentang masa itu,

Kita yang duduk berhadapan 

Terpisahkan oleh meja panjang,

Makanan pesanan  yang dibiarkan dingin,

oleh percakapan dan tatapan yang hangat

Sesekali waktu itu 

Kali kaki kita yang berayun 

Di bawah kaki meja

saling bertubrukan,

Lalu kitapun tertawa bersama

Seperti kanak yang baru tahu cinta


Aku selalu ingin ke sini,

Mengingat caramu memuji 

atau menguji ku pertama kali 

 "Kamu tak tampan, 

tapi aku suka dengan dua bola matamu, 

yang kecoklatan lucu seumpama mata kelinci,

 dan alis matamu  yang tebal, seperti ulat bulu"


Sungguh,  waktu itu kupikir  kamu 

hanya basa basi,

Hingga dua puluh satu tahun hari ini,

kau tak pernah berhenti

Memuji dua mata kelinci itu 


Yang menatapmu takjub, setiap hari


(Puisi yang belum selesai, mungkin tak akan pernah selesai )