Mengenang Sapardi


Pada suatu hari nanti
ketika jasadmu tak ada lagi
Aku akan membaca kembali sajak-sajakmu
dan merasakan bahwa yang fana adalah waktu

Hanya kata-kata yang kulihat
Tak ada gambarmu
Tetapi di antara larik-larik itu
Kurasakan tenang hadirmu

Aku hanya ingin coba mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diungkapkan
mentari senja kepada cakrawala yang menjadikannya sirna

Dan akhirnya  tak ada yang lebih mengerti dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya kau mendapatinya kembali tahun ini
Menabalkan ketabahan, kebijakan dan kearifannya 
sebelum  melepas kepergianmu
dengan rintik rindu, jejak kaki dan yang tak terucapkan

BK,0720

Soulmate (deja vu)


Tidak seperti sebelumnya
Aku jatuh cinta
lalu rindu tumbuh dimana-mana

Kali ini berbeda
Aku telah merindu
bahkan sebelum kita bertemu

Dan ketika kita jumpa
Rindu itu menemukan rumahnya

Saat itu yang kuucapkan padamu
bukan pernyataan tapi pertanyaan,
‘Berapa lama sudah kita berpisah?’


BK,0720

Puisi untuk The Godfather of Broken Heart


By Ups

Mengapa lagulagumu menyayat hati ditinggal kekasih
tapi saat menyanyikannya kau bisa bergaya gembira
Berapa banyak kau pernah punya kekasih 
Mengapa mereka pergi tak lagi mau berjumpa?

Apa salahmu?

Atau itu semua hanya modus-mu
Bersedih dijauhi kekasih
Menuai simpati demi menggaet kekasih baru
Lalu kaupun kembali ditinggal pergi?

Kalau begitu, siapa sebenarnya yang patah hati?
Kupikir, yang patah hatilah yang biasanya akan pergi
Menjauhi orang yang sangat menyakiti..

Sayang sekali kau telah pergi di lima mei
Tak perlu lagi kau jawab pertanyaan kami
Kau harus jawab pertanyaan Ilahi

Kali ini kaulah yang pergi tak kembali 
lewati sewu kuto dari terminal tirtonadi, 
menuju banyu langit tinggalkan suket teki  

Kau tak perlu lagi patah hati
Karna akhirnya bertemu kekasih sejati
Semoga Dia  menunggumu di taman surga abadi 
(Mungkinkah kau di sana membuat lagu happy untuk kami?)

14 Juli 2020

Harga sebuah Mahar

Pisah

Aku biarkan amarah bersemayam di dalam kedua bola matanya.
Setelah apa yang telah kulakulan, melulunlantakan pondasi kepercayaan yang telah dibangun sekian lama.
Di sebuah bangku taman usang, sekumpulan burung gereja berlompatan mencari makan.
Aneka warna warni bunga menarik pandangan.
Semua itu tak mampu menyuguhkan kebahagiaan, padaku yang terjebak dalam ruang kata.
Setelah kata-kata itu melesat lepas dari sepasang bibir merahnya dan menghujam tepat di jantung pertahananku; kita...pisah!

Seketika, langit menumpahkan air matanya.



Rindu Yang Lelah Bertamu

Ini sudah kali ketiga, 
tepat di akhir prahar kelima,
rindu tak jua mengetuk pintu;

Entah dia lelah 
dengan kudapan yang itu-itu saja:
sepiring asa dan secangkir dusta;

Entah dia lelah
duduk menunggu tanpa kata,
lalu berlalu tanpa cinta; 

Entah dia lelah
menyingkat waktu, 
lalu kembali jadi rindu.


Jakarta, 07072020

Tulisan ke-30

Indahnya Bukan untuk Dimiliki

Setiap hari pemandangan laut lepas nan indah ini dapat Kami nikmati. Desiran ombak, air laut biru nan bening, bukit-bukit nan gagah, burung-burung yang berterbangan sungguh amat indah dipandang, dimana mata ini seolah tak pernah jemu untuk memandangnya. Sore hari setelah selesai waktu bekerja dan juga untuk menghilangkan rasa penat yang telah dirasa, biasanya kami  mengunjungi taman pala. Taman pala adalah sebuah taman kota yang terdapat di Kota Tapaktuan, Aceh Selatan.

Disana terdapat berbagai macam penjual makanan ringan dan minuman ringan, disana juga terdapat deretan warung yang menjual makanan berat. Biasanya setelah membeli es krim ataupun bakso, kami duduk santai di pinggir laut menikmati eloknya laut luas di Tapaktuan. Biasanya masing-masing kami menceritakan apapun yang bisa diceritakan.  Hal-hal sederhana pun dapat dijadikan bahan tertawa. Mungkin hal ini bisa menjadi kenangan indah saat kami tak lagi mengabdi di tempat yang sama.

Aku suka mengambil gambar di daerah ini, walaupun sebelumnya Aku sudah pernah melakukannya. Mengabadikan pemandangan  laut yang tenang, langit yang luas, bukit yang berjejer tak akan pernah jemu Aku lakukan. Kami menyudahi menikmati pemandangan laut kala sudah terdengar rekaman suara mengaji dari mesjid terdekat. Seketika kami bangkit dari batu pembatas laut yang sedang kami duduki kemudian berjalan menuju kendaraan yang sedang terpakir rapi kemudian kami menikmati perjalanan kembali ke rumah.

Terbesit dalam pikiran untuk bertanya kepada diri, bagaimana jika di bumi ini tidak ada air laut? Pastinya Kita tidak akan pernah bisa menikmati indahnya pemandangan laut yang elok dan menyejukkan mata. Ketika melihat sesuatu yang indah biasanya manusia berkeinginan untuk memilikinya, apakah Kamu setuju dengan pernyataanku?
Bagaimana dengan laut yang indah ini, Kita tak akan mungkin bisa memilikinya. Akhirnya Aku dapat menyadari bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan itu hanya untuk dinikmati begitupun segala kesempatan yang datang  dan hal yang kita dapatkan bukan untuk dimiliki selamanya, seperti orangtua, pekerjaan, teman, pasangan, anak. Jadi mengapa kita terlalu menggengam sesuatu yang sebenarnya tidak akan kita miliki selamanya?