Crossroad

         Kepolisian Los Angeles, disanalah Brian bekerja sebagai detektif. Brian terkenal sebagai polisi bersih dan disegani baik kawan maupun lawan. Dulunya ia hanya seorang anak kecil biasa, namun hingga ayahnya pergi dari rumah ia menjadi anak yang nakal. Ia pernah mencuri minimarket, menodong orang, dan minum-minuman keras hingga mabuk. Akhirnya setelah ia besar ibunya memasukkan ia ke akademi polisi. Setelah melalui pahitnya pelatihan kepolisian sampailah ia pada saat ini sebagai detektif. Kala sore itu Brian baru saja menangkap rekan kerjanya yang sudah diduga selama ini melakukan suap. Ia kembali ke ruangannnya dan duduk sejenak. Ia memutar kursinya dan melihat banyak piagam penghargaan yang ditrimanya. Tak lama kemudian masuklah Betty memberikan surat tugas kasus selanjutnya.
"Kau sebaiknya berhati-hati Brian"
"Kenapa? Apa yang harus kutakutkan? Aku terlahir dari kehidupan yang keras. Tidak ada yang bisa menghentikanku"
"Aku sudah bilang, kali ini berbeda", jawab Betty. "Lihat saja sendiri".
Brian pun memutar kursinya menghadap meja dan membuka file tersebut.
"Kali ini kasus yang kau tangani adalah Mario Fernandez, kau pernah dengar? Dia adalah bos pengedar narkoba di kota ini dan ia sudah menyuap banyak polisi".
Sambil membaca biodata target-target di file itu Brian terkejut.
"Tidak mungkin! Bajingan ini!"
Tertulis Michael Johnson. Sosok ayah yang pergi meninggalkan Brian semasa ia kecil. Sampai saat ini Brian tidak tahu kemana dan mengapa ayahnya meninggalkan keluarganya.
"Ya Brian, kali ini kau melawan penjahat paling berbahaya di kota ini dan juga . . .. ."
"Ayahku".
         Terkadang Brian pernah melihat ibunya menangisi kepergian ayahnya dan masih berdoa supaya ayahnya kembali dengan selamat. Selain ingin merubah dirinya, alasan Brian menjadi seorang detektif karena ingin mencari keberadaan ayahnya dan mengetahui kebenaran selama ini, dan jika bisa membawanya kembali. Namun kini dia harus berhadapan dengan ayahnya yang kini menjadi anak buah Mario Fernandez.
"Apa kau akan menerima kasus ini walau kau harus menembak ayahmu sendiri?" Tanya Betty
"Aku siap! Berikan padaku!"

Catatan :
Tulisan pada Workshop Menulis 13-4-17

Catatan Harian Ahmad Wahib dan Pergolakannya yang Tak Pernah Selesai


Gaya penyampaian Ahmad Wahib berbeda jika dibandingkan dengan Abdurrahman Wahid yang notabene sejak kecil sudah hidup di lingkungan pesantren yang tradisional. Pun juga berbeda dibandingkan dengan Nurcholis Madjid yang memang sempat mengenyam pendidikan sastra dan filsafat di perguruan tinggi di Saudi Arabia. Ahmad Wahib lebih liar dan tanpa dasar. Namun, menurut saya pribadi hal tersebut justru menjadi kelebihannya. Hentakan-hentakan pada tiap kata-katanya sangat natural, khas pergolakan pribadi yang dituangkan dalam medium catatan harian. Hal ini saya kira adalah semacam gejala umum pada tiap pribadi dalam proses pencarian.

Apa yang dilakukan oleh Ahmad Wahib, saya kira tidak ada bedanya dengan usaha Rasul Ibrahim AS ketika mencari Tuhannya. Perbedaannya, di sini Ahmad Wahib hendak mengkritisi konsep ketuhanan yang selama ini telah dianggap mapan. Orang mungkin akan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Wahib sungguh keterlaluan. Ya, dia mengkritisi kesempurnaan Tuhan. Namun demikian, menurut saya yang terjadi adalah perbedaan perspektif dalam memandang konsep Tuhan itu sendiri. Secara umum orang menganggap Tuhan hanya sebatas pada sesembahan. Namun, Wahib ingin melahirkan konsep berketuhanan yang lebih intim. Dia ingin menjadikan Tuhan itu sebagai teman diskusi. Coba saja baca buku tersebut, maka akan Anda temukan Wahib merasa kesepian, dia selalu berharap dapat bertemu dengan Tuhan dan berdiskusi dengannya. Dia juga begitu merindukan kehadiran Rasul Muhammad yang seandainya dilahirkan pada zaman sekarang, mungkin dia akan mencabut sunnah-sunnah yang dulu pernah dilakukannya.

Apakah salah menjadi muslim seperti Wahib?

Pada akhirnya Wahib harus meninggal pada usia yang begitu muda. Soe Hok Gie pernah berujar, orang yang paling beruntung adalah yang tidak pernah dilahirkan sama sekali dan orang yang mati muda. Wahib barangkali begitu beruntung, setidaknya dia tidak perlu menunggu waktu yang terlalu lama untuk mendengar jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya tersebut langsung dari Tuhan Yang Maha Kasih. Barangkali juga, Wahib kini sedang berdiskusi dengan Tuhan tentang hal-hal lain yang tak sempat ia tanyakan ketika masih hidup dulu.

Bersyukur

"Aduh kenapa penghasilanku cuma segini, padahal kerjaanku nggak pernah ada habisnya."
Sering nggak sih, kita berkeluh kesah seperti ini. Sepertinya sih tidak perlu dijawab. Jawaban ada dalam diri kita masing-masing.

Ketika penghasilan bertambah, bersyukurlah kita pada saat itu. Namun sepertinya si syukur nggak betah lama-lama hinggap di hati. Apalagi kalau ada berita pegawai dari instansi lain ternyata penghasilannya lebih banyak dari kita. Tambah sakitlah hati kita.

Kita sering me(lupa)kan , bahwa di luar sana banyak sekali orang yang mendapat penghasilan jauh lebih sedikit dari kita. Bahkan bisa jadi orang tersebut bekerja lebih keras daripada kita. Seringkali alam bawah sadar kita selalu merasa bahwa hidup ini tidak adil. Rasanya kasihan banget ya si hidup dan si adil dibawa-bawa. Sumber ketidakadilan menurut penulis adalah perasaan kita sendiri.

Berbagai kata diungkapkan. Kita merasa diri kita sudah bekerja keras dan bahkan boleh jadi kitalah juara dalam bekerja keras. Tapi sebenarnya itu kan menurut perasaan kita. Mungkin saja orang lain pun beranggapan bahwa dirinyalah yang sepatutnya mendapat penghasilan yang besar. Terjadilah saling klaim berdasarkan perasaan masing-masing.

Lebih jauh lagi adalah ketika ternyata apa yang kita dapat lebih banyak dibandingkan orang lain, tetap saja kita tidak merasa puas. Pernahkah sedikit saja kita bertanya kepada diri kita sendiri bahwa apa yang selama ini kita terima sudah sesuai dengan kontribusi yang kita berikan kepada pemberi penghasilan? Jawabnya ada pada diri kita masing-masing.

Kadang kita merasa bahwa diri kita adalah "pahlawan" sehingga harus mendapatkan perhatian lebih daripada yang lain. Pahlawan yang berteriak karena merasa diperlakukan tidak adil. Melalui surah Ar-Rahman Allah SWT  mengulang-ulang ayat "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan." Rupanya Allah SWT maha mengetahui bahwa seringkali makhluknya lupa bersyukur.

Kita terkadang merasa bahwa kita adalah orang yang paling ikhlas dalam bekerja. Benarkah? Setiap bulan rekening kita bertambah sebagai imbalan dari pekerjaan kita. Lebih hebat lagi penambahan jumlah di rekening kita itu jarang sekali terlambat.

Sejatinya kata "ikhlas" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tulus hati. Pertanyaan selanjutnya sejauh mana kita memberikan hati yang tulus dalam bekerja. Hati kitalah yang akan tahu jawabannya.

Salam ....

Diari saya: Menjadi Ibu Baru, Mencari Tahu Tantrum




Menjadi Ibu, bagi saya.. 



Saya tidak tahu perasaan ini begitu indah. Ketika anak saya hanya mau berada di pelukan saya. Saya merasa begitu dibutuhkan. Saya merasa ia begitu ingin bersama saya. 


Tapi. Itu..hanya..sebagian..kecil..kisahnya..


-------------------------


"Ama akung ajaa.. huaaaaa.....Ama akung aja..  huaaaaa"
Jeritnya di kasur saat saya mau mengipasinya yang hendak minum susu.

"Akung ga adaaa...."

"Huaaaaa"

Saya pergi keluar kamar dan tiduran di kamar mamah saya. Sebenernya saya kesel. Kzl.
Eh tangisnya mereda sendiri.

MasyaAllah jadi ibu harus sabar sabar ...

Anak saya sekarang lagi lucu lucunya, sodara sodara..
Kecuali kalau lagi tantrum.

Dan ia sekarang kadang mempersenjatai diri dengan tangisan. Ndak diturutin..nangis.. apa apa salah ga sesuai keinginannya...nangis..

"Ayo mandi sayang.."
"Engga sayang.."

"Dek, bunda solat dulu ya"
"Engga dulu ya"

"Siapa tuhanmu?"
Jawabnya entah apa ngga bener.. T.T

Saya pernah ke kabur ninggalin ia solat magrib.. secara waktunya terbatas Khan..
Jadilah anak saya nangis kenceng..
Astagfirullah.

Tadi pagi saya ngejar ngejar waktu ngasih makan cornflake plus susu..
Itu sih, emang biasa... makan sambil kabur kaburan
Agak siangan.. saya ajak ke supermarket.. 
Sepanjang muter supermarket dipegang terus crayon yg saya belikan. 
Sampai kasir..teteup dipegang erat.
Saya minta.. engga dikasih
Saya udah bilang

" sebentar doang.. ntar dikasih Aya lagi..mau discan sama mbanya.."

"Kan harus dibayar dulu..."

Pokoknya lama..ga dikasih. Titik. 

Saya akhirnya agak paksa kan kasian mbaknya nunggu drtd..
dan ga sampe semenit udah sy balikin.

"Pluuukkk . ..."
Dilempar tu crayon ke lantai..

Saya ambil sy kasih lagi
Alhamdulillah siy, terus mau dipegang lagi..

Tapi ga lupa juga, kalau
Kadang saya juga terharu ..
Saya ajak solat walaupun ga tertib tapi tiba tiba sujud di sajadahnya di sisi saya.

 Lucu..

Kadang saya ajak ngaji diikutin juga bagian ujung ujung ayatnya..

Lucu
Kadang saya ajarin sesuatu dan ia merekamnya.. seperti konsep adik kakak kucing..
Emak bapak kucing..

Lucu

"Aya Aek Awa..(Aya naik pesawat)"
Waa...
"Awa nya ga Ica ebang (pesawatnya gbs terbang"
Ternyata main bantal guling dijadiin pesawat
😂
Khan maen lucunya...

Dan tadi siang saya sampai agak serak mengaji untuknya
Karena biasanya dingajiin lalu ngantuk
Ini dingajiin malah diri di kasur mainan boneka guguk..

Lu..cu. . Ju..ga..hiks.

Dan ini baru saja terjadi..


"Ga tidur tidur...Sama bunda ya?"
"Iyak..pake empes (pempers)"
"Kan mau tidur bukan mau main.."
Saya mulai ngajiin..
"Huk huks.. 

Huaaaaa....Ama akung ajaaaa..."

"Iya bunda panggil duluu"
@almost 10 pm

Lu..cu..Khan........


Abis itu saya googling-googling...(telat yak?) soal tantrum, dan inilah ringkasannya:



Kalo saya rangkum dari beberapa tulisan di keluargakita.com, tantrum adalah ekspresi emosi intens anak usia 1,5 sd 3 tahun yg normal..yg ditunjukkan dg marah, membanting barang, menendang, menangis..dll. Penyebabnya adalah ...jreng jreng..
1) sakit atau kondisi fisik anak misalnya lapar, haus, dan ngantuk..
2) kondisi emosi anak..karena anak itu memang memiliki kondisi emosional yg berbeda
3) kondisi emosi orang tua..misal orang tua yg marah saat menghadapi anak yang marah, menjerit saat anak menjerit..ini membuat tantrum semakin menjadi jadi. Selain itu, respon orang tua yg tidak konsisten, misal menerapkan aturan yg berbeda kepada anak..akan membuat tantrum semakin menjadi.
4) adanya konflik..misal mainannya direbut teman..



Tantrum sendiri ada beberapa jenis..

dan rata rata waktu tantrum adalah sebelas menit..

Jadee.. kalo kelamaan konon sudah harus dikhawatirkan yaa (lebih dari 25 menit)..selain itu juga patut khawatir bila frekuensinya terlalu sering (lebih dari 10 kali dalam sehari atau dalam satu kurun waktu).
Demikian pula kalau tantrumnya sudah cenderung merusak (10 kali merusak barang dari 20 kali tantrum)..baik merusak barang, melukai orang lain, dan diri sendiri..
Laluuu...

Bagaimana mencegahnya??

How howw




Bagaimana orang tua mencegah atau mengatasi tantrum/power struggle?
1) bersepakat dengan anak tentang aturan yang jelas dan konsisten, serta tidak memberikan peringatan/ mengancam yg gak masuk akal. Kalo ga masuk akal anak lama lama ngga percaya lagi sama orang tuanya
2) konsisten menjalankan rutinitas agar anak paham apa yg dapat dan tidak dapat dilakukan
3) mengantisipasi dan mencari sumber masalahnya
Misal kalau anak suka tantrum kalau lapar, maka jangan biarkan ia sampe kelaparan xD
4) mau mendengar anak / empati
5) membiarkan anak memilih/ memberi pilihan (yg masuk akal) untuk melatih anak memiliki kontrol atas dirinya
6) mengelola emosi orang tua
7) beri waktu anak untuk mengelola emosi dan beri orang tua waktu juga untuk mengelola emosinya
8) menaruh ekspektasi yg masuk akal pada anak, sesuai kemampuannya.
Yaak..demikianlah begitulah begonolah ringkasan yg saya dapat dari keluargakita.com
Tentunya pas dijalani ga semudah itu yaaa....tapi kalau didiamkan juga bukan pilihan bijaksini khan..

Semangat..

Paling gak, semangat dan niat aja dulu
Niat buat mendidik anak dg versi terbaik kita..
dalam rangka mencari ridho Ilahi 

Hmpph....
Bismillah.


Disposisi


Waktu itu, kalau ada pegawai yang tidak pernah terfikir untuk kuliah lagi baik untuk sekedar mengembangkan diri maupun untuk karir di kantor, aku adalah salah satunya. Alasan utamanya tentu karena rendahnya "pendapatan asli daerah" ditambah lagi karena kebetulan baru lulus kuliah... jadi itung-itung masih ingin menikmati "grace periode" yang cukup lama dulu lah sekedar untuk mendinginkan otak (tapi perasaan, gak pernah panas!)



Penulis Inspirasi

Pancingan Pak Jo, minggu pagi itu memicu rasa penasaran. Dia minta teman2 menulis nama2 penulis favorit beserta alasannya, supaya jadi inspirasi.

Udah lama juga nih ga nulis asik. Banyak ide, pas ditulis, kok kaku banget, terlalu serius. Nahhh mungkin bisa dimulai dari penulis favorit dulu. Walau awalnya bingung juga, karena aku pembaca buku yang pemilih. Kalau ada yang kasih referensi buku nya bagus, baru mau baca.

Tapi, di antara sedikit koleksi buku yang pernah ku baca, penulis2 nya jadi berkesan.

1. Anis Matta


    Sepanjang yang aku ingat, penulis dengan gaya populer yang pertama kali menginspirasi ku ya... bapak satu ini. Sebelum jadi politikus, Pak Anis rajin menulis tentang keluarga, baik di majalah UMM* atau koran Republ*ka. Tulisannya banyak menggugah peran ayah, ibu, suami, atau istri dalam rumah tangga. Kumpulan tulisannya yang dikompilasi di buku "Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga" bisa dibilang motivator ku buat cari jodoh, biar ada yang ngegombalin halal. He he he..

2. Andrea Hiratta


     Pasti semua tahu dong, cerita laskar pelangi. Selain gaya bahasanya yang detil dan nyastra banget, tokoh2 di buku tetralogi Laskar Pelangi menginspirasi banget, terutamaaaa .... Lintang. Iya, justru bukan si Ikal. Karenaaa ... Lintang itu simbol kecerdasan yang tawadhu, dengan segala kekurangannya, Lintang tetap semangat mencari khazanah ilmu.

3. Daoed Joesoef


    Satu-satunya tulisan populer pak Daoed, Mendikbud Kabinet Pembangunan III, yang aku baca dan aku tahu: Emak. Di novel ini, beliau jelas sekali menggambarkan bagaimana Emak yang seorang guru sederhana berhasil menanamkan ideologi kebangsaan, semangat menuntut ilmu, dan filosofi hidup. Nilai2 yang diajarkan Emak ini yang membentuk pribadi Pak Daoed sampai menjadi putra RI pertama yang meraih gelar DR negara di bidang ekonomi dari Sorbonne. Buku ini yang menyadarkan aku peran penting al umm madrosatun ula.


4. Langit Kresna Hariadi



     Membaca novel karya LKH, bikin seolah-olah kita menyaksikan petualangan-petualangan Gadjah Mada mengembara dari hutan ke hutan demi melindungi simbol tertinggi Kerajaan Majapahit dari incaran pengkhianat yang menyamar. Aku juga bisa merasakan, bagaimana leluhur bangsa ini merajut pulau demi pulau sebuah negara besar bernama Nusantara. Pokoknya, seperti membaca kitab Negarakretagama versi populer.

Sesungguhnya, semua penulis adalah inspirator dengan bacaan, pengalaman dan pengetahuan mereka yang membuka wawasan dan mata kita.

Begitu juga kalau membaca tulisan-tulisan di BnD. Rasanya, seperti benar2 melihat kota2 di Eropa waktu baca Esperanza-nya dik nana, fokus pada pemahaman tidak semata2 pencapaian, bagaimana bersikap di lingkungan yang asing, meresapi apa itu bahagia yang sebenarnya, bahkan analisis dengan gaya bahasa slank tapi tetap ngelmu. Sampai2, aku kok kayak ngerti waktu dik nana nulis cerpen bahasa Jerman 😅😂

Yuppp... bapak/ibu/teman-teman kontributor di BnD sangat menginspirasi. Dengan bahasa yang enak dibaca, gampang dimengerti, dan enggak menggurui. Suksesss buat BnD 👍

"Mak, lihatlah, bagai batang air yang terus mengalir dengan tak pernah memutuskan diri dari sumbernya barang sedetik pun."
                                                         -Daoed Joesoef, 2010       
🌾
   

Kisah Iteung Episode PHP......

Suara merdu gemericik air yang ditumpahkan Sang Maha Pencipta mengiringi obrolan sore itu. Iteung curhat ke akang soal segala macam persoalan termasuk soal pohon nangka tetangga yang masuk ke pekarangan rumah.

Akangnya Iteung sih seringnya nggak peduli dengan celotehan Iteung. Mungkin dianggapnya celotehan Iteung bagaikan kaset baru dengan lagu refil.
"Kang, Iteung pengen bakso pedes."Iteung coba merajuk ke si Akang.
"Bukannya tadi udah ngabisin tiga piring nasi, dua ayam goreng, ikan peda, lima tahu dan dua mangkok sayur lodeh."
Ih lengkap banget ya si Akang nyebut apa aja yang masuk ke perut Iteung kayak dosen yang lagi nguji tesis mahasiswa S2 yang nggak lulus-lulus.
Iteung cuma bisa mesem malu-malu meong. Akang juga cuma bisa geleng-geleng kepala kayak lagi dengerin lagu dangdut.

Entah karena kebetulan atau karena ada kontak batin antara Iteung dan abang bakso, tiba-tiba si abang bakso muncul di depan rumah. Suara detingan sendok yang beradu dengan mangkok mengalun merdu di telinga Iteung. Harmoni yang sempurna bagaikan mendengar konsernya Twilite Orchestra.

Si Akang menghentikan laju gerobak bakso. Ih, emang si Akang mah cerminan suami idaman banget. Tahu apa yang diinginkan istrinya. Iteung lari ke dapur mengambil mangkok.

"Bang, masih ada baksonya?" tanya si Akang.
"Banyak pak." Mata si abang bakso berbinar membayangkan tambahan uang yang akan ditabungnya untuk berkunjung ke Kebun Binatang bareng anak dan istrinya.
"Bakso telur ada bang?" kembali si Akang bertanya.
"Ada."
Akang kok cerewet ya.
"Mie ada kan?"
Abang bakso mulai kesal.
"Ini orang mau beli kok cerewet banget ya."pikirnya.
"Ada pak." jawabnya mulai sewot.
"Bakso urat masih?"
"Masih paak." jawab abang bakso sambil mensusuk-nusuk bungkus plastik garam dengan garpu.
"Bagus kalau gitu. Ayo berangkat bang, jual baksonya. Mudah-mudahan banyak yang beli." datar suara si Akang.
"Sehat pak? mata abang bakso melotot.
"Lagi banyak pikiran bang, istri banyak maunya."
Gigi Iteung gemerutuk menahan emosi. Iteung masuk ke dapur nyari bangku kayu  buat ngelempar muka si Akang.
"Akaaang, bangku kayu disimpan dimana? teriak Iteung.
"Udah digergaji buat bikin bet pingpong." Balas si Akang.
"Nurustunjung!!!"........

*Nurustunjung (bahasa sunda kasar)=kurang ajar
Tulisan ini sebelumnya ditulis dalam bahasa Sunda tanggal 9 Februari 2015 dan diupload di akun Facebook.


Film Review: John Wick

John Wick (image: Wikipedia)


I don't like violence. So is the same with choices of movie. Unless there is Keanu Reeves in it. Or, Iko Uwais ... but let's save the latter name for another review. We cannot compare silat with kungfu (or gun-fu in this matter). Besides, that is not the violence which attracts me to watch John Wick. It is Keanu (and let's hope my husband does not read this writing). Pun intended, of course.

I am romantic at heart. So, for me everything has to has a cause. Letting things go by without a good cause is painful. Any good cause keeps the world go around. It keeps us alive ... to live in hope, despite all the darkness. To tell us, "Every cloud has as silver lining". So, what is the cause of John Wick? It is about a second chance ... to have a life, to feel love, and being loved too.

The film tells a story with economy on words. There are not much dialogues to remember. But once they happen, it is quotable quote worthy. Watching the film running is like reading a bedtime story for a toddler, where the book has beautiful and clear illustrations about what is going on. There is no need to describe or explain anything. Just sit and watch, then let the story unfolds.



... a man of focus, commitment, and sheer will ... 

Each scene unfolds like coming from different universes. The calm universe of John's house. The hyperrealism of assassins' underworld. The hype and vibe of colorful nightlife in an unnamed metropolitan city. The rustiness of an abandoned military field. The washed away helipad spot in a heavy rainfall at night. Let's not forget how awesome the Continental is. The only cozy spot in which killers can have a drink, eat, sleep, and mingle with each other without fear of being killed. It is all for a stash of gold coin, to be sure.

The scenes are always taken from 2 different points of views: the audiences perspective ... and John Wick's eyes. From our eyes, he is like living a world of wonders, where everybody nods at him while keeps citing the legend in hush-hush tones within private clubs. From John's eyes, we can feel his loneliness ... having everything and knowing everything while losing the only thing he cares about in his life. All because of the stupid son of his ex-boss.

John is the legend. But he is not like the ones "telling" all CV's in your face. In the contrary, we will never knew if the  thugs did not kill his puppy. Iosef and his gang thought it was a fair game for John refused giving in the Mustang. They just did not know it was not about money. The car and the puppy were the only remaining things that connect him to his late wife. By taking them away, surely Iosef has awaken the legend from his long sleep. It is almost like an inverted version of sleeping beauty, actually. The happiness ends when it is time to wake up. Thus, shall begins all of the unexpected mess.

... a semblance of hope ...
John slammed the hammer on his basement floor to dig everything he had buried in the past. His rifles, knives, pistols, machine guns, boxes of bullets, and hundreds coins of gold ... the only currency for assassins business. At this point, one begins to wonder ... who is this guy we are watching here. It only adds to the mystery as we watched him taking shower almost like a ritual ... like a part of holy action. With tattoo's in his back, "Fortis Fortuna Adiuvat," now we may suggest a connection with the Navy ... or John has understood that "fortune favors the bold."

Not long after that, suddenly the melancholic and serene life we had watched in the first 10 minutes has now turned into a nightmare. 12 men broke into his house ... in which John waited with a long list of strategy; welcoming unwelcome guests with endless blasts of gunshots, noises of broken bones, and splashes of blood on the walls. And all of these people are wearing three-piece suits, by the way.

As soon as he starts, there no turning back. That is why Viggo got really pissed off on his son ignorance for what he does. Viggo knows John. He made the legend. He created the ghost, the "Baba Yaga". Viggo was the one giving an impossible task, of which John accomplished in turn for leaving assassin life for a love of a woman. Now he returns, without wanting to be part of it ... no one expecting a hug. Only hoping to save their own lives from his coming. By the end of the film, we know there are 78 guys failed to do so. Losing their lives.

But, is it worth it?

We know John does not after these people. It is Iosef he is looking for. But as much as Viggo has been disappointed by his only heir, we also know that he has to protect Iosef in order to become a responsible father. I see this a bit sad since I have the impression that Viggo loves John more than he does to his son. So, the last fight between him and John is actually the moment when everyone puts his cards on the table. They have nothing to lose anymore. They have no more reason to continue. John has lost his wife. Viggo has lost his son. The puppy has died. All of 78 bodyguards have died too ... so we see John walking away in a cold rainy night ... and feel pity for him.

But, Hollywood has its tricks. Soon after that last scene, John met a pitbull dog. What!?

(I will save John Wick 2 for another review. All photos are screenshots from the original movie)