Bersyukur

"Aduh kenapa penghasilanku cuma segini, padahal kerjaanku nggak pernah ada habisnya."
Sering nggak sih, kita berkeluh kesah seperti ini. Sepertinya sih tidak perlu dijawab. Jawaban ada dalam diri kita masing-masing.

Ketika penghasilan bertambah, bersyukurlah kita pada saat itu. Namun sepertinya si syukur nggak betah lama-lama hinggap di hati. Apalagi kalau ada berita pegawai dari instansi lain ternyata penghasilannya lebih banyak dari kita. Tambah sakitlah hati kita.

Kita sering me(lupa)kan , bahwa di luar sana banyak sekali orang yang mendapat penghasilan jauh lebih sedikit dari kita. Bahkan bisa jadi orang tersebut bekerja lebih keras daripada kita. Seringkali alam bawah sadar kita selalu merasa bahwa hidup ini tidak adil. Rasanya kasihan banget ya si hidup dan si adil dibawa-bawa. Sumber ketidakadilan menurut penulis adalah perasaan kita sendiri.

Berbagai kata diungkapkan. Kita merasa diri kita sudah bekerja keras dan bahkan boleh jadi kitalah juara dalam bekerja keras. Tapi sebenarnya itu kan menurut perasaan kita. Mungkin saja orang lain pun beranggapan bahwa dirinyalah yang sepatutnya mendapat penghasilan yang besar. Terjadilah saling klaim berdasarkan perasaan masing-masing.

Lebih jauh lagi adalah ketika ternyata apa yang kita dapat lebih banyak dibandingkan orang lain, tetap saja kita tidak merasa puas. Pernahkah sedikit saja kita bertanya kepada diri kita sendiri bahwa apa yang selama ini kita terima sudah sesuai dengan kontribusi yang kita berikan kepada pemberi penghasilan? Jawabnya ada pada diri kita masing-masing.

Kadang kita merasa bahwa diri kita adalah "pahlawan" sehingga harus mendapatkan perhatian lebih daripada yang lain. Pahlawan yang berteriak karena merasa diperlakukan tidak adil. Melalui surah Ar-Rahman Allah SWT  mengulang-ulang ayat "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan." Rupanya Allah SWT maha mengetahui bahwa seringkali makhluknya lupa bersyukur.

Kita terkadang merasa bahwa kita adalah orang yang paling ikhlas dalam bekerja. Benarkah? Setiap bulan rekening kita bertambah sebagai imbalan dari pekerjaan kita. Lebih hebat lagi penambahan jumlah di rekening kita itu jarang sekali terlambat.

Sejatinya kata "ikhlas" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tulus hati. Pertanyaan selanjutnya sejauh mana kita memberikan hati yang tulus dalam bekerja. Hati kitalah yang akan tahu jawabannya.

Salam ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar