Abah

"Bah, mogok lagi?" Tanyaku agak kesal
Abah hanya mengangguk sambil meniupi busi seperti sedang meniup balon untuk ulang tahun.
"Bah, nanti telat nih." Aku cemberut sambil merajuk.
"Sabar ya." Abah mencoba menyalakan motor vespa tuanya sambil berpeluh keringat. Motor Vespa Abah itu bagaikan anjing dalmatian karena seluruh bodinya dipenuhi dempul putih. Kondisi itu dibiarkan bertahun-tahun tanpa pernah bisa dicat karena nggak ada biaya.
"Namanya juga motor antik." kata Abah suatu saat ketika kami anak-anaknya menanyakan kenapa motornya belum dicat juga.

Akhirnya motor bisa nyala. Aku dan tiga adikku langsung menempati posisi masing-masing. Dua anak paling kecil berdiri di belakang. Adikku langsung duduk di   tengah dan aku duduk paling belakang. Bayangkan kalau polisi menemukan kami berlima menaiki motor. Pasti kami akan menghabiskan waktu di kantor polisi.

Begitulah setiap hari Abah mengantarkan kami ke sekolah dengan motor Vespa Dalmatiannya. Biasanya tiga adik kecilku turun terlebih dahulu. Biasanya sih aku turun dari motor sambil celingak celinguk jangan sampai teman sekolahku melihatku datang ke sekolah bersama Abah.

Abah mengajar mata pelajaran Ilmu Pasti (Matematika, Fisika, Kimia) juga mengajar keterampilan elektro di sekolahku masa SMP. Saat itu perasaan malu selalu membebaniku ketika aku masuk sekolah maupun pulang sekolah. (Maaf ya bah).

Abah orang yang sangat peduli dengan minat baca anak-anaknya. Namun saat itu sepertinya tidak memungkinkan membeli buku buat kami. Gaji guru saat itu sangat minim dan tidak mengenal sertifikasi seperti saat ini. Dalam keterbatasan Abah selalu membeli koran buat anak-anaknya hanya agar anak-anaknya mau membaca.

Abah adalah orang yang sangat sederhana dan sepenuhnya mengabdi untuk dunia pendidikan. Sepanjang aku hidup bersama Abah, tak pernah sekalipun Abah mengeluh tentang kondisinya. Tak pernah pula aku mendengar Abah membicarakan kejelekan orang lain.

Aku merasakan bahwa Abah selalu bersyukur walaupun aku tahu bagaimana sulitnya saat itu membiayai kami empat orang anaknya. Kami sering bandel dan mungkin mengecewakan Abah. Ketika aku menonton film Laskar Pelangi, aku merasa penggambaran sosok abahnya Ikal yang dibintangi oleh Mathias Muchus  tepat menggambarkan Abah.

Abah selalu memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Sebenarnya dahulu Abah selalu menyediakan waktu untuk mengajariku Matematika dan Fisika. Namun aku selalu menolak dengan berbagai alasan. Sampai akhirnya ketika masuk SMA, kulihat Abah agak kecewa karena aku memilih jurusan Sosial dibanding IPA.

Ketika masuk ke bangku perguruan tinggi, aku baru sadar kalau seharusnya aku bangga punya Abah yang sangat perhatian kepada anak-anaknya. Mulai saatt itu aku selalu bergembira ketika Abah yang masih setia dengan Vespa Dalmatian mengantarkanku pergi ke kampus.

Satu hal yang juga menyebalkanku saat itu adalah ketika Abah selalu menyelinap tiap malam ke kamar anak-anaknya. Abah hanya ingin memastikan kalau tidak ada seekor nyamukpun yang menggigit anak-anaknya. Caranya menepuk nyamuk dengan kedua tangannya.
"Abaaah!!! Berisik." Aku selalu berteriak tapi Abah selalu mengulanginya lagi dan lagi setiap malam.
Sekali  lagi maaf ya bah.

Abah juga senang sekali melihat anak-anaknya makan enak. Kalau punya uang lebih, biasanya Abah memasak makanan istimewa buat kami atau membuatkan es kacang hijau, es tapi atau es yoghurt.. Makanan yang biasanya dimasak sendiri adalah pisang goreng dan sop kaki sapi. Masih terbayang kelezatan masakan Abah di lidah.

Buatku Abah mirip McGyver, tokoh hero di serial televisi yang tayang pada akhir tahun 80 an dan awal tahun 90 an. McGyver adalah hero yang bisa memperbaiki segala sesuatu untuk memudahkan orang lain. Di mataku  abahpun demikian. Mulai dari memperbaiki barang elektronik sampai sekedar menambal pakaian yang robek.

Jaman dahulu, kami hanya punya televisi hitam putih. Suatu ketika waktu kami sedang menonton televisi, gambarnya goyang-goyang padahal tidak ada gempa bumi. Kami tunggu, siapa tahu karena hembusan angin kencang. Ternyata tetap saja si gambar bergoyang-goyang. Saat itu kami menyimpulkan bahwa televisi ini rusak.

Dengan penuh percaya diri Abah membongkar televisi. Dengan gaya meyakinkan Abah bertindak sebagai tukang service. Seharian Abah menghabiskan waktu mengutak atik televisi. Kata Abah televisinya harus ditepuk-tepuk atasnya biar gambarnya bagus. Cuman, tepuk sih tepuk sampai kapalan tapi kan capek setiap sepuluh menit harus menepuk-nepuk televisi. Harusnya sih memang dilem biru bah...(dilempar beli baru)....

Banyak barang elektronik yang diperbaiki Abah. Cerita suksesnya hanya lima puluh persen. Sisanya nestapa hahaha.

(Diusahakan Bersambung)





Chiang Kai Sek Tanggal Delapan


"Kita menikah tanggal delapan saja bagaimana?"
Yang ditanya menjawab dengan semi melotot. Bagaimana tidak, tanggal delapan kan tiga hari lagi.
"Buru buru sekali, a’? gajadi minggu depan?

“lebih cepat kan lebih baik, neng..”
“Aa nanti gimana kuliahnya?”
“gak apa apa aa mah...neng siap siap ya..”

Dedeh, TKW asal bumi pasundan itu bengong. Ia baru kenal A’ Rudi sebulan lalu. A Rudi bilang, ia sedang kuliah di sini.
Teringat lagi percakapan dengan abah semalam.
“Neng, si Aa teh single?”
“iya bah...istrinya kasian bah, udah meninggal”
“Bener neng?”
“iya Bah...”
“Neng kenal dimana?”
“di deket rumah majikan neng, Bah...”
“Kenapa ga cari perjaka aja atuh, neng?”

Yang diajak bicara diam saja.
A Rudi ga begitu ganteng, ga kaya juga. Tapi nyaman banget kalo ngobrol sama a' Rudi...
“Neng jadi bingung bah..”
“A rudi nanti beliin neng tiket bah buat naek pesawat ke indonesia, buat nikah di rumah..”
“Ngga ada resepsi neng?”
“Kata a' Rudi sih, nanti saja menyusul..”

Siang itu pemandangan di Chiang Kai Sek begitu indah.Banyak orang berlalu lalang. Nampaknya hanya Neng yang galau di sana..
“Baru juga semalam menelepon abah mau nikah minggu depan.. masa nelepon lagi bilang mau nikah tanggal delapan?”
“Neng, neng tau ga kenapa aa ajak neng kesini?
“engga tau, a'... neng mah selama kerja setahun di sini blm pernah jalan jalan.. males a'..”
“ya.. sekali kali mah jalan neng biar pikiran lebih enteng habis kerja kan penat ..”
“Iya a...”
“Ini monumen dibangun taun 1976 neng...udah tua kan.. buat memperingati presiden CKS ..keren bentuk dan sejarahnya neng..luasnya tuh gede banget loh neng, sekitar 240.000 meter persegi ni areanya”
“CKS teh naon?”
“Chiang Kai Sek..
"udah gitu, ini perlambang Taiwan menuju era demokrasi modern gitu lho neng.."
"ooh..iya a'.."





"Liat neng, atapnya..tuh..”
Atapnya bentuk oktagonal,alias segidelapan.. neng tau ga kenapa?”
“Aduh a'.. neng mah gatau apa apa...”
“karena itu simbol kepercayaan neng... angka keberuntungan!”
“Ih...pantesan aa milih tanggal delapan yak?”

“hehe... engga juga sih, neng.. aa ga percaya gituan... aa percayanya sama neng..”
“Gombaal iih....” neng manja mencubit punggung tangan a' Rudi.
Hati neng seneng banget. 
Emang enak sih, ngobrol sama a' Rudi... 


----------------------------------------------------------------------------------

Trit trit...trit trit...
Neng mengucek matanya
Tengah malam siapa yang kirim pesan ya..pikirnya

“lusa ke CKS lagi ya.. jam sepuluh pagi”
“Hah? A rudi ngapain ngajak kesana lagi sih...”


Kan kemaren udah atuh a'..
Dipencetnya tombol kirim
Trit trit...
“Ada hal penting yang harus dibicarakan..”
“Iya a'...”
Neng masih ngantuk jadi ia segera menutup matanya kembali. A Rudi ada ada aja ah... pikirnya



---------------------------------------------------------

Tanggal Delapan @CKS Memorial Hall

“Neng udah di sini A.. neng udh packing juga jadi nanti dari sini kita langsung ke bandara kan?"whatssapnya kepada A Rudi

trit trit...

"Sebentar lagi sampai..."
Neng bosan menunggu. Ia memainkan kukunya yang dikutek merah. Khusus hari itu karena nanti sore di indonesia neng akan menikah.  
“Anehhh.. a rudi mah... udah mau nikah masih aja ketemuan dulu...”
Neng merasa ada yang mencolek bahunya

“PLAAKKKK”

“Aduh.....sakiitt....” dielusnya pipinya sendiri

Neng mau melotot aja rasanya. Siapa sih orang ini? Pikir Neng.

Belum sempat ia memaki, ia sudah lebih dulu disemprot.

“Mau nikah diem diem sama suami saya ya?”

Mulut neng menganga.

Neng rasanya seperti kejepret karet gelang aja, a'.
Pedih.

Pepes

Pepes ? Ini soal makanan ? Jika kita browse di paman gugel, pepes itu adalah suatu cara khas dari Jawa Barat untuk mengolah makanan (biasanya dengan ikan) dengan bantuan daun pisang untuk membungkus ikan beserta bumbunya. Artinya ikan dan berbagai jenis bumbu dan rempah yang dihaluskan dan ditambah daun kemangi, tomat, dan cabai dibalur/dibalut bersama ikan yang sudah dibersihkan. Semua gabungan itu dibakar (dipepes) diatas api atau bara api dari arang hingga mongering.

Itulah perasaan yang saya alami, seorang commuter  yang sering naik KRL jurusan stasiun Bekasi – Jakarta Kota setelah tanggal 1 April 2017. Agak lebay ? gak juga sih. Karena sebelum jadwal itu ditetapkan, biar masih berdesakan, saya tidak berkeringat saat berangkat kerja. Berdesakan di gerbong kereta itu telah membuat saya banyak mengambil hal-hal positif. Misalnya kita bisa sambil berolah raga dengan alat, berpegangan dengan besi (pull up), bersauna ria jika AC dalam gerbong tidak berfungsi, meski harus bawa kostum cadangan, bisa berkenalan dengan perempuan (jika punya nyali tapi jangan gender yang sama ya), bisa sekalian olah vokal jika kita tidak tahan terhadap goncangan kereta saat berhenti dan berjalan dari stasiun ke stasiun “Woii, tahan dong, jangan cuma bisa main hape tapi gak pegangan!!” atau sambil baca buku atau Al Qur’an kecil hingga kereta sampai di tujuan. Terkadang juga bisa timbul perasaan kasihan terhadap seorang ibu membawa anak, orang tua jompo, penyandang disabilitas dan ibu hamil yang tidak memperoleh tempat duduk. Setelah tanggal 1 April 2017, semuanya bercampur menjadi satu, dan untungnya berangkat naik kereta itu saat masih dibawah jam 09.00 pagi ke tempat tujuan. Makanya sejak tanggal itu, perasaan seperti panganan yang dipepes kerap muncul, meski bukan dibakar di atas kompor atau bara yang panas.

Hal ini terjadi berawal di April 2017, pihak  Kereta Commuter Jakarta (PT.KCJ) jadwal baru KRL jurusan stasiun Jatinegara lewat Pasar Senen, Duri hingga Depok atau Bogor. Pihak PT.KCJ juga menyatakan bahwa ada jadwal penambahan jalur baru pada rute tersebut. Tapi faktanya bukan menambah tetapi malah berkurang. Jadwal semula jurusan stasiun Jatinegara lewat Pasar Senen hingga Depok atau Bogor terjadwal setiap 15 menit sekali ada kereta yang jalan menuju stasiun Pasar Senen, Duri hingga Depok atau Bogor, berubah menjadi setiap 1 jam sekali. Jumlah penumpang yang turun sebelum jadwal baru cukup membuat isi gerbong agak lenggang. Meski ada penumpang juga yang turun di stasiun Jatinegara, tapi bukan transit, melainkan memang bekerja di sekitar stasiun Jatinegara. Animo masyarakat urban untuk naik kereta cukup tinggi karena naik kereta merupakan akses termurah (karena masih di subsidi oleh pemerintah sebesar Rp3.000 dari harga Rp6.000) dan cukup cepat (sepanjang tidak ada antrian masuk stasiun - khusus Jatinegara, Manggarai dan Gambir dan gangguan persinyalan – banyak negara sudah investasi di persinyalan ini). Memang kondisi KRL sekarang sudah lebih baik dan bagus. Beberapa stasin sedang mengalami renovasi menjadi stasiun modern seperti stasiun Palmerah yang sudah terlebih dahulu di renovasi. Saya ingat pepatah Pak Jonan saat memberikan ceramah di kantor kami, “Bayar murah kok mau nyaman, tapi kami utamakan keselamatan penumpang”. Saat itu saya berpikir, bener juga ya, bayar murah kok menuntut nyaman. Salut untuk Pak Jonan yang telah merubah mindset naik kereta yang semula tidak tertib menjadi lebih baik.

Berikut ada tips dan trik saat naik kereta jurusan Bekasi – Jakarta Kota agar tidak seperti pepes dalam kulit pisang (meski tetap seperti pepes karena cukup berdesakan juga), yaitu :
1.    Berdirilah di dekat pintu yang deket tiang tempat duduk (bukan diantara dua pintu otomatis ya, bisa terjepit), hal ini sudah saya lakukan dan cukup efektif dan efisien dalam mengendalikan suasana seperti pepes tadi;
2.    Berdirilah agak di tengah tempat duduk yang panjang, hal ini juga saya lakukan dan berhasil;
3.    Jangan naik kereta dari stasiun Bekasi, naiklah kereta dari stasiun sebelum stasiun Bekasi yaitu stasiun Kranji, jika ingin duduk. Tapi jika ingin tidak berdesakan, naiklah kereta jurusan Bekasi – Jakarta Kota diatas jam 22.00 WIB, saya jamin, anda bisa main karambol dan gaplek di setiap gerbong, jika tidak dilarang.
4.    Last but not least, jangan naik kereta, naiklah kendaraan pribadi atau taksi yang lebih nyaman. Ini juga saya jamin, anda akan lebih nyaman daripada naik kereta.  

Itulah sekilas cerita naik KRL yang saya alami dan rasakan, karena memang seperti itulah kondisinya dan perasaannya. Saya akan sering bercerita seputar KRL karena itulah yang saya alami dalam 2 kali sehari selama seminggu sebulan dan setahun. Semoga kisah ini dapat membuat yang baca sedikit tersenyum dan mengambil hikmah yang positif.

Salam
R. Ardyansyah

Opini ini juga di tuliskan pada https://rulyardiansyah.blogspot.co.id

Negeri Atas Uang

Wahai kawan…pernahkah kau dengar negeri atas uang ?
Negeri nun jauh di sana yang didirikan di atas uang
Yang pemimpinnya bisa dibeli dengan uang meski tak suka uang
Politisi, jaksa, hakim, pendidik, tokoh agama, dan masyarakat pun bisa dibeli dengan uang
Bahkan para pesakitan bisa jadi pahlawan kalau disukai para pemilik uang
Sebaliknya para pahlawan bisa jadi penjahat kalau tidak disukai pemilik uang
Mayatpun bisa hidup kembali kalau diminta para  pemilik  uang
Uang menjadi panutan di negeri itu meski tak terdaftar sebagai agama di kementerian manapun
Karena itu jangan macam-macam dengan para pemilik uang..

Enyah kau tikus tikus kotor....kau masih bisa hidup di sini bukan karena kau layak hidup di sini
Kau masih bisa tidur nyenyak di sini karena kami pemilik uang masih senang bermain denganmu
Kami masih senang melihatmu menari kegirangan ketika sekeping uang kami lemparkan padamu
Kami masih senang melihatmu menderita karena tak punya uang
Kami masih senang melihatmu mengemis ngemis dan berebut atas nama uang

Negeri ini memang negeri atas uang
Kami bangun hanya untuk kami para pemilik uang
Kali-kali kami bersihkan, gedung megah kami bangun... semua untuk kesenangan kami
Bukan untuk kalian para tikus kotor.. jadi kalian jangan senang dulu
Tapi tak apalah kalau kalian ikut senang
Supaya kalian tak lari dan masih bisa kami suruh- suruh
Masih bisa kami maki-maki.. masih bisa kami jadikan kambing hitam
Kalau tak ada kalian siapa lagi yang harus kam persalahkan

Negeri ini negeri atas uang.. yang didirikan atas nama uang
Untung aku tak tinggal di negeri itu..karena aku hanyalah tikus kotor yang tak punya uang


Edisi menunggu jemputan yang tak kunjung tiba

Pak Cilik


Coret-coretan yang dibuat sewaktu Workshop Menulis Inspiratif tanggal 13 April 2017...


EDISI : PAK CILIK



Pagi ini Pak Cilik sedang mematutkan diri di depan cermin. Bajunya rapih, setrikaannya licin sampai-sampai kalau ada lalat yang menclok pasti kepleset dan langsung meluncur jatuh bagaikan naik perosotan di water boom. Sepatunya juga gak kalah keren..kinclong laksana cermin. Saking kinclongnya sering jadi rebutan dipinjam para jomblo di kantornya buat ngaca. Meskipun begitu  dresscode kerja Pak Cilik tidaklah mahal dan disesuaikan dengan budgetnya yang tidak seberapa sebagai PNS cilik.


Setelah menyeruput kopi buatan istri tercinta yang menurutnya lebih lezat dari kopi luwak di berita-berita, Pak Cilik langsung menaiki sepeda motor tuanya yang masih kelihatan kinclong dan terawat. Prinsip Pak Cilik memang "Biar miskin asal keren, slamet..slamat..slumut.."


Jam menunjukkan pukul 07.00 waktu Pak Cilik sampai di kantor..absen lalu langsung tancap gas siap-siap bekerja. Mejanya rapi luar biasa, tidak ada tumpukan dokumen yang menumpuk di mejanya karena memang tugas Pak Cilik di kantor bukan menumpuk berkas tapi menerima surat, dicatat, langsung diantar ke unit tujuan. 


“Pageeee Pak Cilik, rajin amat pagi-pagi udah kerja, santai dulu dong. Jangan terlalu serius gitu” ujar Ricky pegawai muda yang belum lama pulang tugas belajar dari Amerika. 


“Pagi juga Ricky, kalo kerja pagi pagi gini lebih enak, masih segerr..:”


“Seger apaan Pak, kalau mau seger ke kantin dulu sambil liat yang seger-seger” ujar Ricky sambil ngeloyor ke kantin.


“Hahaha..kamu ini ada ada aja” kata Pak Cilk sambil mulai mencatat surat yang masuk.





Jam menunjukkan pk 09.13 waktu Ricky muncul dengan bersiul-siul dan berjalan menuju kursinya.


“Bruukk....” dan ruangan serasa bergetar 4.5 skala richter waktu Ricky menjatuhkan badannya yang gemuk tinggi ke kursi.  


“Gak ada kerjaan Ky..kok kayaknya santai banget” kata Pak Cilik sambil melirik Ricky yang asyik main game di komputernya.


“Tuh numpuk gitu” ujar Ricky sambil memonyongkan mulutnya ke arah tumpukan dokumen di samping komputer sementara matanya masih melotot ke monitor.


“Ntar aja deh dikerjain sambil lembur” 


“Loh bukannya enakan dikerjain sekarang, jadi nanti gak usah lembur. Jam lima tet bisa langsung pulang”.


“Iyeee.. Saya tau.. prinsip Pak Cilik kan setelah jam kerja waktu Bapak buat anak istri tercinta. Lah Bapak enak udah punya istri. Kalo saya.. status masih jomblo keren. Makanya dong cariin jodo Pak, minimal yang kayak Isyana Saraswati atau Raisa getoo..”


“Kamu tuh udah sekolah sampe Amrik, cari bini satu aja gak dapet-dapet”


Ricky hanya nyengir kuda mendengar sentilan Pak Cilik.


Tiba –tiba... telolet..telolet.. suara HP Pak Cilik berbunyi  


“Halow..ya istriku tercinta ada apaa...kangen yaa.. haa...apaaaa.... truss.. laluu...kemudiaan...” nada suara Pak Cilik semakin lemah dan bergetar waktu menjawab telepon dari istrinya. 


“Kenapa Pak, ada yang sakit ? Tapi Bapak sehat kan ?” berondong Ricky sok perhatian.


“Anak saya yang sedang hamil kepeleset dan harus operasi caecar, besok pagi harus ada uang buat bayar operasinya. Mau pinjam koperasi saya masih punya pinjaman”


“Coba aja top up pinjamannya Pak, kan ini darurat.”


“Saya coba deh” Pak Cilik langsung berjalan keluar  menuju koperasi.




Satu jam berselang...


“Alhamdulillah, baik juga tuh pengurus koperasi. Saya masih boleh pinjam lagi.” Ujar Pak Cilik sambil masuk ruangan. Dikeluarkannya amplop tebal dari sakunya dan dimasukkannya ke dalam tasnya.


“ Bulan depan habis deh tunjangan saya terpotong-potong angsuran utang”


"Gak apa Paak...yang penting anak selamat.”


“Iya bener juga ya.. makasih ya Ky sarannya. Meski cari bini gak dapet-dapet kadang ide kamu bagus juga”


“Waduh, soal jomblo keren jangan disinggung-singgung dong Pak. Bikin hati merana”





Jam menunjukkan pukul lima sore waktu Pak Cilik siap-siap berkemas pulang. Tiba-tiba..


“Haaah..kamu mau kemana Ky, katanya mau lembur?”


“Olahraga dulu dong Pak biar sehat, langsing, dan tambah keren. Gimana gak enak Pak kerja di sini, udah dapet sehatnya, dibayar pula lemburnya. Lumayan Pak dikumpul-kumpulin buat tabungan nikah. Bapak juga sekali-kali lembur dong, lumayan kan Pak kalau dikumpulin bisa buat tabungan kalau ada apa-apa kayak tadi”  


“Gimana ceritanya..gak ada kerjaan kok disuruh lembur.. Lembur kan untuk pekerjaan yang mendesak yang tidak dapat diselesaikan jam kerja. Kerjaan saya juga gak begitu banyak, sebelum jam lima udah beres semua. Kamu sendiri juga tuh.. Dari tadi seharian main game, sekarang olahraga..trus tuh tumpukan berkas kapan dikerjain ?”


“Santai aja Paak.. kerjaan gitu setengah jam juga kelar. Olahraga dulu baru kerjaa..”


“Kamu ituu... Saya pulang duluan deh, mau nyetorin duit dulu”.


“Okaayyy ati-ati Pak”.



Setelah absen Pak Cilik berjalan menuju ke parkiran motor sambil merenung..”Memang Allah Maha Adil, aku sudah berusaha jujur dan waktu terkena musibah Allah langsung kasih jalan keluarnya. Pokoknya jujur..jujur..jujur.. Mungkin kalau aku seperti Ricky yang jam kerja buat main game, lembur buat olahraga..pas ada masalah gini Allah gak akan bantu”


Pak Cilik memang orang cilik tapi hati nuraninya tidak cilik, dia selalu berusaha untuk jujur.   


“Telolet..telolet..telolet..”


“Ya Tong ada apaa..”


Lamat-lamat terdengar suara anaknya dari seberang telepon.. “Bapaak.. aku harus bayar UKT sama biaya buat penelitian, totalnya sepuluh juta, paling lambat minggu depan harus udah lunas”


“Haaaah...”


Entah kapan Pak Cilik  dapat terus bertahan menjadi orang cilik yang tidak bernurani cilik...

Crossroad

         Kepolisian Los Angeles, disanalah Brian bekerja sebagai detektif. Brian terkenal sebagai polisi bersih dan disegani baik kawan maupun lawan. Dulunya ia hanya seorang anak kecil biasa, namun hingga ayahnya pergi dari rumah ia menjadi anak yang nakal. Ia pernah mencuri minimarket, menodong orang, dan minum-minuman keras hingga mabuk. Akhirnya setelah ia besar ibunya memasukkan ia ke akademi polisi. Setelah melalui pahitnya pelatihan kepolisian sampailah ia pada saat ini sebagai detektif. Kala sore itu Brian baru saja menangkap rekan kerjanya yang sudah diduga selama ini melakukan suap. Ia kembali ke ruangannnya dan duduk sejenak. Ia memutar kursinya dan melihat banyak piagam penghargaan yang ditrimanya. Tak lama kemudian masuklah Betty memberikan surat tugas kasus selanjutnya.
"Kau sebaiknya berhati-hati Brian"
"Kenapa? Apa yang harus kutakutkan? Aku terlahir dari kehidupan yang keras. Tidak ada yang bisa menghentikanku"
"Aku sudah bilang, kali ini berbeda", jawab Betty. "Lihat saja sendiri".
Brian pun memutar kursinya menghadap meja dan membuka file tersebut.
"Kali ini kasus yang kau tangani adalah Mario Fernandez, kau pernah dengar? Dia adalah bos pengedar narkoba di kota ini dan ia sudah menyuap banyak polisi".
Sambil membaca biodata target-target di file itu Brian terkejut.
"Tidak mungkin! Bajingan ini!"
Tertulis Michael Johnson. Sosok ayah yang pergi meninggalkan Brian semasa ia kecil. Sampai saat ini Brian tidak tahu kemana dan mengapa ayahnya meninggalkan keluarganya.
"Ya Brian, kali ini kau melawan penjahat paling berbahaya di kota ini dan juga . . .. ."
"Ayahku".
         Terkadang Brian pernah melihat ibunya menangisi kepergian ayahnya dan masih berdoa supaya ayahnya kembali dengan selamat. Selain ingin merubah dirinya, alasan Brian menjadi seorang detektif karena ingin mencari keberadaan ayahnya dan mengetahui kebenaran selama ini, dan jika bisa membawanya kembali. Namun kini dia harus berhadapan dengan ayahnya yang kini menjadi anak buah Mario Fernandez.
"Apa kau akan menerima kasus ini walau kau harus menembak ayahmu sendiri?" Tanya Betty
"Aku siap! Berikan padaku!"

Catatan :
Tulisan pada Workshop Menulis 13-4-17

Catatan Harian Ahmad Wahib dan Pergolakannya yang Tak Pernah Selesai


Gaya penyampaian Ahmad Wahib berbeda jika dibandingkan dengan Abdurrahman Wahid yang notabene sejak kecil sudah hidup di lingkungan pesantren yang tradisional. Pun juga berbeda dibandingkan dengan Nurcholis Madjid yang memang sempat mengenyam pendidikan sastra dan filsafat di perguruan tinggi di Saudi Arabia. Ahmad Wahib lebih liar dan tanpa dasar. Namun, menurut saya pribadi hal tersebut justru menjadi kelebihannya. Hentakan-hentakan pada tiap kata-katanya sangat natural, khas pergolakan pribadi yang dituangkan dalam medium catatan harian. Hal ini saya kira adalah semacam gejala umum pada tiap pribadi dalam proses pencarian.

Apa yang dilakukan oleh Ahmad Wahib, saya kira tidak ada bedanya dengan usaha Rasul Ibrahim AS ketika mencari Tuhannya. Perbedaannya, di sini Ahmad Wahib hendak mengkritisi konsep ketuhanan yang selama ini telah dianggap mapan. Orang mungkin akan mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Wahib sungguh keterlaluan. Ya, dia mengkritisi kesempurnaan Tuhan. Namun demikian, menurut saya yang terjadi adalah perbedaan perspektif dalam memandang konsep Tuhan itu sendiri. Secara umum orang menganggap Tuhan hanya sebatas pada sesembahan. Namun, Wahib ingin melahirkan konsep berketuhanan yang lebih intim. Dia ingin menjadikan Tuhan itu sebagai teman diskusi. Coba saja baca buku tersebut, maka akan Anda temukan Wahib merasa kesepian, dia selalu berharap dapat bertemu dengan Tuhan dan berdiskusi dengannya. Dia juga begitu merindukan kehadiran Rasul Muhammad yang seandainya dilahirkan pada zaman sekarang, mungkin dia akan mencabut sunnah-sunnah yang dulu pernah dilakukannya.

Apakah salah menjadi muslim seperti Wahib?

Pada akhirnya Wahib harus meninggal pada usia yang begitu muda. Soe Hok Gie pernah berujar, orang yang paling beruntung adalah yang tidak pernah dilahirkan sama sekali dan orang yang mati muda. Wahib barangkali begitu beruntung, setidaknya dia tidak perlu menunggu waktu yang terlalu lama untuk mendengar jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya tersebut langsung dari Tuhan Yang Maha Kasih. Barangkali juga, Wahib kini sedang berdiskusi dengan Tuhan tentang hal-hal lain yang tak sempat ia tanyakan ketika masih hidup dulu.

Bersyukur

"Aduh kenapa penghasilanku cuma segini, padahal kerjaanku nggak pernah ada habisnya."
Sering nggak sih, kita berkeluh kesah seperti ini. Sepertinya sih tidak perlu dijawab. Jawaban ada dalam diri kita masing-masing.

Ketika penghasilan bertambah, bersyukurlah kita pada saat itu. Namun sepertinya si syukur nggak betah lama-lama hinggap di hati. Apalagi kalau ada berita pegawai dari instansi lain ternyata penghasilannya lebih banyak dari kita. Tambah sakitlah hati kita.

Kita sering me(lupa)kan , bahwa di luar sana banyak sekali orang yang mendapat penghasilan jauh lebih sedikit dari kita. Bahkan bisa jadi orang tersebut bekerja lebih keras daripada kita. Seringkali alam bawah sadar kita selalu merasa bahwa hidup ini tidak adil. Rasanya kasihan banget ya si hidup dan si adil dibawa-bawa. Sumber ketidakadilan menurut penulis adalah perasaan kita sendiri.

Berbagai kata diungkapkan. Kita merasa diri kita sudah bekerja keras dan bahkan boleh jadi kitalah juara dalam bekerja keras. Tapi sebenarnya itu kan menurut perasaan kita. Mungkin saja orang lain pun beranggapan bahwa dirinyalah yang sepatutnya mendapat penghasilan yang besar. Terjadilah saling klaim berdasarkan perasaan masing-masing.

Lebih jauh lagi adalah ketika ternyata apa yang kita dapat lebih banyak dibandingkan orang lain, tetap saja kita tidak merasa puas. Pernahkah sedikit saja kita bertanya kepada diri kita sendiri bahwa apa yang selama ini kita terima sudah sesuai dengan kontribusi yang kita berikan kepada pemberi penghasilan? Jawabnya ada pada diri kita masing-masing.

Kadang kita merasa bahwa diri kita adalah "pahlawan" sehingga harus mendapatkan perhatian lebih daripada yang lain. Pahlawan yang berteriak karena merasa diperlakukan tidak adil. Melalui surah Ar-Rahman Allah SWT  mengulang-ulang ayat "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan." Rupanya Allah SWT maha mengetahui bahwa seringkali makhluknya lupa bersyukur.

Kita terkadang merasa bahwa kita adalah orang yang paling ikhlas dalam bekerja. Benarkah? Setiap bulan rekening kita bertambah sebagai imbalan dari pekerjaan kita. Lebih hebat lagi penambahan jumlah di rekening kita itu jarang sekali terlambat.

Sejatinya kata "ikhlas" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tulus hati. Pertanyaan selanjutnya sejauh mana kita memberikan hati yang tulus dalam bekerja. Hati kitalah yang akan tahu jawabannya.

Salam ....