Terkurung

Bertahun-tahun kau bebas

Kau bebas pergi ke mana pun yang kau inginkan

Kau bebas mendaki gunung dan menyeberangi lautan luas

Kau bebas pergi melintasi benua

 

Saat itu kau lupa berterima kasih

Kau lena dengan kebebasanmu

Kau abai akan kenikmatanmu

Kau nikmati semua dengan suka cita

 

Saat ini kau terkurung di dalam ruang

Tak bisa lagi kau nikmati kebebasanmu

Apa yang kau lakukan?

Kau sibuk berkeluh kesah tak karuan

 

Berapa lama kau bebas?

Berapa lama kau terkurung?

Kutanya sekali lagi

Apakah waktu bebasmu lebih sedikit daripada waktu terkurungmu

 

Ya, aku tahu jawabannya

Waktu bebasmu lebih banyak daripada waktu terkurungmu

Tapi kenapa kau selalu mengeluh atas apa yang tak kau dapatkan

Dan kau abai berterima kasih atas apa yang telah kau dapatkan

 

Depok, 14 Mei 2020


Berhentilah Sejenak

Berhentilah sejenak teman,
mungkin perjalananmu sudah terlalu jauh
penuh peluh

Bahkan engkau akan tertawa mengenang masa sedihmu yang dulu
di sini, di tempat yang akan membuatmu mudah untuk menguras ingatanmu
tentang banyak hal

Duduklah bersama teman masa lalumu
‎yang akan selalu hadir menemani tawamu

Tetaplah bersama
melawan rasa takut yang terlalu berani menghadangmu


Bogor, 21 Juni 2020

Aku, Ayu ...

Untukmu dan Bagiku

Untukmu, ini biasa saja,
       melepas sapa, 
       tersenyum renyah,
       lalu berlalu begitu saja.

Bagiku, ini artinya:
       terjaga lebih dini,
       mandi lebih bersih,
       berkumur mouthwash kering di gigi,
       menata rambut bagai Om Rudy
       mengacak-acak isi lemari,
       memadu padan flanel dan warna khaki,
       memilih boot  atau sepatu sporty,
       menjaga sandar agar tak kusut lipatan,
       menata kata sambil merapal doa,
       agar tenang dan terlihat biasa,
       menghitung langkah agar tepat bersua.

Lalu kau lewat, 
       menyapa dengan senyum biasa,
       aku cuma bisa menyeringai kuda,
       lalu tersiksa bagai pajangan sampai purnama.


Jakarta, 27052020




AIR TERJUN

Aku menghantamkan palu berkali-kali ke punggung batu,
Beringas mengoyak kulitnya yang keras,
Berpeluh di atas sungai mengering dan mentari mengiring,

Katak melompat bersorak dari belukar,
Melihat jeram datang mengarak air,
Pembasuh mulutnya yang mulai berkerak,

Bongkahan yang kupijak mulai berontak,
Suaranya yang serak mencoba teriak: Hai Tuan, biarkan aku sejenak menggertakkan punggungku,
Usap lelahmu dengan air yang jarang mengalir itu

Makin kuat hantaman godamku,
Agar dia terdiam dalam kuasaku,
Sinisku menimpalinya: Tutup saja mulutmu, kan kubopong sekalian serpihan tubuhmu dan air-air itu,

Sementara rombongan air terus berjalan berjajar,
Terkadang memercikkan basahnya di pinggiran kakiku,
Hingga butir terakhir permisi pamitan,
Menuju ujung sungai yang menurun curam,
Meluncur bebas menuju lembah di bawah kelopak mataku. Deras.

Aku rindu melewatkan ramadhan bersamamu

Nasehat Ibu Untuk Anaknya (Mahasiswa PKN STAN yang lagi belajar dari rumah)

Nak,
Kau lagi belajar
dalam bentang jarak
maklumi saja
kalau
sesuatu yang mudah
kadang menjadi susah
yang sederhana
menjadi rumit adanya

Sebab di dunia maya kita,
Sekuat kuatnya
Tak mampu membawa beban
dengan sempurna
beberapa kata kata
atau tanda baca
terkadang larut di udara
dan  pesanpun  tiba
dalam makna
yang berbeda

Imaji dan intonasi,
penguat arti,
kadang lenyap
sebelum sempat menepi
hingga maksud diri
tak seutuhnya terpahami

Maklumi saja
karena kita belum lagi biasa
semua selalu kurang
pada mulanya,
namun pasti
itu langkah kecil
menuju sempurna

Berhentilah, nak
berhenti berkeluh kesah
apalagi meneriakkan sumpah serapah,
karena semua orang kini
menjalani masa yang sama
jalani hidup yang tak lagi mudah

Mungkin kau lelah dan payah
manyak materi belum terjamah,
tugas tanpa henti
silih berganti tiap mata kuliah
tapi lelah dan payah
bukanlah alasan cukup
untuk segera menyerah

Coba sesekali lihat lah
anak tetangga samping rumah,
atau adik tempatmu dulu sekolah
hari harinya kini basah
dikepung  gundah,
kala PKN STAN cita cita 
tempat mereka kuliah
tahun ini tak membuka wadah
Seleksi bak tahun yang sudah sudah
sedang persiapan dan doa
telah mereka jalani tanpa lelah

Tak pantas kalau kau memilih rebah

atau berdiam pasrah
mendiamkan masalah 

Sebab jika nanti  kau gagal
mencapai nilai minimal mata kuliah
Kau akan gagal menjemput akhir yang indah

yakinlah,
dunia tak pernah memaklumi
mereka yang akhirnya kalah
Hanya karena tak piawai berubah

Ujungharapan, 15052020
#menungguberbuka
#biarpunmasihlama
#romadhonhariduadua


SEKOLAH TUA

Aku tiba di sekolah tua...
Bangunannya tak ikut renta,
Tetap agung seperti saat pertama ikut upacara,
Lapangan basketnya masih lebar,
Jumlah ringnya lebih dari dua,
Bel sekolah juga tetap nyaring,
Saat fajar menyingsing, dan kala senja memicing.

Aku tiba di sekolah tua...
Gurunya cuma berdua, Pak Lapar dan Bu Dahaga,
Kepala sekolahnya belum berganti, Pak Iman,
terkadang ada di ruangan tapi sulit ditemui,
Preman di pintu gerbang juga masih membuat resah, Bang Nafsu,
Sering memaksa bolos sekolah atau sekadar menguras uang saku

Aku tiba di sekolah tua...
Kurikulumnya hanya sampai hilal kembali tersenyum simpul,
Belajarnya juga tergantung ingin hadiah yang mana,
Sepuluh hari sebelum kelulusan diadakan pesta,
Malamnya bersulang air wudu,
Dilanjut bergerak gemulai di atas rukun sembahyang,
Lalu berdendang tenang irama tilawah dan zikir,
Semalam suntuk tak boleh pulang,
Murid yang beruntung, dapat voucer belanja sesukanya,
beli satu dapat seribu

Aku pulang dari sekolah tua...
Disambut ramai api penggoda,
kembali mengajak hura-hura setelah keluar penjara,
Agar saat kurir online mengantar ijazah takwa,
Rumah kosong tak ada yang menerima,
Kemudian mengirim pesan singkat lewat ponsel:
Paket silakan diambil langsung ke sekolah tua,
Nanti ketika tahun ajaran baru dibuka,
Dengan syarat, usia mau mengantar ke sana.