AIR TERJUN

Aku menghantamkan palu berkali-kali ke punggung batu,
Beringas mengoyak kulitnya yang keras,
Berpeluh di atas sungai mengering dan mentari mengiring,

Katak melompat bersorak dari belukar,
Melihat jeram datang mengarak air,
Pembasuh mulutnya yang mulai berkerak,

Bongkahan yang kupijak mulai berontak,
Suaranya yang serak mencoba teriak: Hai Tuan, biarkan aku sejenak menggertakkan punggungku,
Usap lelahmu dengan air yang jarang mengalir itu

Makin kuat hantaman godamku,
Agar dia terdiam dalam kuasaku,
Sinisku menimpalinya: Tutup saja mulutmu, kan kubopong sekalian serpihan tubuhmu dan air-air itu,

Sementara rombongan air terus berjalan berjajar,
Terkadang memercikkan basahnya di pinggiran kakiku,
Hingga butir terakhir permisi pamitan,
Menuju ujung sungai yang menurun curam,
Meluncur bebas menuju lembah di bawah kelopak mataku. Deras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar