Tampilkan postingan dengan label Rahman Gunawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rahman Gunawan. Tampilkan semua postingan

Kuburanku


Ini adalah kuburanku
Yang ku gali sejak bertahun-tahun lalu
Dengan riuh tawa dan derai air mata palsu
Dalam episode kehidupan semu

Kuburanku tampak kusam
Tergilas pedihnya kemarau panjang
Tertampar panasnya mentari dan hembusan bayu yang menghempas dedaunan kering
Dari sebuah pohon sekarat di sisi kuburanku

Tak ada yang sudi melihat kuburanku
Selain aku
Karena ia terus memanggilku
Dengan suara paraunya yang sumbang di dengar

Entah kapan hujan bertamu ke kuburanku
Membasahi tanah merah di sekelilingnya
Mengusir debu yang menyelimuti
Yang dengannya kelak rerumputan dan pepohonan menghijau

Akankah senyum kan mengembang
Dari para peziarah yang datang
Menatap kuburanku
Yang didalamnya bersemayam jasadku
Seraya berdoa; semoga RahmatNYA tercurah kepadamu



I love You, Emak!


Pemandangan apa yang membuatku terpana selain indahnya senja sore ini?
Adalah buaian seorang bunda kepada putera tercinta yang dipangkunya sambil mengerjap-ngerjap mata disalah satu sudut kereta

Pikiranku melompat sempurna ke sekian tahun sebelumnya
Menaiki kereta penuh sesak manusia yang beraneka aroma
Masih tercium olehku bau keringat bercampur dengan asap hasil gesekan roda kereta dengan rel baja tua
Belum lagi aroma tak sedap dari toilet usang yang ditinggalkan penumpang selepas membuang kotorannya.

Pagi itu, dari stasiun kebayoran, kereta yang kami tumpangi melesat menuju stasiun merak, berhenti dekat dengan pelabuhan
Pelabuhan Merak, namanya
Sepanjang perjalanan, tak jarang aku merengek  sekedar untuk mendapat buaian
Atau sekedar meminta jajanan dari para pedagang asongan yang lalulalang

Aku tahu emak tidak keberatan
Mendudukanku dalam pangkuan, meski ia sendiri harus menahan beban
Berat badanku yang saat itu menginjak usia delapan atau sembilan

Ah...andai diri ini dapat membalas kebaikan emak
Tentu tidak akan sebanding dengan seluruh pengorbanannya
Emak yang mengasuhku dengan penuh kasih sayang
Hingga kini sedikitpun tak berkurang

Emak, maafkan anakmu yang teramat jarang singgah dan kurang memberi perhatian
Sekedar untuk menanyakan kabar
Atau membawakan makanan kesukaan
Doaku untukmu l, Mak!
I love you, Emak!


GNWN / 05082019

KRI Bima Suci dan Prajurit Sejati


KRI Bima Suci & Prajurit Sejati

KRI Bima Suci
Membawa para prajurit sejati
Mengarungi lautan menuju sembilan negeri
Menerjang ombak menciptakan buih yang terangkai

Rupamu sungguh rupawan
Kapal layar menjadi kebanggaan
Hembusan angin menjadi kekuatan
Kegagahanmu meninggalkan kesan

Selamat berlayar prajurit sejati
Dipundakmu tersemat nama harum negeri
Berlayarlah ke segala penjuru Bumi
Kembalimu kan selalu dinanti

GNWN / 06082019

Pulang


Tunggu aku sayang
Ku kan pulang dari berjuang
Melewati segala aral melintang
Berdiri tegap senyum mengembang

Peluh penat yang mendekap erat
Tercerai berai oleh tekad yang kuat
Teriring doa yang terpanjat
Dan keyakinan yang melekat

Tertunaikan sudah kewajiban
Menjadikan amanah tidak sebagai beban
Seperti Sandya Kala yang menerima titah Tuhan
Ia tak mengeluh dalam sedu sedan

Ini aku sayang
pulang dengan senyum mengembang
Saat kau sambut dengan riang
Menjadi kekuatan yang tak terbilang

Terimakasih sayang
Ini aku, pulang!





Berbohong

"Pagi Mas, saya mau naik eskalator nih, tunggu di halte kecil ya" ucap seorang pria mengakhiri pembicaraan via telepon dengan pengendara ojek online. Karena posisi berdiri saya persis berada disampingnya, saya mendengar dan spontan mengernyitkan dahi, "Hei, kitakan masih di dalam komuter, baru akan tiba di stasiun tujuan beberapa menit lagi", sontak batin saya berkata demikian.

Di lain waktu, Ada pula kejadian yang sama, yaitu sewaktu komuter yang saya tumpangi baru saja tiba di stasiun Kebayoran, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berbicara di telepon genggamnya, mengabarkan kalau dia sudah tiba di stasiun Tanah Abang, padahal komuter baru berangkat dari stasiun Kebayoran Lama.

Dua peristiwa di atas menjadi pelajaran yang sangat berharga khususnya untuk saya pribadi. Jangan pernah menyepelekan perbuatan buruk seperti berbohong, selain menjadi kebiasaan buruk yang terus terulang, kelak kita akan mempertanggungjawabankannya dihadapan Allah Swt.

Semoga kita senantiasa diberi kesempatan untuk selalu memperbaiki kekurangan yang ada di dalam diri.

Peluh


Peluh
Mengaliri tubuh
Langkah mengayuh
Menyibak riuh

Peluh
Pada wajah lusuh
Dan senyum separuh
Detak jantung bergemuruh

Peluh
Kelak menjadi saksi
Atas perjuangan seorang Hamba
Dalam menjemput rezeki
Yang telah disediakan olehNYA

Jakarta, 11 Oktober 2018

Bayang Wajahmu

Dalam temaram cahaya, bayang wajahmu menari-nari bersama riak air yang memainkan kidung senja, di pantai itu.

#puisidanfotografi

Serpihan Rindu

Phinisi itu membawa serpihan rindu yang aromanya menguap dalam belaian sang bayu, di senja itu.

#puisidanfotografi

Rinduku


Rinduku mengapung di Pantai Losari. Dipayungi lembayung senja, dan riak air yang menyenandungkan nada indah.


#puisidanfotografi

Gelisah

Tak ku temui birunya langit pagi ini
Rupanya terhalang awan kelabu yang berarak
Seakan-akan menjadi sebuah isyarat
Bagi jiwa yang sekarat

Mimpi yang membayangi
Menggelisahkan seisi hati
Dihempaskan ia sejauh-jauhnya
Namun kembali seperti semula

Ya Rabb, perlindunganMU kurindukan
Agar terhindar dari segala keburukan
Kasih sayangMU kudambakan
Agar diri ini senantiasa mendapat ketenangan


Jakarta, 27 September 2018

Pemandu Acara



Pemandu acara
Dituntut tuk menampilkan wajah ceria
Senyum yang menghias dibibirnya
Meski beban dipundak terasa jua

Pemandu acara
Berusaha menyuguhkan ide bercerita
Menjadikan suasana hangat terasa
Agar tak bosan disimaknya

Pemandu acara
Bukanlah pekerjaan yang mudah terlaksana
Banyak terjadi hal yang tak disangka-sangka
Meski telah disusun sebuah rencana

Pemandu acara
Tidak terseret dalam emosi jiwa
Harus siap menerima kritik bahkan cela
Agar esok lebih baik dari sedianya



Jakarta,  24 September 2018

Photo by Etna Ramadhani

Tawuran Pelajar

Meregang nyawa
Seorang pemuda
Tertebas senjata
Sesama

Malang nasibnya
Tiada terduga
Luluh raga
Tak berdaya

Histeris mereka
Menatap kawan terluka
Dendam membara
Menjadi petaka

Nyawa tak berharga
Cacat logika
Dikira perkasa
Sejatinya lemah tak berdaya

Siapa yang salah
Saling menyalah
bersalah
Pasrah




MERDEKA!

Ketika ku teriakkan kata MERDEKA!
Seorang anak putus sekolah menatapku dengan mata berkaca-kaca
Seakan ia ingin berkata; aku putus sekolah karna tak punya biaya

Ketika ku teriakkan kata MERDEKA!
Seorang pengemis renta menatapku dengan tatapan hampa
Seakan akan ia ingin berkata; perutku lapar, adakah yang berbelas kasihan mendermakan sedikit harta?

Ketika ku teriakkan kata MERDEKA!
Seorang TKI yang tubuh dan wajahnya penuh luka menatapku dengan mulut menganga
Seakan-akan ia ingin berkata; aku tersiksa di  negara sana, kalian hanya diam seribu bahasa!

Ketika ku teriakkan kata MERDEKA!
Sejatinya ku tak mengerti maknanya

Apakah hari esok kan ku teriakkan kata MERDEKA?

Kemenkeu Kita

Kemenkeu kita adalah inspirasi
menjadi energi bangsa
Mempersatukan rakyat Indonesia
Yang berbeda agama, bahasa, dan budaya

Kemenkeu kita menjadi kekuatan bangsa
Tuk saling berpegangan
Menghalau rintangan
Yang datang menerjang

Kemenkeu kita mengandung nilai-nilai
Integritas, profesional, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan
Melayani segenap rakyat indonesia
Agar sejahtera dan bermartabat dimata dunia

Kemenkeu kita
Adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Esa
Untuk bangsa dan negara Indonesia










DJA (Dibawa Jujur Aja)


Kata orang, jujur itu barang langka
Tak sembarang orang memilikinya
Tak semua orang melakukannya
Tak setiap orang menyukainya

Jujur, dimiliki oleh pribadi mulia
Yang menjadikan kejujuran sebagai prioritas utama
Karna jujur disukai Pemilik Semesta
Dibenci iblis durjana beserta pasukannya
Sebagai abdi negara

Sifat jujur harus tertanam di dalam jiwa
Karna jujur adalah modal utama
Agar terhindar dari perbuatan cela maupun panggilan KPK

Terus berusaha dan berdo'a
Agar sifat jujur tak sirna dari raga
Menjunjung tinggi kejujuran dalam bekerja
Di DJA tercinta

Dibawa Jujur Aja....


~ 16 Agustus 2018 ~




Aku dan Diam

Ketika aku berteriak pada deburan ombak yang menghantam  batu karang, hanya letih yang kudapati

Ketika aku tertunduk membisu pada keheningan yang menyelimuti seisi alam, kedamaian perlahan merambat mengisi relung sanubari

Aku dan diam menjelma menjadi untaian kata yang tak semua orang memahami

Bersolek

Kadang diri ini lupa
Bersolek agar terlihat sempurna dalam pandangan manusia
Namun, akhlaq yang baik mestilah terjaga
Kecantikan dan ketampanan kan sirna
Karna memang demikian adanya
Kehidupan ini bersifat fana

Silahkan bersolek
Tak ada larangan
Sebagai wujud syukur atas karunia Tuhan
Luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar
Sebagai wujud insan yang beriman

Berkata Seorang Kawan

Seorang kawan berkata; ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ternama
Merajut cita-cita yang sedari kecil sudah ia tulis di atas selembar kertas yang tersimpan di dalam diary lusuh

Ia pun melanjutkan bicaranya; ingin mempersunting seorang wanita yang telah dipacarinya sejak lama
Membina rumah tangga
Menjadi pemimpin keluarga

Di lain waktu, ia mengajakku berkunjung ke rumahnya
Rumah yang baru dibeli dengan uang hasil kerja kerasnya
Pergi pagi pulang larut malam
Demi mengejar impian

Kemudian, Waktu berlari tanpa peduli siapa yang dilewati
Meninggalkan apa saja, termasuk aku yang berdiri didepan pusara

Hari itu aku mengunjunginya
Berdiri persis disamping gundukan tanah merah berhias aneka bunga
Kuucapkan salam
Kemudian terpanjatkan doa; semoga engkau bahagia di alam sana...

#belajarpuisi

Pernah ada satu masa

Pernah ada satu masa
dimana jarak tak lagi bermakna
sapa tak lagi bernada
tatapan tak mewakili cinta

Pernah ada satu masa
jarak begitu bermakna
sapa menjadi indah bernada
tatapan mewakili rasa cinta menggelora

Pernah ada satu masa...

Secangkir Susu Cokelat

Secangkir susu cokelat hangat
Disuguhkan oleh si pemilik senyum memikat
Yang cintanya melekat
Erat

Aku pergi, sayang!
Menyusuri jalan membentang
Menghalau segala aral melintang
Atau onak duri yang menghadang

Tunggu aku di penghujung senja
Suguhkan tatapanmu yang bersahaja
Kan ku kecup keningmu dengan mesra
Hingga lenyap segala lara tanpa tersisa

#belajarpuisi