Tampilkan postingan dengan label Rumah Kaca. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rumah Kaca. Tampilkan semua postingan

Me – Rame : Deburan Air Kamar Mandi di Tengah Malam

Kehidupan di asrama putri sama dengan kehidupan kos-kosan lainnya di Jakarta. Asrama putri ini merupakan asrama  putri para mahasiswi poltekkes jurusan kebidanan yang mendapat fasilitas boarding atau semacam mess/penginapan secara bersama yang terdiri dari 4 lantai dengan masing-masing lantai terdiri dari 20 kamar. Setiap kamar diisi oleh 4 putri dengan 2 pintu kamar dengan 2 kamar mandi di dalamnya. Bolehlah kita sebut asrama, karena memang ini merupakan asrama dari mahasiswi yang akan belajar dari seluruh Indonesia. Biasanya yang mendapat fasilitas ini adalah mereka yang mendaftarnya berdasarkan peringkat saat akan masuk di poltekkes ini. Sehingga banyak calon mahasiswi yang belajar dari luar Jakarta. Poltekkes ini merupakan fasilitas pemerintah yang masih didanai dari APBN. Komposisi penerimaan bagi mahasiswi di poltekkes ini kira-kira 30% dari Jawa dan 70% luar Jawa baik Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua. Mahasiswi ini mengikuti pelajaran sejak pukul 8 pagi hingga 4 sore dengan istirahat di kantin yang disediakan di Poltekkes. Setiap lantai ada pengawas atau pengelola yang tinggal dekat asrama dan mereka dibayar oleh pemerintah untuk membersihkan fasilitas asrama.

Kehidupan di asrama ini berjalan baik dan tidak banyak kegaduhan karena mereka selalu diawasi baik ketika di malam minggu dan hari libur. Fasilitas olah raga juga cukup terawat dengan baik seperti tempat firness minimalis, lapangan voli dan basket. Kalau mereka inigin berenang, mereka bisa mengeluarkan sedikit ke tempat kolam renang dekat asrama. Pada lantai bawah asrama, ada 2 kamar mandi yang memang disediakan untuk tamu jika memerlukan sebuah toilet saat berkunjung. Pada beberapa bulan tidak banyak kejadian aneh di sekitar asrama. Namun menjelang bulan ramadhan, ada beberapa suara aneh yang terdengar di kamar mandi bawah pada setiap tengah malam. Kejadian ini berulang secara rutin setiap 3 kali seminggu atau setiap 2 kali sehari.

“Byur…byur…Byur… “ hening sebentar kemudian terdengar kembali suara seseorang sedang mandi. Beberapa kali saat diintip oleh pengelola asrama, tidak nampak siapa yang di dalam kamar mandi bawah itu. Setiap kejadian hampir mendekati waktu sahum. Beberapa kali pengelola mencoba ingin melihat siapa pelakunya, selalu tidak berhasil. Karena saat akan ditunggu, sepertinya seseorang atau makhluk itu sudah akan tahu bahwa usahanya akan ketahuan. Berkali-kali usaha itu coba dilakukan agar pelakunya dapat diketahui, namun selalu gagal dan gagal. Ketika sudah tidak ada niat untuk melihat siapa pelakunya, terdengar kembali suara di kamar mandi bawah. “Byur…byur…byur…” hening dan dilanjutkan dengan suara yang agak berbeda di bak kamar mandi yang ukuran diameternya tidak terlalu lebar. “Byuur…ceplak…cepluk… Dan ketika dilihat esok harinya, air bak kamar mandi sudah tidak bersih dan sepertinya pelaku ini menurut dugaan memang berendam sebentar untuk menyegarkan dirinya.

Kehebohan suara di kamar mandi lanati dasar sudah mulai tersebar hampir seluruh lantai. Kabar ini sangat terasa bagi para mahasiswi yang tinggal di lantai dasar. Awalnya mereka kaget dan tidak berani keluar ketika ada makhluk itu sedang berada di kamar mandi. Karena makhluk itu pintar mencari waktu masuk kamar mandinya yaitu mendekati waktu saum. Selain bulan Ramadhan, makhluk itu tidak pernah muncul di kamar mandi. Ketika para pengelola menunggu untuk ditangkap, makhluk itu tidak muncul. Seakan-akan makhluk itu sudah mengetahui jika akan ditangkap atau dijebak. Jadilah pembahasan serius bagi para penghuni asrama. Ada yang menaggapi biasa aja, ketakutan, cuek, bahkan ada yang memang serius ingin ikut ambil peran seperti adegan film “Indiana Jones : Raiders of The Lost Ark” dimana ada adegan kejar-kejaran dan menagkap sang penjahat dari sang profesor.

Karena momennya masih di bulan Ramadhan, maka kesempatannya hanya sekali untuk bisa mengetahui siapa pelaku ini. Karena nanti muncul lagi di Ramadhan berikutnya. Selain bulan Ramadhan, kejadian ini tidak pernah muncul. Makanya pengelola mencoba berinisiatif membentuk sebuah kelompok kecil untuk menangkap siapa pelakunya ini atau paling tidak saat di siang hari bisa diketahui siapa yang melakukan ini dan apa motifnya dan kenapa hanya di bulan Ramadhan dan tengah malam menjelang saum kejadiannya. Karena beritanya sudah cukup menyebar di seluruh lantai, maka perwakilan pengawas dan beberapa ketua lantai dari asrama ini bergabung meski tidak juga yakin akan berhasil untuk ditangkap. Tim ini memang bekerja secara sukarela namun ada perasaan was-was jika makhluk ini pun akan melawan balik jika ketahuan. Segala peralatan yang diperlukan dipersiapkan seperti senter, tali, jebakan berupa sebuah kunci gembok jika makhluk itu masuk bisa dikunci dari luar dan persiapan mental dari tim kecil ini.

Menjelang 2 minggu akhir Ramadhan, tim sudah siap segalanya hingga saat jebakan tiba berjalan. Setiap anggota tim yang menunggu kehadiran makhluk itu mencoba bergilir untuk tidak tidur secara bergantian. Jam sudah menunjukan pukul 02.30 pagi di hari Sabtu. Karena selama seminggu ini makhluk ini tidak melakukan aksinya, maka menurut dugaan mereka, makhluk itu akan melakukannya di hari Sabtu dinihari. Saat momen itu tiba, maka terdengarlah suara deburan di kamar mandi saat menjelang waktu saum. “Byur…byur…byur …. Hening sejenak dan pintu luar ditahan dengan beberapa orang agar makhluk itu tidak melawan.

“Ayo, cepat bantu. Mana gembok, gembok. Cepat …cepat ….” beberapa orang langsung membawa gembok dan mengunci pintu kamar mandi itu.

“Akhirnya tertangkap sudah makhluk itu di dalam kamar mandi. Hai, siapa anda dan apa tujuannya ke kamar mandi ini di tengah malam?” tanya salah seorang anggota tim. Semua terdiam dan dari dalam kamar mandi pun tidak terdengar suara bahkan suara air pun tidak terdengar.

“Ayo mengaku sekarang, karena anda sudah mulai terkepung.” Lanjut pimpinan tim dengan suara lantang berteriak hingga membangunkan penghuni lantai di atasnya.

“Kraak…praak…” terdengar suara jendela kamar mandi yang jatuh di sisi berlawanan dari pintu kamar mandi.

“Suara apa itu?” tanya seorang mahasiswi kepada anggota tim yang lain.

“Wah, itu suara jendela rusak jatuh dari kamar mandi itu. Jangan-jangan makhluk itu kabur melewati jendela itu. Ayo mari kita lihat bersama-sama”, sebagian dari 6 orang itu berjalan ke arah belakang dari bangunan asrama itu. Dan ternyata dugaan salah satu anggota tim itu benar. Makhluk itu sudah kabur dari kamar mandi melewati jendela yang cukup tinggi sekitar 2 meter dan melewati jalan belakang setelah melewati tembok yang tidak terlalu tinggi dan kali di belakang asrama.

“Yah kita gagal lagi menangkap makhluk itu. Padahal kita sudah cukup banyak untuk menangkap makhluk itu dan kita tidak menduga makhluk itu akan melewati jendela belakang kamar mandi.

Setelah gembok di-unlock dan pintu terbuka, warna air bak sudah tidak bersih dan suasana kamar mandi seperti telah terjadi kerusuhan tahun 1998. Anehnya makhluk sangat cepat bereaksi dalam mencari jalan keluar melalui jendela. Namun ada selembar pakaian yang tergantung di dinding kamar mandi, yang nampaknya sangat dikenal oleh salah seorang anggota tim yang juga merupakan salah satu pengelola di lantai dasar. Setelah berpikir lama tanpa diketahui anggota tim yang lain, si pengelola itu berpikir sejenak dalam hati. Akhirnya dia teringat seorang keponakannya yang lama gak dijumpai berasal dari sebuah desa di daerah Jawa Timur. Keponakan itu memang sudah yatim piatu dan hidupnya memang menggelandang yang beratapkan langit dan bintang. Terkadang keponakannya itu bertemu dengan dirinya di sebuah pasar dekat pasar baru Jakarta. Memang perilaku keponakannya itu seperti manusia normal pada umumnya. Tetapi jika diajak berbicara dengan orang asing, dia akan membungkam dirinya hingga kapan dia mau. Hanya orang tertentu yang bisa mengajaknya berbicara termasuk si pengelola itu.

Akhirnya si pengelola tersebut, mencoba melakukan inisiasi pertemuan rahasia dengan si keponakannya di sebuah pasar tanpa diketahui anggota  tim dan penghuni asrama yang lain. Setelah pertemuan dilakukan dan disepakati bahwa si keponakan tidak akan mengganggu kembali asrama itu untuk beberapa waktu ke depan. Sebenarnya kenapa dilakukan saat Ramadhan, si keponakan ingin merasakan sebuah keluarga yang sudah lama dirindukan. Iya juga menyatakan kepada si pengelola bahwa ia merasa malu jika harus datang ke lingkungan asrama karena dirinya sangat lusuh dan tidak bersih. Makanya ia beranikan dirinya mandi sebagai wujud bersihkan diri selama beberapa hari tidak mandi. Akhirnya si pengelola memberikan keleluasaan kepada si keponakannya untuk menggunakan fasilitas kamar mandi miliknya yang memang ada di bagian belakang tempat di pengelola dan meminta untuk tetap menjaga kedamaian lingkungan di asrama putri itu. Setelah obrolan singkat itu, akhirnya lingkungan asrama sudah mulai kembali normal. Si pengelola tidak mengetahui kejadian ini katena dia merupakan pengelola yang baru ditugaskan selama 1 tahun. Padahal keponakannya itu sudah beberapa Ramadhan berkunjung ke kamar mandi itu.

Cerita ini dapat juga dilihat pada link berikut : 

Escalator

Gemerlap lampu berwarna-warni dan jejak langkah pengunjung yang lalu lalang selalu menjadi penggemarmu. Keberadaanmu itu selalu dinantikan ketika lift  tidak mampu lagi mengajak para pengunjung pindah dari lantai satu ke lantai yang lain. Secercah harapan muncul ketika tidak ada lagi bangunan yang menggunakan anak tangga statis kecuali di lokasi wisata alam. Suara tawa dan canda selalu menghiasi putaran sistem kami. Ada seorang ayah dengan anaknya, seorang ibu dengan anaknya, seorang pria dengan kekasihnya, seorang nenek tua yang dibantu sanak saudara serta cucunya mencoba berdiri diatas kami. Terkadang ada juga sekelompok pelajar dan olahragawan yang bersemangat menginjakkan kakinya dengan tidak memperhatikan batas-batas kewajaran dan keselamatan diri mereka. Memang sih, kami banyak digunakan di bangunan seperti hotel, stadion olahraga, mall, convention hall, gedung perkantoran, stasiun kereta api dan bandara. Pasar dan beberapa bangunan lama tidak lagi menggunakan jasa kami. Pertimbangan struktur bangunan yang menyebabkan tidak menggunakan jasa kami. Jika ingin menggunakan jasa kami, maka bangunan perlu dibangun secara keseluruhan.  

Seiring dengan perkembangan sebuah kota metropolitan, keberadaan kami pada bangunan publik semakin dirasakan manfaatnya. Etalase, lalu lalang pengunjung, manekin, selalu menghiasi sisi samping dari kami di sebuah pusat perbelanjaan. Kecepatan berputar kami sangat stabil sehingga setiap pijakan para pengunjung semakin terasa nyaman. Pada mulanya kami ditemukan pada tahun 1800-an dan masih banyak penemuan dan inovasi dan perkembangan terkait escalator ini. Banyaknya petunjuk atas penggunaan escalator menjadi terabaikan karena hal-hal kecil. Misalnya jangan menginjak garis kuning sering diabaikan karena pengunjung menganggap hal itu sepele. Mulai dari seorang anak terjatuh hingga terjepit, adalah salah satu bentuk abai terhadap aturan dalam menggunakan esecalator. Penggunaan alas kaki yang tidak tepat juga dapat menyebabkan kecelakaan kecil dalam menggunakan escalator.

Hal ini menjadi sebuah concern saya ketika melihat seorang wanita yang menggunakan pakaian muslim yang sar’i menggunakan escalator. Tidak ada yang salah dengan pakaiannya, tetapi gaya santai dan tidak melihat adanya potensi bahaya saat menggunakan escalator-nya menjadi perhatian saya. Saya juga tidak melihat potensi bahaya hingga akhirnya saya melihat hal ini terjadi tepat di depan saya. Entah bagaimana cara berjalannya tetapi ketika berjalan ada bagian pakaiannya itu langsung tersangkut dalam escalator itu. Tiba-tiba seorang ibu di depan saya langsung menahan agar pakaian itu tidak terhisap ke dalam putaran esecalator itu. Dalam sekejap juga saya akhirnya berusaha membantu untuk menarik pakaian yang tersangkut di escalator itu. Saya berusaha membantu karena sikap ibu yang membantu itu sangat spontan menahan lajunya pakaian yang terhisap escalator. Posisi duduk pun dilakoni si ibu yang baik hati. Kami berjibaku menahan pakaian itu dalam hitungan detik hingga terlepas dan sobek dibagian bawah baju muslim itu. Meski selesai semua prahara dalam escalator itu, si ibu dengan pakaian muslim itu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu yang bersusah payah menahan pakaiannya.
          
Kejadian ini membuat saya lebih sadar, dimanapun kita tetap selalu waspada agar tidak membuat orang lain repot dan khawatir. Banyak hal yang memang harus kita pikirkan namun kewaspadaan adalah salah satu cara untuk berikhtiar agar kita bisa melakukan banyak hal baik di dunia yang fana ini. Mari kita selalu aware terhadap bahaya di sekitar kita, salah satunya penggunaan escalator.


Kisah ini dapat juga dilihat pada : 

Posyandu

Iya Posyandu. Kenapa Posyandu ? Iya. Karena keberadaan posyandu itu saat ini sudah jarang terdengar. Pada jaman dulu, keberadaan posyandu sangat membantu warga di sekitar kecamatan atau kelurahan tempat tinggalnya. Posyandu juga menjadi alternatif bagi warga yang memiliki keterbatasan biaya berobat ke rumah sakit. Adanya Posyandu itu cukup meringankan biaya berobat untuk pertumbuhan anak-anak balita dimana biaya suntik cukup mahal saat itu. Apalagi saat itu, saya ditempatkan di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara pada tahun 1999. Saat itu, biaya berobat cukup mahal dan jumlah dokter spesialis anak sangat terbatas. Makanya ketika anak pertama lahir tahun 2002, kami memanfaatkan keberadaan Posyandu. Terlintas bagaimana penyakit Dipteri sudah menjadi Kejadian Luar Biasa di beberapa wilayah di Indonesia. Jadi dalam pikiran saya, kemana Posyandu ini? Kok bisa kejadian seperti ini terjadi? Apakah warga atau masyarakat sudah tidak lagi terlayani dengan adanya Posyandu atau memang Posyandu sudah tergantikan dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sejak adanya pergantian nama dari Askes ke BPJS? Apapun itu, keluarga kecil saya termasuk yang menikmati manfaat adanya Posyandu itu. Sebelum lebih jauh soal manfaat Posyandu yang saya rasakan, saya coba melakukan riset dikit asala muasal Posyandu.
          
Posyandu pertama kali diperkenalkan sejak presiden kedua Indonesia, Soeharto. Posyandu itu merupakan kepanjangan dari Pos Pelayanan Keluarga Berencana – Kesehatan Terpadu[i]. Posyandu merupakan kegiatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi posyandu merupakan kegiatan swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab adalah kepala desa atau lurah untuk di perkotaan. Konsep Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan. Keterpaduan ini menyangkut aspek sasaran, petugas penyelenggara, dana dan lainnya. Tempat Posyandu biasanya dilaksanakan di balai dusun, kelurahan, RW dan tempat yang representatif lainnya. Posyandu ini diprakarsa oleh Presiden Soeharto dan pernah menjadi kebanggan rakyat seperti juga adanya LKMD dan Siskamling. Setiap bulan, masyarakat berbondong-bondong datang ke Posyandu yang dikelola berbasiskan komunitas. Ada tenaga sukarelawan – yang telah mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan setempat – memberikan panduan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui. Posyandu juga memberikan vaksinasi dan makanan suplemen kepada bayi dan balita. Posyandu juga menjadi deteksi dini kasus-kasus malgizi pada bayi dan balita.

Banyak manfaat dari Posyandu. Mungkin orangtua yang lahir di jaman milenial tidak banyak mengetahui soal Posyandu. Mungkin juga tau tetapi tidak banyak menggunakan manfaat dari keberadaan Posyandu itu. Kembali ke pengalaman saya, bahwa ketika ada gejala aneh saat kehamilan, kami baru ke dokter spesialis kandungan yang saat itu hanya ada 2 dokter. Kebetulan salah satu dokter buka praktek malamnya di apotik dekat dengan tempat tinggal kami. Dokter yang lain agak jauh buka prakteknya dari lokasi kami tinggal. Dokter yang buka praktek ini menjadi alternatif kami memeriksakan kesehatan janin dan proses kelahiran atas anak kami yang pertama. Ketika anak pertama kami lahir pun, dokter Slamet ini pun yang menangani proses kelahiran anak pertama kami. Dalam hal konsultasi bayi dan balita, beliau juga menyarankan agar bisa memanfaatkan Posyandu di sekitar perumahan atau kelurahan setempat.

Setelah mencoba cari informasi soal Posyandu ini, akhirnya kami menemukan Posyandu yang cukup representatif dalam hal pencegahan dan pengobatan sebagai rujukan kesehatan. Kami menemukan Posyandu yang dikelola warga sekitar dengan tempat di lapangan perumahan Bank Indonesia yang diadakan setiap tanggal 11 tiap bulannya. Jika tanggal itu jatuh hari libur, maka pelaksanaan dijadikan maju ke hari sebelumnya. Segala vaksin, suplemen makanan dan nasehat atas keperluan gizi, kami lakukan sepanjang masih bisa kita jangkau. Anak saya jarang berobat ke rumah sakit kecuali terpaksa sekali. Hal ini bisa dilakukan di Posyandu. Jika sakit cukup mengkhawatirkan, kami ke rumah sakit, tidak harus menunggu hingga bulan depan. Informasi di Posyandu sangat cepat beredar, bahkan informasi yang tidak jelas pun beredar di sini. Informasi yang baik, kita ambil sebagai rujukan. Jika tidak baik, kita simpan sebagai catatan agar berhati-hati.



Saya cukup lama tinggal di Kendari. Penempatan sejak 1999 hingga 2006 sudah cukup mengenal kota itu sebagai kota yang nyaman dan bersih untuk pertumbuhan anak pertama kami. Setelah 4 tahun anak pertama kami tumbuh menjadi anak yang sehat, kami perlu banyak berterima kasih kepada Posyandu. Pilihan dokter spesialis anak dan kandungan yang terbatas, fasilitas kesehatan yang mahal dan agak jauh dari lokasi tinggal serta terbatasnya informasi tentang kesehatan di wilayah endemik demam berdarah itu, kami rasanya patut bersyukur adanya Posyandu telah memberikan nikmat dan kenyamanan kami dalam memberikan fasilitas kesehatan minimum kepada anak pertama kami. Jadi dengan setiap bulan datang ke Posyandu itu, kami jadi banyak kenal dengan orang baru, informasi kesehatan baru, cara penanganan penyakit yang baru dan banyak hal lainnya. Alhamdulillah anak kami hingga saat ini sehat meski kondisi kota Kendari, yang memiliki histori sebagai daerah endemik demam berdarah. Makanya anak kami terkenal dengan istilah “Anak Posyandu” saat itu. Ketika ada kejadian luar biasa Dipteri, saya jadi berpikir, kemana Posyandu itu?

[i] https://id.wikipedia.org/wiki/Pos_Pelayanan_Terpadu

Kisah ini dapat juga dilihat di : 

Me Rame – Nyanyian Tengah Malam

Lingkungan tempat kos-kosan yang terletak di bilangan Jakarta Selatan seperti tempat kos pada umumnya. Ada aturan berkunjung, kamar kos dengan fasilitas ac, kamar mandi, dapur atau kamar mandi dan dapur dipakai untuk bersama, yang biasanya terletak di luar kamar. Harga kamar dengan fasilitas dapur dan kamar mandi di dalam biasanya lebih mahal dibandingkan dengan kamar mandi dan dapur bersama. Biasanya penghuni kamar dengan fasilitas lengkap di dalam adalah pasangan baru menikah, atau penghuni yang akan menikah dalam waktu dekat, yang nantinya kamar itu akan dipakai sebagai tempat tinggal sementara. Fasilitas untuk menjemur pakaian sudah pasti disediakan. Tambahan fasilitas berupa mesin cuci sebagai sarana pendukung terkadang juga tersedia. Penghuni bisa menggunakan sendiri atau perlu jasa pembantu yang sudah disiapkan oleh pemilik atau pengurus kos-kosan. Penghuni tinggal membuat perjanjian sesuai keperluan.
 Tinggalah Alfa dengan beberapa temannya di kos-kosan itu. Mereka bertiga menempati masing-masing kamar kosnya. Sebenarnya mereka bisa kumpul dengan teman-temannya sekamar dan lumayan hemat kalau bertiga. Namun ada beberapa di antara mereka, yang sanak familinya masih sering datang dan tinggal di kamar kos. Mereka dikenal cukup baik oleh beberapa penghuni dan pemilik kos. Mereka bertiga juga sudah bekerja di sekitar daerah Kuningan dan Setiabudi. Jika malam minggu tiba dan menjelang akhir bulan, biasanya mereka berhemat dengan bermain gitar dan nyanyi bersama sambil makan makanan ringan dengan penghuni kos yang lain. Suasana kos-kosan cukup kondusif sehingga wilayah wanita dan pria sangat dipatuhi dan dipedomani oleh para penghuni. Sesekali mereka membuat acara bakar jagung, sate dan daging ala restoran Jepang. Namun jika awal bulan, mereka kongkow dengan teman sekantor atau teman sekolahnya dulu di akhir pekan.
Kondisi yang kondusif ini cukup berjalan baik hingga menjelang akhir bulan November 2015, datanglah penghuni kos baru dan kebetulan wanita. Sebenarnya wanita ini cukup baik ketika diajak berbicara. Namun ada perilaku yang mereka bertiga baru mengetahui saat tengah malam. Namanya Winda, si penghuni kos baru itu. Dia bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan kurir yang cukup besar dan dia bagian marketing. Parasnya cukup membuat mereka bertiga ingin berkenalan lebih dekat lagi dibanding dengan kedekatan mereka bertiga. Kebetulan kamar yang kosong itu cukup dekat dengan dengan kamar Alfa dan kedua kawannya itu. Secara fisik, Winda itu merupakan ikon wanita metropolitan. Secara kasat mata pun, mereka bertiga sangat ingin dekat dengan Winda. Memang kos-kosan itu gak ada penghuni wanitanya? Ada, tetapi kebanyakan sudah memiliki calon dan suami. Makanya ketika ada Winda, bagi mereka Winda itu bagai sebuah oase di tengah padang pasir.
Sejak awal tidak ada suara aneh di kos-kosan itu. Menjelang malam tiba, dan ketika semua terlelap dalam tidurnya dan dengan mimpi indahnya masing-masing, terdengarlah suara nyanyian. “Whooaa….” Mereka saling lihat, sambil bergumam dalam hati, “… siapa itu?” Setelah ditunggu berapa lama, mereka terlelap lagi. Ketika mata akan tertutup, terdengar kembali suaranya. “…jangan kau lupakan aku dengan cintamu…” Nyanyian tengah malam ini berlangsung berulang setiap seminggu 3 kali selama 3 menit.
Penyelidikan masih dilakukan oleh ibu kos dan beberapa rekan hingga membuat gaduh penghuni kos-kosan. Akhirnya diambil sebuah keputusan bahwa  ibu kos akan melakukan semacam observasi sebelum menanyakan langsung. “Whoaaa…. dan selalu terdengar raungannya dahulu dibanding lirik lagunya. “… enter the sandman… lagu rock dari Metallica terdengar. 

Ibu kos yang melakukan observasi bertanya, "kok teratur ya polanya? Dan kenapa lagu rock ya?" Ibu kos masih terheran-heran sambil lirik ke pembantu dan salah seorang penghuni kos juga. Si Alfa dan kedua kawannya, sudah mulai terbiasa dan saat waktunya akan mulai, mereka tutup telinga dengan bantalnya masing-masing. Setelah sekali observasi oleh ibu kos, esok paginya, ketika hari minggu, sang pemilik “Nyanyian Tengah Malam” itu dipanggil menghadap.
Ramailah suasana di ruang tengah. Para penghuni datang secara bergantian dan terkejut bahwa pemilik “Nyanyian Tengah Malam” itu adalah Winda, si penghuni baru. “Kenapa Winda ya ?”
“Gak tau tuh…” jawab penghuni yang lain.
“Padahal anaknya baik-baik”. Terdengar saling bisik diantara para penghuni itu.
“Kenapa dik Winda sering mengigau dan bernyanyi di tengah malam?” tanya ibu kos kepada Winda. Semua sambil saling lihat, menunggu jawaban dari Winda. Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Winda mencoba menjelaskan kenapa dia sering “mengigau” dengan cara bernyanyi dengan genre rock di tengah malam. Awalnya Winda agak malu untuk mengungkapkan tapi akhirnya Winda bercerita bahwa dia pernah diputuskan oleh sang kekasih dan selama bersama sang kekasih, mereka sering makan di restoran yang ada musiknya ber-genre rock metal. Sang kekasih meninggalkan dirinya tanpa ada penjelasan hingga suatu ketika Winda melihat sendiri dengan matanya sendiri. Karena kesal tidak bisa melampiaskan amarahnya, tanpa disadari emosinya terbawa saat dalam tidur. dan terjadilah “Nyanian Tengah Malam” itu. 

        Kepindahan Winda dari tempat kos satu ke yang lain juga karena masalah ini. Kebanyakan penghuni kos sebelumnya merasa terganggu dengan “Nyanyian” itu. Saat itupun, Winda masih dalam masa terapi dengan psikiater. Setelah bercerita, Winda meminta maaf atas kejadian yang menimpa para penghuni kos. Saat itu juga, Winda pindah kos karena akibat perilakunya itu, para penghuni menjadi terganggu. Namun keinginan Winda di larang oleh ibu kos, karena perilaku Winda bukan sebuah masalah dan sedang ditangani oleh psikiater. Sikap baik ibu kos, ditanggapi berbeda oleh Alfa dan temannya, karena mereka lah yang akan menjadi korban hingga Winda sembuh dari terapi itu. Tapi mereka pun senang jika Winda masih tetap sebagai penghuni kos kaena parasnya yang bagai oase di kos-kosan. Akhirnya mereka pun menerima kalau Nanyian Tengah Malam pun tetap terdengar hingga Winda sembuh.



Kisah ini dapat juga dilihat pada laman : 

BnD Project – Kisah Si Burlem

Ada sebuah kisah tentang seorang pegawai negeri sipil, sebutlah si Burlem. Kegiatan si Burlem seperti pegawai kantoran pada umumnya. Burlem juga kebetulan tinggal di Jakarta. Berangkat pagi, naik transportasi umum, melakukan absensi pada mesin handkey, bekerja pada institusi yang memberikan penghasilan yang cukup kepada istri dan anaknya. Pokoknya untuk ukuran seorang pegawai negeri, Burlem ini termasuk tipikal pegawai yang bekerja di atas rata-rata.
Burlem sudah cukup lama menjadai seorang pegawai negeri sipil. Pada tahun 2002, Burlem melamar sebagai pegawai negeri sipil, setelah 2 tahun bekerja di sektor swasta di bidang konstruksi. Setelah melewati beberapa tahapan tes, Burlem dan beberapa kawan seangkatan diterima menjadi pegawai negeri sipil. Burlem termasuk yang merasa beruntung menjadi pegawai negeri. Karena beberapa kali mendaftar, dia selalu gagal. Maka usahanya tidak sia-sia ketika Burlem belajar mempelajari beberapa buku mengenai tips menjadi CPNS dari toko buku terkenal dan situs yang memberikan informasi mengenai itu.
Saat diterima menjadi CPNS, Burlem sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Seiring dengan berjalannya waktu sebagai salah satu abdi negara, kebutuhan hidup si Burlem menjadi tinggi sebagai akibat pergaulan dengan teman-teman kantor sebelumnya dan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara yang mungkin bisa ditempuh untuk menambah penghasilan itu, dengan bekerja hingga melampaui jam kerja kantor. Hal ini sudah berlangsung sejak tahun 2015. Ketika tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan, Burlem tetap berada di kantor hingga memenuhi batasan waktu yang dia telah tentukan.
Banyak motif atas apa yang dilakukan si Burlem. Menghindar macet salah satunya dan masih banyak alasan lainnya. Model pegawai seperti Burlem ini cukup banyak di beberapa kementerian dan lembaga. Bahkan ada yang hapal bagaimana cara menghitung overtime  waktu kerjanya itu. Beberapa bahkan bisa menghitung hingga ke jumlah menitnya. Ketika dia lebih sekian menit, maka dia akan mendapat sekian dari kelebihan jumlah jam kerja itu. Beberapa dari mereka memang sudah meniatkan akan bekerja overtime ketika akan berangkat kerja. Bahkan ada juga yang protes jika waktu overtime-nya tidak dibayarkan.  
Apakah salah dengan sikap si Burlem ini ? Tidak ada yang salah jika ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan sesuai tenggat waktu. Dalam hal ini, negara mengeluarkan sejumlah uang yang sia-sia. Bayangkan juga berapa jumlah uang negara yang harus digelontorkan untuk tipikal seperti Burlem? Negara banyak mengeluarkan dana yang tidak patut sementara masih banyak bangunan sekolah, jembatan, fasilitas kesehatan di beberapa daerah di Indonesia yang belum layak, memerlukan bantuan pendanaan. Bagaimana jika jumlahnya seperti Burlem ini ada sekitar 100.000 pegawai? Hanya kita yang mengetahui kapan harus bekerja overtime dan kapan tidak.
Fakta ini ada dan hanya diri kita yang bisa memilih untuk memberikan yang terbaik kepada negara kita ini. Kementerian Keuangan sudah mengawali dengan menetapkan Instruksi Menteri Keuangan nomor 346/IMK.01/2017 tentang Gerakan Efisiensi sebagai Implementasi Penguatan Budaya Kementerian Keuangan, yang salah satunya “Pemanfaatan jam kerja secara efektif dan meminimalisir jam lembur melalui pendekatan work-life-balance dengan memperhatikan tanggung dan penyelesaian tugas”. Selain itu, pegawai kemenkeu harus menjunjung tinggi value Kementerian Keuangan yaitu Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan. Itulah di Kementerian Keuangan. Semoga kita bisa menjadi panutan seperti para pegawai di Kementerian Keuangan. Ayo kita dukung gerakan efisiensi dengan pendekatan work-life-balance agar mengurangi beban negara.     

#bndproject
#bukannotadinas


Kisah ini juga dapat dibaca pada laman berikut : 
https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/2017/12/bnd-project-kisah-si-burlem.html

Paddy Field

Birds sing a song cheerfully among the field
Light of sun come in through the field
Farmers and people walk through and across the field
Butterflies are flying up in the field

I imagine the smells paddy field in the morning
I took deep breath among paddy field
How solemn and fresh the nuance of it
So I can remember the time we made

Paddy field made me realize the time went by  
The picture of God the almighty revealed
Many people work in the paddy field
They made a fortune for themselves and others

Morning breeze in the paddy field was so amazing
The perfume of green grass stimulated the soul of mine
Now, paddy field has become a scarcity venue
Paddy field, I miss you with someone that I can share 

#inspirasialam
##nuansabatin


Puisi ini dapat dilihat juga pada laman : 

Pejuang Gondola Gedung Tinggi

Tertegun saya melihat para pejuang gondola gedung tinggi ini. Apakah mereka memang orang-orang yang terlatih untuk menjadi orang yang punya nyali? Saya pikir tidak. Apakah mereka sadar akan bahaya yang siap merengut nyawanya itu? Iya dan saya sangat yakin bahwa mereka melakukan dengan penuh pertimbangan. Apakah ada pilihan lain? Atau memang hobi? Saya belum survei, tetapi ketertegunan saya diawali dari kubikel tempat saya bekerja. Awalnya saya mungkin abai terhadap aktifitas di luar bangunan. Namun kok, setelah beberapa kali terusik dengan aktifitas mereka di luar, jadi saya ingin membuat kisah pekerjaan naik gondola gedung tinggi. Pekerjaan itu menjadi salah satu pilihan pekerjaan bagi orang tertentu. Memang saya belum melakukan proses wawancara yang cukup intens dengan para “Pejuang Gondola Gedung Tinggi” ini. Pendapat ini hanya merupakan buah pikiran jika seandainya mereka memiliki pilihan atau saya bertuker tempat dengan mereka dan mereka yang duduk di sisi dalam gedung Soetikno Slamet ini. 
Pikiran ini cukup mengelitik karena ada pekerjaan perawatan gedung kantor. Dalam rangka perawatan itu, banyak perbaikan dan pengecatan yang harus dilakukan tidak terkecuali sisi luar dari gedung itu yang memang menjadi target perawatan. Jika harus menggunakan bamboo yang saling diikatkan, maka paling tidak gedung itu tingginya maksimal 5 tingkat. Jika lebih biasanya memang sudah dibuatkan jalur gondola tersendiri sebagai bagian dari infrastruktur bangunan atau gedung tinggi. Daripada harus menggunakan bambu lagi, maka gondola digunakan secara maksimal agar pekerjaan perawatan gedung dapat selesai sesuai dengan kontrak.
Kondisi gondola secara umum masih cukup baik dengan cantolan kabel baja dan cukup mencengkram pada roda gondola berkenaan. Sementara para pekerja dengan asyiknya tetap bekerja dengan tali pengaman yang sudah diikatkan bukan ke gondola tetapi ke tali pengaman yang tersambung langsung dari atas. Saya sempat mengamati secara kasat mata, karena pengamatan saya berasal dari dalam gedung bukan ikut bersama dengan mereka. Hasil pengamatannya adalah bahwa kapasitas gondola sepertinya hanya mampu diisi hanya dengan 2 orang dengan berat kira-kira 60 kg. Jika bebannya lebih dari itu, saya gak tau apa yang terjadi. Tapi saya gak mau memikirkannya, tapi saya berdoa semoga tidak terjadi apa-apa terhadap para pekerja itu. Mereka berada di gondola itu juga bukan karena hobi dan kemauan mereka. Saya sempat sedikit mendengar beberapa percakapan yang mereka ucapkan. Inti dari percakapannya adalah mereka lakukan ini karena gak ada pilihan lain selain pekerjaan ini. Mereka juga terkadang rindu dengan kampung halaman dan keluarga. Jika ada keahlian yang bisa mereka lakukan dan kerjakan, mereka tidak akan mengambil pekerjaan ini.
Mendengar percakapan mereka yang santai dan penuh makna cukup menampar saya sebagai pegawai negeri sipil yang hanya bisa duduk dan mengamati mereka dari dalam gedung. Mereka pun tidak bereaksi ketika dari sisi dalam ada yang melambaikan tangan ke mereka dan mereka sepertinya fokus untuk tetap mengerjakan agar cepat selesai. Karena mereka tahu bahwa waktunya sangat berharga dan jika semakin lama diatas dan pekerjaan tidak selesai maka nyawa adalah taruhannya. Saya cukup malu dan berpikir kembali, apakah ini sebuah sketsa hidup dalam setiap diri seseorang? Setiap diri kita ketika sedang tidak semangat dan banyak malas bekerja, apalagi kondisi tempat pekerjaan sangat nyaman dan bersih dan berada di dalam gedung, mungkin sekali-kali perlu berkaca kepada para pejuang gondola ini. Kalau ruangan agak panas kita dengan mudahnya protes. Bila ruangan terlalu dingin dengan mudahnya kita mengerutu “agak dingin ya ruangan.”. Itulah kita sebagai manusia. Coba seandainya kita berada di posisi mereka? Bisa komplen? Bisa menolak? Bisa protes? Bisa malas? Tanyakanlah kepada diri sendiri. Bagaimana nanti tiba-tiba kita terbangun dari tidur dan harus bekerja sebagai pejuang gondola itu? Saya yakin akan ada banyak pergulatan dalam diri kita.
Iya, saya menyebutnya mereka sebagai pejuang. Karena banyak yang mereka pertaruhkan dalam melakukan pekerjaan itu terutama nyawa. Waktu untuk keluarga, istri, anak dan berbicara dengan rekan kerja. Rekan kerja? Gak ada rekan kerja. Kalau rekan kerja di gondola hanya berdua. Kalau rekannya sakit, maka bekerja sendiri. Pantaslah kalau saya sebut mereka pejuang dibanding saya yang bekerja masih banyak malas, protes, mengobrolnya dan lain-lain. Sang pejuang gondola telah mengingatkan saya untuk tetap semangat dan bersyukur bahwa semua itu sudah ada suratan dan takdirnya. Maka nikmati momen yang telah diberikan dengan hal-hal yang positif tanpa harus banyak komplen dan bermalas-malasan. Selamat berkerja para pejuang gondola gedung tinggi, kami doakan yang terbaik untuk kalian. Doakan kami juga untuk selalu tetap semangat bekerja dengan hal-hal yang positif. Aamiin

Cerita ini dapat juga dilihat pada link berikut : 

Me Rame – Becak dan Selokan

Naik becak di Jakarta merupakan hal yang biasa, karena becak banyak tersebar hampir di seluruh wilayah kota Jakarta. Meski demikian, becak juga banyak di sekitar wilayah kota Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang dan Bogor. Keberadaan becak umumnya ada di sekitar perumahan, pasar tradisional dan terminal setempat. Selain itu juga, becak ada juga di hampir setiap wilayah di Indonesia. Misalnya Bandung, Medan dengan bentornya, Makassar dengan becak tingginya.
Cerita berlanjut dengan si Alfa yang sedang berlibur di daerah Sulawesi Selatan. Naik becak bagi si Alfa merupakan hal yang biasa. Namun karena naik becak di daerah Sulawesi Selatan menjadi pengalaman baru. Pertama posisi becak yang agak tinggi baik untuk penumpang dan pengemudinya, membuat pengalaman naik becak jadi berbeda. Kedua, becak di Sulawesi Selatan ini mempunyai tempat duduk yang agak sempit dibanding dengan becak di Jakarta dan pada umumnya.
Si Alfa berada di Sulawesi Selatan karena ada undangan sepupunya yang akan menikah dengan orang dari Sidrap (Sidenreng Rappang) dan kebetulan mereka bertemu saat melakukan trip bareng dari kantor sepupunya ke daerah selayar di Sulawesi Selatan. Hubungan jarak jauh dilakoni dan hingga berlanjut hingga ke pelaminan. Alfa tidak bisa datang pada acara pernikahan tetapi datang saat lamaran yang berlangsung di tempat tinggal sepupunya.
Perjalanan dari tempat penginapan dengan tempat lamaran cukup dekat dijangkau dengan becak. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Alfa dan kedua kawannya yang belum pernah ke Sulawesi untuk naik becak. Berbaju santai dan tidak terlalu resmi, mereka berangkat dengan becak yang mangkal deket tempat penginapan. Jarak yang akan ditempuh gak terlalu jauh sekitar 1 km dan cukup ditempuh dengan becak dengan kondisi jalan yang cukup rata sehingga tidak membuat lelah pengayuh becak. Mereka naik dengan 2 becak dimana 1 becak di tumpangi oleh 2 orang dengan ukuran badan yang agak lebar dengan kondisi becak cukup sempit ketika dinaiki berdua. Seharusnya memang sewa 3 becak untuk 1 orang. Penumpang sudah cukup berkeringat akibat cuaca di Sulawesi yang panas dan ditambah dengan santainya si pengayuh becak bahwa becaknya mampu berjalan normal. Jika naik ojek, mungkin gak masalah tapi ini becak dengan 2 penumpang yang cukup besar melewati sebuah tanjakan.   
Perjuangan baru dimulai bung. Perlahan becak dengan kecepatan yang lumayan cepat akan mampu melewati tanjakan agar mampu mengambil momentum untuk menanjak. Pada saat di pertengahan jalur tanjakan, pengayuh becak, si Daeng mengambil nafas cukup dalam dan menghelanya sejenak agar becaknya tetap berjalan. Namun ketika di posisi becak yang cukup tinggi dari tanjakan, si Daeng kelelahan dan turun dari becak. Maka mundurlah becak itu dengan kencang ke arah saat nanjak tadi. Si Daeng tidak sempat menahan becak dan braak….braak. Begitulah dentuman suara becak melaju mundur dan terjun bebas kedalam selokan. Si Daeng sempat menahan becaknya dan ketika tidak sanggup ditahan, maka ia menyelamatkan dirinya. Lain si Daeng, lain pula si penumpang. Kedua kawan dari si Alfa tidak sempat loncat dan bangun dari tempat duduk becak, mungkin karena memang sudah sempit dan pas atau sulit keluar dari zona tidak nyamannya dan akhirnya mereka pasrah ikut terjerembab dalam sebuah selokan yang cukup dalam sekitar 1 m dan lebar 0.6 m. Beruntunglah selokan itu tidak ada airnya, namun warga sekitar yang mendengar dan melihat langsung memberikan pertolongan. Perjuangan yang berat bagi kedua kawan si Alfa selain mereka juga tidak bisa keluar dari zona tidak nyamannya. Beberapa memar terlihat pada bagian tubuh dan sedikit wajah dari kedua kawannya itu. Setelah memeriksa bahwa tidak ada masalah persendian akibat adegan “stuntman” itu, mereka bergegas membayar jasa si Daeng dan berjalan menuju ke acara lamaran dimaksud. 
Dengan sedikit rintihan karena ada sedikit memar, mereka berdua berjalan dengan si Alfa sambil mengingat kembali kejadian itu dan akhirnya mereka tertawa bersama-sama. Kenapa kok kita berdua sangat yakin ya dengan si Daeng, kenapa kok kita gak langsung turun dari becak ya. Demikian pikiran mereka saat sebelum kejadian terjadi. Akhirnya mereka sampai dalam acara lamaran yang sudah dimulai dan dipenuhi para undangan dari kerabat terdekat. Dan para undangan pun melihat dengan penasaran. Mereka terlihat seperti dikejar-kejar alien di pagi hari yang cukup terik. Sebelum akhirnya menjadi khusyu, mereka masih tersenyum-senyum mengingat kejadian tadi.

Cerita dapat juga dibaca pada link berikut :

Ujian

Tulisan SaungKemangi menggugah saya untuk melihat kembali kejadian demi kejadian saat masih anak-anak soal “Keberadaan Allah?” Saya, saat itu masih sekolah kelas VI SD ketika beberapa anak senang bermain dengan teman sebaya, saya juga termasuk yang “lebih” senang bermain daripada sholat. Karena saya masih anak-anak dan belum akil baliqh, jadi saya berpikir tidak ada kewajiban untuk melaksanakan perintah Allah. Makanya ketika ada pertanyaan itupun, saya santai dan tidak berpikir jauh. Dan perilaku sehari-haripun meski belajar mengaji, puasa dan sholat tarawih dengan membawa buku catatan agar bisa menyimpulkan khotbah nya mengenai apa dan mendapat paraf dari khotib saat itu, tetap aja masih gak mikir “Dimana Allah itu”. Hingga lulus SD, SMP hingga SMA, saya bahkan banyak mengikut kegiatan rohis dan dengan wejangan-wejangan khas anak rohis, saya tetap aja masih belum mikir soal “Dimana Allah itu?” Karena saat SMA, saya punya motivasi ikut kegiatan ekstra kurikuler agar bisa dekat dengan siswi itu dan ini. Tanpa ikut kegiatan pun, sebenarnya malas juga disamping rumah juga sudah jauh di Bekasi. Selesai ikut kegiatan ekstra kurikuler hingga sore dan lanjut ke  persiapan perang ala “Bharatayudha” di gang batu antara sekolah saya, SMA 4 dan SMA 7, dimana saya tetap ikut terlibat. Kegiatan perang ini dilakukan secara reguler seperti minum obat. Jika tidak dilakukan, semacam ada kecanduan. Makanya gak berpengaruh juga jika saya ikut rohis pun, tetap melakukan hal-hal yang tidak baik. Saat masa SMA ini, motivasinya cuma ada 1, bagaimana lulus SMA dalam keadaan sehat dan selamat dan tidak cedera, nilai tidak menjadi prioritas. Suatu saat, saya terkena lemparan batako dari trotoar, saya lepas dari kejaran anak SMA 7, lolos dari kejaran polisi saat lari mulai dari taman masjid cut mutia hingga ke pertigaan pasar rumput. Pada saat itu saya mulai berpikir soal keberadaan Allah “Oh ternyata Allah itu ada, saya diselamatkan oleh Nya” Pikiran ini datang bertubi-tubi saat saya mengambil nafas dalam – dalam setelah dikejar-kejar oleh pelajar SMA 7 dan polisi. Beberapa teman ada yang tertangkap oleh polisi namun tidak ada yang tertangkap pelajar dari SMA 7.
          Seiring dengan berjalannya waktu, saya ikut acara perpisahan SMA hingga kuliah. Semasa kuliah semester akhir pun, saya sempet mencoba lari dari kampus untuk mencari keberadaan Allah. Muncul pertanyaan “Apakah saya sudah menjalani Islam dengan sempurna dan khaffah?” Pertanyaan ini juga belum terjawab hingga saya melalaikan skripsi saya yang molor lebih dari ketentuan kampus. Dan akhirnya, hanya pertanyaan simpel almarhumah ibu yang meluluhkan hati saya untuk selesaikan skripsi. “Kamu mau selesaikan skripsi ini atau tidak?” Saya terdiam, sambil berpikir bagaimana pencarian soal Allah ini parallel dengan penyelesaian skripsi ini. Akhirnya setelah 2 atau 3 hari berpikir diam, barulah saya menjawab akan selesaikan skripsi ini. Banyak pergulatan soal pencarian keberadaan Allah ini. Skripsi selesai dan setelah 2 tahun, saya diterima bekerja di Kementerian Keuangan (Departemen Keuangan). Pertama kali bekerja, saya langsung di tempatkan di daerah Sulawesi Tenggara. Saat berangkat di pelabuhan Tanjung Priok April 1999, saya baru berpikir kembali kenangan tentang keberadaan Allah. Sholat di kapal motor Bukit Siguntang dengan banyak penumpang dari berbagai latar belakang pendidikan, status sosial, pekerjaan, suku, ras dan agama semakin membuat saya yakin bahwa Allah itu ada. Apalagi saat itu sedang mulai memuncaknya kerusuhan Ambon. Jadi banyak juga pasukan dari angkatan darat yang menaiki kapal motor itu dengan tujuan Ambon. 
       Sejak saat itu hingga saat ini, saya masih meyakini jika ingin lebih dekat dengan Allah atau Tuhan, tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita sudah diberikan ujian yang cukup oleh Allah? Gak perlu dijawab dan cukup kita renungi. Karena bentuknya ujian macam-macam. Ada yang dikasih ilmu tinggi dan diamalkan, dikasih kecukupan harta, dikasih keluarga yang sakinah, dikasih anak-anak yang sholeh dan sholehah, dikasih pasangan yang sholeh dan sholehah, dikasih orang tua yang lengkap sejak lahir, dikasih lengkap anggota tubuhnya, dikasih kemudahan di dunia, dikasih wajah yang ganteng dan cantik dan itu semua ujian atas hal-hal yang positif. Bagaimana jika kita dikasih yang kebalikan dari yang saya sebutkan tadi? Apakah kita akan tetap istiqomah? Apakah kita akan menyalahkan keadaan? Apakah kita akan tetap menjalankan sholat dan menanyakan keberadaan Allah? Apakah kita akan menanyakan soal keadilan? Jika memang sudah merasa banyak dikasih ujian, apakah kita sudah lulus ujian? Silahkan direnungkan oleh setiap diri kita. Jadi saya masih tetap meyakini bahwa jika sudah diberikan ujian yang sama atau paling tidak mendekati ujian Rasullah, maka barulah kita bisa meyakini Allah itu dekat dan pintu menuju surganya Allah semakin terbuka lebar. Jika mau analogi lain seperti naik gunung, jika ingin ke puncak, akan banyak ujian dan godaan untuk mencapai puncak gunung.  Semoga kita termasuk orang-orang yang lulus ujian hingga di akhir hayat.

Cerita dapat juga dibaca pada link berikut :

Herbal – Daun Afrika

Sudah pernah dengar nama Daun Afrika? Gak banyak yang mengenal manfaat dan faedah dari Daun Afrika. Saya mengenal daun ini (kalau boleh disebut terapi herbal) dari ibu mertua saya yang memang senang mencari sumber herbal dari alam. Adanya kebutuhan inipun karena beliau memang sedang sakit dan beberapa terapinya juga menghindari berbagai macam obat-obatan kimia yang dapat merusak ginjal manusia. Selain daun afrika ini ada juga tanaman binahong dan beetroot (pernah di-post-ing di salah satu grup whatsApp). Jika mencari binahong saat ini cukup susah dan tidak banyak yang menanam jenis tanaman ini. Kalau beetroot  atau buah bit, ibu mertua juga pernah konsumsi, dan khasiatnya cukup manjur. Setelah banyak yang mengetahui manfaat beetroot atau buah bit, akhirnya buah bit ini menjadi komoditas yang cukup mahal di pasaran. Ibu mertua tidak berani konsumsi daun Afrika karena rasanya yang cukup pahit. Memang sesuatu yang pahit itu akan memberikan manfaat cukup banyak khususnya daun Afrika ini.
Namun saya mencoba membahas mengenai daun Afrika ini karena berdasarkan pengalaman saya yang telah menggunakannya sudah hampir 3 tahun lebih. Jika ada yang ingin meminta tanaman ini, saya siap menyiapkan anakannya. Karena tanaman daun Afrika ini sangat mudah di media tanam sepanjang cukup air. Bisa dengan metode dipatahkan/stek kemudian tanam. Metode ini sangat mudah, tinggal menunggu akarnya muncul dan kemudian tinggal tanam. Rekan-rekan bisa browse soal tanaman ini. Saya gak akan bahas manfaatnya karena banyak sekali manfaatnya sehingga saya cukup memberikan informasi berdasarkan pengalaman yang baik dari daun Afrika ini.
      Saya cuma mengingatkan bahwa konsumsi daun Afrika ini sangat dilarang bagi wanita hamil (karena bisa keguguran), wanita sedang menstruasi dan seseorang yang sedang sakit perut. Karena khasiat daun Afrika ini bisa meluruhkan semua sisa makanan yang ada di dinding usus kita. Hal ini sangat baik bagi rekan-rekan yang sering mengalami sembelit. Saya menggunakan daun Afrika ini dengan memetik dan mengunyahnya secara langsung setelah dibersihkan dengan baik. Jika dimasak dengan air dan residu air diminum, manfaatnya sangat berbeda. Jadi bagi yang biasa makan masakan khas Sunda, hal ini akan sangat bermanfaat bagi tubuh secara langsung. Rasanya sangat getir dan tidak enak. Jika pernah konsumsi bunga pepaya, daun pepaya, brotowali, ini lebih getir dari itu semua. Jadi siapkah diri anda untuk sehat dengan daun Afrika?



Cerita ini dapat juga dibaca pada link berikut :

Rectoverso

Sebuah kata yang jarang kita dengar
Kalaupun ada yang pernah mendengar, karena memang senang dengan novelnya Dee

Sebuah kata ini ditemukan Dee melalui sebuah kebetulan
Ketika Dee sedang stand in line  di dalam sebuah bank dan ditemukan kata itu

Makna kata ini cukup dalam menurut Dee
Arti kata itu merupakan sebuah gambar yang seolah-olah terpisah,
Padahal gambar itu merupakan satu kesatuan yang utuh

Seperti kisah novel nya Dee
Dee membuat sebanyak 11 lagu dan 11 kisah yang dibuat terpisah
Meskipun dibuat berbeda dan terpisah, dapat dinikmati secara bersamaan

Itulah salah satu buku keluaran Dee
Itu bukan sebuah album tetapi sebuah novel
Dee membuat kisah romantis yang sejalan dengan lagunya

Seperti kehidupan,
Setiap frame kehidupan merupakan bagian yang terpisah dari pelakunya
Namun frame itu akan membentuk kisah yang saling terkait secara utuh bagi pelakunya


Renungan ini dibuat di kala melamun dan senggang


Renungan ini dapat juga dibaca pada link berikut :https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/2017/09/blog-post.html

Pendidikan dan Warna-warninya – Part 2

Saya juga mau berbagi cerita kembali soal pendidikan anak saya pertama, Haya saat mau lulus ke jenjang SMP. Saat ini anaknya sudah sekolah di MAN I Bekasi dan kebetulan anaknya senang ikut kelas CBT-Computer Based Technology. Kekurangan kelas ini memang teman kelasnya itu saja hingga kelas 3. Namun siswa tidak dibebankan homework dan tugas sejenisnya. Kok masih soal pendidikan? Iya saya perlu berbagi karena fakta ini ada di tengah masyarakat wilayah kota di Bekasi. Saya tidak ada referensi untuk kota lain. Selain itu ada cerita menarik soal bagaimana hasil UAN bisa dipermak menjadi lebih bagus agar masuk sekolah favorit di wilayah kota Bekasi.
          Saat si kk menjalani soal kelulusan saat sekolah dasar, kurikulum yang berlaku adalah kurikulum 2013 dimana jenjang pendidikan dasar tidak perlu menjalani semacam ujian akhir nasional (UAN), yang merupakan sudden death bagi beberapa peserta didik. Karena masa depannya hanya ditentukan oleh hasil UAN semata, tidak mempertimbangkan peserta didik sejak kelas 1 hingga 6 sekolah dasar. Selain itu, pendidikan dasar selama 9 tahun itu tidak perlu ada semacam sudden death atau UAN segala, sesuai dengan kurikulum 2013. Pada tahun sebelumnya, tahun 2012, pendidikan dasar masih menggunakan kurikulum 2006 yang mengharuskan ada UAN dan semacamnya. Istilah keren untuk kurikulum 2006 adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan saat itu si kk diuntungkan karena tidak masuk dalam kurikulum 2006, jadi bisa langsung lulus tanpa harus ada UAN.
          Masalah yang terjadi adalah meskipun tidak ada UAN bukan berarti semua sistem jujur dan wajar tanpa hambatan. Faktanya banyak sekolah dasar negeri di wilayah kota Bekasi “bermain” di angka kelulusan peserta didiknya asal ada iming-iming atau imbalan uang, sehingga angka hasil ujian akhir untuk masuk SMP pilihan pun bisa “dikatrol” sepanjang sesuai dengan “kesepakatan”. Alhamdulillah si kk dan kami sebagai orang tua tidak tergoda untuk hal-hal seperti itu. Meskipun si kk Haya tidak masuk SMP Negeri pilihan (SMP Muhammadiyah 28 Kota Bekasi – swasta) hasilnya tetap membawa keberkahan untuk Haya dan masa depannya. Pada awalnya si kk sempet minder karena banyak teman SD nya masuk sekolah negeri.
Makanya, saya ingin bertanya, apakah UU Sisdiknas atau kebijakan pemerintah atas pendidikan menjangkau hal-hal seperti ini? Bagaimana pendidikan itu seharusnya dilaksanakan? Bukankah pendidikan juga mencakup perihal budi pekerti dan kejujuran didalamnya? Sejak dini, anak-anak atau peserta didik diajarkan dari alam sadarnya dibawa ke alam ketidakjujuran. Makanya saya tidak heran kalau bangsa ini tidak berkah karena dalam hal pendidikan saja masih ada unsur ketidakjujuran. Anak-anak peserta didik merasa bangga bisa bersekolah di negeri meski mereka berada di jurang “ketidakjujuran”.
      Pendapat ini merupakan pendapat dan pengalaman pribadi saya. Masih banyak disclaimer di dalamnya. Inilah kiranya pandangan saya tentang pendidikan di Indonesia yang cenderung memberatkan otak bagian kiri atau menyangkut hal-hal hitungan dan matematika. Pendidikan dasar jarang menjangkau hal-hal yang menyangkut kreatifitas (otak kanan). Ini bukan sebuah kesalahan tapi fakta bahwa memang seperti itu pendidikan di Indonesia. Makanya kami selaku orang tua tidak pernah “memaksa” untuk selalu menggunakan otak kiri. Saya cenderung mendukung penggunaan otak kanan yang mendominasi hal-hal yang berbau kreatifitas. Saya berharap rekan-rekan yang memiliki keilmuan yang lebih bisa berpikir ke depan atas fenomena pendidikan di Indonesia seperti ini. Semoga Allah selalu melindungi Indonesia sebagai bangsa yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan dapat digunakan sesuai dengan hati nurani penduduknya.