Tampilkan postingan dengan label Rumah Kaca. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rumah Kaca. Tampilkan semua postingan

Pemimpin

Luasnya samudra tak bisa dinakhodai

Bila tidak dengan seorang yang pandai

Tingginya gunung tak bisa didaki

Bila tidak dengan seorang yang rendah hati

 

Banyaknya pengalaman tak bisa di jalani

Bila tidak dengan jejak yang mumpuni

Banyaknya tugas tak bisa di geluti

Bila tidak dengan nurani yang suci

 

Seberapa banyak orang yang dipimpin

Tak akan berhasil dengan kearifan

Seberapa banyak harta yang dimiliki

Tak akan nikmat tanpa keberkahan  

 

Seberapa banyak kekuasaan yang di dekam

Tak akan berhasil dengan sikap bijak

Seberapa banyak dunia yang kau genggam

Tak akan berhasil dengan hak hakiki

 

Pemimpin itu ibarat angin

Bisa dirasakan tapi tak bisa dikuasai

Pemimpin itu ibarat cinta

Bisa dirasakan tapi tak bisa dimiliki

 

Hingga akhirnya angin yang membawa kebenaran

Hingga akhirnya cinta yang membawa kebahagiaan

 

 

Bekasi, 14 November 2021

Puisi ini bisa dilihat pada tautan berikut :
https://rulyardiansyah.blogspot.com/ 

Celoteh Angan Semu

Celoteh  menurut KBBI (kata benda) artinya obrolan atau percakapan yang tidak keruan (seperti percakapan anak kecil). Sedangkan bentuk tidak baku dari celoteh itu keloceh. Angan juga menurut KBBI (kata benda) artinya pikiran, ingatan, maksud, niat. Jadi celoteh angan dengan terjemahan bebas versi diri sendiri merupakan obrolan atau percakapan yang tidak keruan atas sebuah pikiran, ingatan, maksud atau niat. Dalam konteks ini hanya obrolan yang tidak memerlukan pihak lain, jadi saya asumsikan seperti monolog, tanpa harus lawan diskusi dengan orang kedua. Sedangkan kata semu, sesuatu yang bisa maupun tidak bisa di rengkuh, bisa menjadi angan jika tidak terwujud.

    Kenapa hal ini perlu saya angkat sebagai sebuah pemikiran (tidak serius, tapi bisa juga serius) mungkin juga tidak terlalu penting. Awalnya ketika berangkat bekerja, baik dengan kuda besi atau KRL atau kendaraan lain, saya banyak melihat hal – hal yang tidak seharusnya terjadi, tapi sejauh ini saya belum melihat langsung kecelakaan lalu lintas terhadap orang lain yang tidak berkendara atau berkendara atau pejalan kaki. Mari kita celoteh satu per satu sebagai sebuah renungan jika seandainya kita melakukan itu dan pihak yang menjadi korban adalah keluarga kita.

    Moda KRL. Penggunaan moda ini relatif sudah lebih baik dan teratur sejak dipimpin oleh Ignasius Jonan selaku Direktur Utama PT KAI tahun 2009 s.d. 2014. Banyak perubahan fundamental yang dirubah, SDM, Proses Bisnis, Kelengkapan Kereta serta Teknologi Informasi serta menghilangkan adanya per-calo-an. Para penumpang kereta baik kereta jarak jauh dan KRL sekarang sudah bisa merasakan kenyamanan dalam menggunakan moda transportasi ini. Atas perubahan ini saya mensyukuri dan semoga tetap berlangsung lama atas legasi nya pak Jonan.

    Moda Mobil. Moda ini relatif nyaman dan berbeda dengan kereta jarak jauh dan KRL. Jika seseorang memiliki mobil ini, “biasanya” menjadi indikator bahwa kebutuhan lainnya sudah terpenuhi, meskipun ada juga yang memenuhi mobil dulu dibanding kebutuhan pokok lainnya. Teori nya Abraham Maslow tidak terlalu belaku untuk orang yang masuk dalam kategori ini. Tapi bukan teorinya yang ingin saya jadikan celoteh atau ungkapkan, namun ada beberapa pertanyaan yaitu :  

§ kenapa ada beberapa kendaraan berjalan pelan tetapi di lajur kanan? Padahal lajur itu untuk kendaraan lebih cepat

§ kenapa marka jalan hanya berlaku di jalan tol (kadang berlaku) tetapi tidak di jalan bukan tol?

§  kenapa kebanyakan pemilik kendaraan pribadi parkir di jalan umum?

§ kenapa banyak mobil bagus tetapi berkendara tidak sesuai aturan? Misal dalam hal belok kanan, kiri dan berhenti bahkan melewati kendaraan lain di jalan tol dari bahu jalan

§  kenapa perilaku pengendara kendaraan lebih besar cenderung arogan dalam berkendara?

§ kenapa juga banyak sering sekali menggunakan klakson? Padahal penggunaan klakson itu dibatasi dalam kondisi tertentu.

§ kenapa juga banyak pengendara “merasa penting” hingga menggunakan “lampu strobo” sehingga mengabaikan kendaraan lain? Padahal kendaraan lain juga memiliki kepentingan yang sama. Padahal presiden ketika dikawal tidak menggunakan “sirene dan strobo”, bukankah jika presiden bersikap demikian, jajaran dibawahnya harus sama bukan melampaui?

    Biarlah pertanyaan ini tetap ada dan mungkin memang tidak perlu ada jawaban, karena hanya pengendara yang pernah melakukan hal hal di atas lebih mengetahui kenapa bisa demikian. Mungkin penerapan aturan dan pengenaan sanksi nya masih belum terlalu nyata dan berdampak langsung. Perlu di reviu kembali penerapan dan pengenaan sanksi nya oleh aparat terkait sehingga semua akan berjalan dengan tertib dan tidak ada kecelakaan bagi pihak yang di rugikan.

 Moda motor. Kalau bahas ini juga tidak akan selesai pembahasannya. Saya selaku pengendara kuda besi juga tidak sempurna dalam berkendara, tetapi saya selalu berusaha dengan sebaik - baiknya dan tertib. Jadi beberapa pertanyaan dengan celoteh saya yaitu

§  kenapa banyak pengguna motor terbiasa melawan arah?

§ kenapa banyak pengguna motor sering berjalan di atas trotoar, dengan mengambil hak pejalan kaki dan merasa tidak bersalah? Hal ini juga menjadi keheranan saya apakah Ojol juga memang diperbolehkan menggunakan trotoar? Banyak penentang larangan penggunaan trotoar juga dari para pelaku ojol.

§ kenapa banyak pengendara motor berhenti di atas garis zebra cross? (peruntukan pejalan kaki yang akan menyeberang)  

§ kenapa banyak pengendara juga masih belum tau jika tanda belok kiri langsung tidak ada artinya harus mengikuti rambu lalu lintas yang ada?

§ kenapa banyak pengendara motor tidak menggunakan helm? Padahal kalau pengendara tidak menggunakan helm berarti dia tidak peduli dengan orang lain, karena keselamatan dirinya aja sudah tidak peduli, bagaimana dengan orang lain.

§ kenapa pengendara motor jika di sore hari banyak mengajak berkendara motor bersama keluarganya (namun berkendara tidak menggunakan perlengkapan keselamatan seperti helm dan lainnya)?   

    Sama dengan pertanyaan diatas, biarlah pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang mungkin hanya bisa di jawab oleh para pengendara yang melakukan hal hal diatas.

    Mungkin bisa jadi solusi untuk mengamankan pengguna jalan di trotoar, bisa dipasang paku jalan yang tidak bersahabat untuk roda motor tapi bersahabat dengan kaki pejalan kaki, sehingga pengguna motor tidak berani menggunakan trotoar sebagai jalan pintasnya. Selain itu juga penerapan aturan juga harus tegas dan tidak pilih pilih, sehingga berlaku setara.

Semoga kita semua selalu berkendara sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Tulisan ini bisa juga di lihat pad tautan berikut : 
https://rulyardiansyah.blogspot.com/ 

Terpesona

 Senyum yang ramah

Dan kaki yang melangkah

Tak menyilaukan arah

Namun pasti menjadi mudah

 

My friend Fulanah

Pertahankan ghirah

Kami tidak menyerah

Dan tidak juga pasrah

 

Kebaikan selalu teringat

Menjadi sebuah perekat

Hubungan pun menjadi dekat

sesuai dengan hakikat

 

Doa kami selalu lekat

Tanpa harus memikat

Tanpa tangan berjabat

Meskipun jauh namun dekat

 

Bekasi, 15 September 2021


This poet can be seen in the link :

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/05/terpesona.html   

Laksana Hamba

Berikan aku sebuah air

Akan kuminum hingga habis

Berikan aku sebuah syair

Akan kuhidupkan sebuah tahbis

 

Jauh sumur mendekati uzur

Akan kukejar meskipun sakit

Berikan aku sebuah busur

Akan kulepas dengan sebuah bait

 

Jadikan aku seorang kaisar

Akan kurangkul sebuah dunia

Berikan aku sebuah bunga mekar

Akan kuberikan kepada putri istana

 

Jadikan aku orang shaleh

Akan kukejar hingga akhirat

Berikan aku petunjuk yang shaheh

Akan kuberikan ilmu yang manfaat


Bekasi, 11 September 2021 


This poet can be seen at link below 

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/05/laksana-hamba.html 


Buaian Sayang Bak Piring Melayang


Tetesan hujan  yang jatuh di atas jerami

Tak membuat rasa ini menjadi doremi

Terbayang eropa yang musim semi

Mengingatkan dia bermain kartu remi

 

Kembali hujan berkawan malam sepi

Tak mampu menjaga rindu jati diri  

Terbuai nyanyian sendu kekasih hati

Mengobati asa yang mulai mati

 

Masih hujan seperti malam sebelumnya

Tak mendua angan tanpa nyata  

Pun ingatan masih terkoyak hampa

Mengurai jeritan sebuah jiwa

 

Andaipun hujan tak seperti biasanya

Berilah awak kesempatan bersuara

Agar jiwa yang duka dan terluka

Mampu meminang adinda

 

Bekasi, 11 September 2021


This poem can be seen at the link below 

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/04/buaian-sayang-bak-piring-melayang.html

Senja


Kala langit merah di ufuk barat

Begitu juga merah pipimu yang teringat

Terbayang senja di pantai Sulawesi barat

Tak kan ku lupa pesan yang yang tersirat

 

Ketika malam mulai mendekat

Tak banyak yang akan kulihat

Meskipun aku berusaha dekat

Tanpa diri dan bayangan yang melekat

 

Kuingat senyuman mu yang memikat

Dibalik sebuah gondola yang terikat

Tak banyak yang kurasa dan kuingat

Namun cinta ku selalu melekat

 

Ketika malam sudah mulai pekat

Tak terasa diri ini semakin teringat

Wajah ayu yang selalu lekat

Jika diri ini masih mampu mendekat

 

Bekasi, 2 September 2021


This poem can be seen in the link below 

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/04/senja.html 

Kepada …

Kepada langit matahari ceria 

Bersinar terang tanpa cela 

Begitu pun kehidupan dunia 

Berjalan sesuai takdirnya


Kepada malam bulan tersenyum

Tawanya ikhlas penuh harum 

Begitu pun perjalanan seorang kaum

Bergerak pasti mengikuti pendulum 


Kepada pohon daun berguguran

Menutupi bumi bertebaran  

Begitu pun jua soal pekerjaan 

Ada awalan ada akhiran 


Kepada Ani Rahmi kami belajar 

Menjalani kehidupan dengan wajar 

Begitu pun saat cita cita dikejar 

Berhentilah meski menanti dengan sabar


Kepada doa kami bersimpuh 

Tanpa pernah sekali luluh 

Walau bidadari pergi dengan teguh 

Panjatkan doa meski peluh 


Bekasi, 28 Juli 2021

(Puisi ini saya dedikasi kepada salah seorang pensiunan dari PNBP SDA dan KND) 

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2021/08/kepada.html 

Posting not Ghosting

2 tahun kurang tepatnya

Saya tidak posting

Bukan niatnya

Hendak menjadi ghosting

 

Asa selalu ada

Meski kadang Lelah

Sisa yang ada

Akan ditelaah

 

Meski bukan lebah

Yang bisa memberi manfaat

Namun diri hindari ghibah

Agar penuh syafaat

 

Semangat tetap ada

Meski selalu ada kendala

Jiwa yang yang terjaga

Siap mengawal jelaga

 

Bekasi, 28 Agustus 2021 


Puisi ini dapat dilihat di laman berikut : 

 https://rulyardiansyah.blogspot.com/2021/08/blog-post.html 

Karet Gelang Sang Adik

“Kara, ayo sini, jangan sampai tertinggal” ajak Kari untuk mengingatkan adiknya untuk segera bergegas dan beranjak dari tempat istirahatnya.
Tak disangka, mereka termasuk anak-anak yang semangat dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
“Kak, memang mau kemana kita hari ini?” tanya balik Kari ke kakaknya dengan semangat tak pernah lelah.
“Sudah jangan banyak tanya dulu, ikut aja dengan kakak ya, Kara yang penting aman dengan kakak dan hari ini kakak sudah memperoleh info dari koran bekas yang kakak ambil dari tempat sampah.

Tak berapa lama mereka sampai di sebuah restoran di sekitar daerah pantai indah kapuk, yang banyak menjual menu sea food dan berbagai menu yang sedang hits juga. Sekitar pantai indah kapuk ini banyak  tempat yang instagrammable dan banyak muda mudi yang berkunjung di sekitarnya. Segala jenis menu masakan yang di jajakan di restoran ini beragam dari sea food, sate dan gulai, junk food dan tradisional.

Beberapa jam setelah mereka menunggu hampir menjelang tengah malam, mereka akhirnya mendapatkan apa yang diharapkan.
“Kak asyik ya kalau kita bisa seperti mereka,” Kara berceloteh dengan berandai-andai menjadi orang kaya.
“Kenapa Kara beranggapan begitu ?” Kari bertanya dengan penasaran.
“Iya kak, mereka gak pusing untuk bepergian dan makan. Jika lapar mereka bisa langsung datang ke restoran yang mereka sukai. Jika makanan yang dipesan tidak habis, mereka bisa langsung membawa pulang makanannya tanpa khawatir menjadi bau”
“Hush Kara, belum tentu mereka juga tenang dengan kondisinya. Kita kan gak tau, bagaimana kondisi mereka saat ini. Makanya Kara, kita tetap harus bersyukur dengan kondisi apapun itu, seperti kondisi kita sekarang. Semoga suatu saat kondisi akan menjadi lebih baik.” Kara berharap dan berdoa dengan air mata menetes di pipi.

***

Kari dan Kara merupakan kakak beradik yang hidup berdua tanpa orang tua dan saudara yang menemani mereka. Orang tua mereka meninggal ketika terjadi erupsi gunung Merapi saat mereka sedang liburan bersama dengan temannya. Kari dan Kara akhirnya diajak tetangga dan kerabat orang tuanya ke Jakarta untuk merantau. Di Jakarta pun mereka masih menumpang di sebuah tempat tinggal yang sempit namun cukup layak, yang diberikan oleh kerabat tetangganya di sekitar gunung Merapi. Maka mulailah petualangan mereka berdua di Jakarta dan sekitarnya.

***

Keesokan hari, Kara memulai hari dengan karet gelang yang diberikan seorang ibu muda yang berempati kepada mereka berdua. Karet gelang ini memiliki arti yang spesial karena Kara mengingat kenangan bersama ibunya saat pergi berbelanja ke pasar.
Kari sangat menyayangi adiknya, karena hanya mereka berdua yang bisa saling jaga dan mengingatkan apabila salah satunya tidak lagi bersemangat. Kari sering membantu adiknya mengerjakan sesuatu yang sederhana seperti menggantikan pakaian adiknya, memandikan, menyisir rambutnya, dan menidurkannya. Kadang Kari merasa sedih jika teringat orang tuanya. Rasanya ingin marah dan berteriak, tetapi tidak bisa karena adiknya perlu bantuannya.
***

Hari berikutnya, Kara berjalan dengan riang dan lupa bahwa di sekitar lingkungan tempat tinggalnya masih banyak limbah besi dari pabrik di sebelahnya. Kari sudah sering mengingatkan Kara untuk selalu berhati-hati tetapi takdir berkata lain. Adiknya Kara, terkena besi yang sudah berkarat dan melukai kaki mungilnya. Lukanya tidak seberapa besar tetapi infeksi yang dideritanya cukup membuat adiknya merana dan kehilangan banyak darah

Bersambung ... 


Kisah ini dapat dilihat pada laman : 

Kisah Cinta Anak Manusia


Tanpa monyet dan tanpa pisang
Kisah ini selalu menggoda hingga terngiang
Kasmaran dua sejoli rindu terbalut
Tidak ada genggaman dan dekapan dalam kalut

Tapi itulah sejoli yang dirundung cinta
Tanpa harus ada sebab kenapa saling suka
Bel sekolah menjadi tanda pengingat berdua
Tanpa ada Romeo dan Juliet sejoli tetap ada

Tak mudah bermuram durja dan serampah
Tanpa rasa dan gundah yang melimpah
Siapapun tak berani mengundang dengan gegabah
Pantang mundur sebelum merekah

Hati senang dibalut rindu tanpa cela
Berkorban jiwa dan raga tanpa bela
Pasangan sejoli yang memiliki dunia
Berikrar demi sebuah cinta yang fana

Kubikel Jakarta, 31 Desember 2019


Puisi ini dapat dilihat pada laman : 


Senja di akhir tahun

Hiruk pikuk sudut kota melupakan jejakmu
Tak terasa rindu sudah membelenggu
Sikap santai saja tak mampu menghapus pilu
Karena rindu ingin bertemu dengan mu

Ada harapan baru di bekasi
Meski saya bukan orang yang selalu memberi
Hinakah diri ini untuk dapat memelukmu kini
Ada hasrat yang dalam untuk berlari dalam diri

Senja di kota Jakarta ini membuncah rasa
Ingin selalu berdua dengan nya
Tapi suasana yang membentengi asa
Tanpa sadar bahwa diri ini sudah tua

Sekalipun senja tetap indah di akhir tahun
Banyak impian dan senang yang akan berayun
Siapa sangka adik yang kutunggu masih tabayun
Tanpa harus menghilangkan rasa dan diri yang semakin manyun

Senja masih tetap indah di kota tua
Berasa diri dalam kubikel yang tak ternoda
Sayangnya dikau tetap disana
Tanpa harus bersua dan bertatap muka

Doa saya untuk adinda yang aduhai
Meski diri ini tak lagi bohai
Namun semangat untuk bertemu dan berkata “hai”
Pembatas fana tetap menjadi mahligai

  
Kubikel Jakarta, 31 Desember 2019


Puisi ini dapat dilihat di laman : 


Renungan Senja di Bekasi

Tidak biasa jalanan sepi dari hiruk pikuk dan lalu lalang kuda besi dan mesin kaleng menuju Bekasi. Dalam lamunan, ku bergumam, apakah ini sudah waktunya ? Entah atau kah ini pertanda ? Tak ada yang bisa kujawab dengan sempurna lamunan itu sembari kutunggangi kuda besi ini menuju kota kedua dari hdupku, Bekasi.

Banyak yg terlintas dalam kepalaku saat itu, pikiran pekerjaan, non pekerjaan, non keduanya, dunia fana, dunia antah berantah, entah saya berpikir apa saat itu sehingga lupa isinya pikiran saya apa saat itu. Sekelebat teringat wajah teduh almarhum ibuku. Apakah ini pertanda akau akan segera menyusul beliau jika tidak fokus di atas kuda besi ini? Entah.

Lamunan ku semakin jauh kedalam sambil ku pelototkan mata ini agar tidak menabrak seseorang atau sesuatu. Kupacu si kuda besi dengan kecepatan bawah batas normal, jika seandainya saya terantuk dalam lamunan dampaknya tidak terlalu parah. Bayangan saya paling masuk ke selokan, dengan beberapa bagian mungkin memar dan biru.  
  
Kuingat beberapa kejadian ke belakang, apa yang telah saya lakukan terhadap orang-orang terdekat ? Apakah saya terlalu keras ? Apakah saya terlalu mengurusi urusan mereka ? Ataukah saya masih pantas menjadi pimpinan dan imam mereka ? Atau kah ada petunjuk lain ? Entah dan tak ada yang lebih mengetahui dari Sang Khalik.

Banyak pikiran yang melintas dalam pikiran ku. Banyak pertanyaan yang akan aku tumpahkan tetapi tak sanggup diriku untuk meluapkan. Teringat wajah lucu anak pertama ku saat lahir di akhir bulan September 2002 di Kendari. Betapa senangnya kami ketika pindah rumah dari Jakarta ke Bekasi 1987 ketika aku masih bercelana biru dan berbaju putih. Sebuah kota yang tidak pernah kami pikirkan menjadi second home town setelah Jakarta. Kota yang dulunya merupakan tempat “jin buang anak” Bayangkan seorang jin aja membuang anaknya di Bekasi apalagi kita yang manusia dan akhirnya kita menjemput impian di kota itu.

Tiba-tiba pikiran saya meloncat sekelebat pindah ke tempat lain. Saat perkelahian pelajar semasa SMA kami menjadi sebuah “mata pelajaran” khusus setelah pulang sekolah. Teringat suasana kumpul setelah bel sekolah memanggil untuk pulang dan sekumpulan anak manusia berkumpul memulai gendering perang. Terkadang jika diingat kembali, saya merasa sedikit silly dan unfaedah (kamus anak alay) saat itu. Perang sesama tetangga sekolah, yang kami pun tak tahu sebab musabab nya tetapi kami menikmati moment itu.

Setelah sekian lama pikiran saya loncat dari waktu ke waktu, akhirnya saya pun tiba kembali di persinggahan sementara bersama istri dan anak-anak kami. Setelah melewati itu semua, saya sangat bersyukur bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidup sebagai perantara menuju persinggahan akhir di akhirat nanti.


kisah ini dapat dilihat di laman 

Tije ...

Naik Tije Jakarta Bekasi baru tiga kali
Setelah tau jadi tidak apriori
Ternyata naik tije itu cukup penuh arti
Meski diri harus sabar mengantri

Suasana bis nyaman dan sepi
Meski di halte masih perlu antri
Rasanya ingin selalu berganti
Antara KRL dan bis tije masa kini

Selain murah dan nyaman
Tije juga cukup ramah bagi penyandang disabilitas
Meski jam sibuk tidak berdesakan
Pengguna tetap saling jaga moralitas

Jalurnya lancar tanpa hambatan
Penumpang bisa tidur dengan pulas
Meski masih macet sekitar BNN
Namun tenaga tidak akan terkuras deras

Tije Tosari-SMB, 2 Oktober 2018

Puisi ini dapat juga dilihat pada laman berikut : 
https://rulyardiansyah.blogspot.com/2019/01/tije.html

Lah …

Tak apalah …
Tak hadir dalam bincang dengan kang Abik
Tak bisa bersua langsung dengannya
Tak bisa menjiwai pengalamannya

Biarlah …
Acara berjalan seperti seharusnya
Semua sesuai dengan suratannya
Pun saya bisa membaca hasil karyanya meski tanpa tandatangannya

Kalaulah …
Jiwa-jiwa yang haus literasi itupun tetap semangat
Waktu akan mendewasakan semua
BnD akan tetap hidup meski tiada yang peduli

Akhirnya …
Saya pun tetap jauh dari kehadiran kang Abik
Terngingang puisi-puisi cintanya beliau
Tertegun untuk menjadi bagian dari kisah beliau 


Puisi ini dapat dilihat pada laman : 
https://rulyardiansyah.blogspot.com/2018/09/lah.html