Dosen Baru

Ini kisah temanku, yang kebetulan bareng juga mulai kuliahnya...
"sayangnya" (:p) dia tidak milih kuliah di UT, jadi kuliah harus dengan hadir
langsung di kampus... datang, duduk, absen, dan dengerin dosen
(kalau yang ini optional... bisa diganti dengan ngantuk... hehe). Perawakannya tinggi besar dan berwibawa... pokoknya bikin orang segan kalau bertemu dia...

Kebetulan dia bekerja sebagai pemeriksa yang tentu saja sering tugas luar kota, dan itu pasti akan mengganggu kegiatan perkuliahannya. Bahkan ketika semester pertama sudah dimulaipun dia sedang "asyik" tugas luar kota (sppd nya boo... hehe), walhasil beberapa hari dia terpaksa tidak bisa kuliah alias absen.

Di awal-awal perkuliahan, biasanya dimanfaatkan para dosen untuk perkenalan baik dari dosen maupun mahasiswa/i nya meskipun tetap saja belum bisa mengenal dengan baik satu sama lain. Perlu waktu untuk betul-betul hafal nama-namanya. Masa perkenalan itu sayangnya terlewatkan oleh temanku karena ketidakhadirannya.

Sampai suatu hari ketika dia berkesempatan untuk bisa hadir kuliah, diapun penuh keyakinan, semangat dan percaya diri datang ke kampus. Kebetulan jam kuliahnya sore setelah pulang kantor, jadi pakaian yang dikenakanpun masih pakaian necis ala kantor plus tas kantor yang formal... klop deh... hehe

Sementara di kampus sendiri sudah mulai banyak mahasiswa/i yang
berdatangan. Sambil nunggu dosen datang, biasanya mereka bergerombol di depan kelas.. hanya sebagian kecil yang di dalam.... Rupanya pada hari itu dosennya telat hadir, sampai membuat para mahasiswa/i cemas meski ada juga yang justru berharap tidak masuk (kalau yang ini aku banget nih... hehe).

Hari itu, hari pertama temanku masuk kuliah. Ketika dia sampai di kampus dia langsung jalan menuju kelas di mana sudah banyak mahasiswa/i yang bergerombol. Kontan saja dia jadi perhatian para mahasiswa/i yang sejak tadi nunggu dosen. Karena memang belum ada yang kenal, temanku hanya memberi senyuman sambil terus berjalan menuju ruang kelasnya. Entah siapa yang mengawali, para mahasiswa/i yang bergerombol tadi membubarkan diri dan segera masuk ke kelas. Mereka segera mengambil tempat duduk masing-masing. Kelas tiba-tiba menjadi hening...

Temanku juga tidak langsung duduk, berdiri sambil lihat bangku mana yang kosong... pandangan tertuju pada bangku di belakang dan langsung duduk di situ...

Kontan kelas jadi : gerrrrrrr....... ternyata mahasiswa juga... hehehe...

**
:: makanya jangan keseringan gak kuliah... :D


Ibu Dokter Super: Komunikasi di Keluarga pada Era Digital

21 Maret 2015.

Siang ini saya ikut acaranya darmawanita di kantor. Ada penceramah yg mau kasih materi. Beliau adalah dr Aishah Dahlan yang bukan anaknya Pak Dahlan Iskan. Bu dokter ini konon sibuk banget lho,,wow...
 jadi penasaran kan apa yang beliau sampaikan??

Jengjeeengg…

Tema materi hari ini adalah komunikasi di keluarga pada era digital. Duh males ya hehe… Tapi ternyata…kaya nonton box office, kaya liat standup comedy… Kaya denger penceramah favorit!! Maksudnya ga ngebosenin gitu sis..

Beliau memaparkan materi dasarnya yaitu perbedaan-perbedaan wanita dan pria. Karena.. Dari penelitian pun dua makhluk ini emang beda.


Pada dasarnya, otak pria dan wanita itu berbeda. Perbedaan ini yg seringkali menimbulkan miskon yg berakhir ribut2 pada pasangan. Berikut paparannya:



1. Bukan ngga cinta, hanya tidak banyak kata
Pernah ga sih, jengkel karena suami atau adek lelaki udah di sms atau telp panjang lebar, cuma jawab “ya” atau “ok”? Ihhh syebel kannn…masih cinta ngga sih sama akuu…
Ternyata ini terkait dengan rata2 kata-kata yg dikeluarkan pria yang cuma sejumlah 7000, dibandingkan dengan wanita yg 20.000 kata per hari.
Ini bukan soal bawel ya.. Tp krn otak yg mengatur kata ini tersebar di area kanan dan kiri di wanita, dan hanya di satu sisi otak kalo di pria.
Pantes lah kalo lebih bersuara ya, para wanita..
Kalo 20.000 kata ini ga keluar maka ia bisa under pressure, bobo ga tenang, atau malah bawaannya jd gelisah, akhirnya malah kerja apa aja, ngelap2 segala macem.. *lohkok rajin?

2. Bukan budeg, sayang. Cuma lagi fokus!
Katanya, otak tengah lelaki itu lbh tipis dari wanita, jeung. Akibatnya, lelaki mudah fokus tetapi…kalau udh fokus maka pendengarannya akan menurun.

“Ayah.. ” (ga denger)
“Ayah…. ” (masih ga denger, sibuk di dpn laptop)
“Ayaaaaahhhhh…!!!” (Alhamdulillah nengok, hihi)

Nah, sementara itu, krn otak tengah wanita lebih tebel, maka hawa bisa melakukan multi task, dan bisa konek ke berbagai situasi disekitarnya.
Jadi kalau suami nerima telpon dikamar, konon istri dari dapur pun bisa tahu!
Jadi para wanita.. kalo lagi nyari pintu keluar tol, lelaki bisa terganggu fokusnya kalau kita ajak ngomong. Bisa bisa salah keluar pintu, deh.

Inilah fitrah wanita. Dijadikan ia sebagai penjaga sarang (rumah), jadi bs pandai mengawasi sekitar. Sementara lelaki diciptakan allah fokus, untuk dapat pandai berburu (mencari nafkah).

3. Suamiku pintar, suamiku sayang
Ketika usia awal-awal, bayi perempuan suka lebih bawel dan pinter ngomong, terkait poin nomor satu tadi. Nah, dimasa2 balita sampe usia 18 tahun, otak wanita sebelah kiri yg mengatur logika, matematik, dsejenisnya itu lbh cepat berkembang dari lelaki. Inilah mengapa jarang juara kelas pas sekolah itu cowo. Kecuali ia emg pinter sedari dulu ya.. (Atau gimana? :D)

Tapi…ketika dewasa, otak kiri lelaki lebih berkembang. Akibatnya, ketua senat.. Lelaki.. Presiden..kebanyakan lelaki.. Ya, mungkin inilah kenapa lelaki dijadikan allah sbg pemimpin.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)….” (Annisaa: 34)

4. Sayang, aku cuma ingin curhaaat…
Kadang kita sebel ngga sih, kalo curhat sama lelaki, pasti dikasih solusi. Hiks!
Lah dikasih solusi kok sedih? Iyaa aku kan mau curhat aja, ngga mau solusiii… Hahaha itulah anehnya (sebagian) wanita. Sukanya bercerita dan dimengerti, tidak perlu solusi krn pada akhirnya ia akan mencari solusinya sendiri X)
Tapi yg lebih enak sebenernya, suami misalnya, nanya dulu sebelum komenin curhatan wanita. “Mau aku kasih solusi apa didengerin aja syang? Cupcupcuup.. ” sambil elus2, hehe… Bahagianya...

“sayang .. Aku capek deh tiap hari nganter anak-anak sekolah”
“Yaudah cari supir aja sayang”
“Supir kan mahaaal …lagian cari dimana supir yang bener ayaah”
“Hm, yaudah naik ojek aja ya”
“Ojek skrg bahaya2 ayaaah, nanti anak kita diculik gimana??”
“jadi kamu maunya gimana????”

5. Kok ngeres sih, ???
Waduh.. Gimana ya… Otak lelaki emang banyak pikiran ke anu sih. Kalo otak wanita besar porsinya soal tanggung jawab. Anu? Iya, anu…, jeung!


6. Ekspresiku oh ekspresiku..
Siapa yg pernah ngerasain udah ngomong panjang lebar dengan ekspresi yg totalitas, ealah... ditanggepin pake muka datar. Biasa aja. Ikut gembira ga sih? Dengerin ga sih?

Ternyata.. Memang begitu biasanya ya. Ekspresi wajahnya ngga kaya wanita, yg dalam sekejab bs 10 ekspresi. Lelaki umumnya bisa berubah ekspresi dalam 10 menit.
Jadi..ngga mau lagi ya, cerita heboh pas suami baru pulang kerja? Nanti dia datar aja, kita yg kesel sendiri..
Kasian juga si lelaki, biar ekspresinya berubah dulu mungkin?.
“Aku masih lelah”, mungkin itu maksudnya..
Nah, ini yg suka disebut cool mungkin ya sama para perempuan..

7. Tatap mataku…
Konon, lelaki gabisa natap wajah atau mata orang lama2. Dia lebih suka melihat benda bergerak. Jadi kalau mau diperhatiin wajah cantik oleh suami, justru gausah liatin dia. Hihi..
Valid ga ni bu dokter??

8. Huhuhu, kamu mah, aku doang yg bangun ngurus bayi kita
Anak bayi suka begadang tuh ya, siang bobo malemnya bangun bangun terus..

Kalo alarm mobilnya bunyi, waduh cepet amat bangunnya??!!/$-#(&+#. tapi kalo anaknya nangis kok ngga bangun-bangun?

(Ketertarikan pria terhadap benda emang besar. Makanya anak lelaki suka main pees, ngutik komputer, motor, mobil…).

Udah si ibu lelah seharian, eh pas malem suaminya enak banget ngorok engga bantuin. Hm.. Ternyata oh ternyata, sensor buat denger tangisan anak di malam hari kecil sekali di lelaki. Huft lagi ah…
Makanya jangan ngiri ya pak, surga dibawah telapak kaki ibu. Udah hamilnya berat, ngelahirinnya perjuangan hidup-mati, eh ngerawatnya juga subhanallah.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
——————————



nah, gimana..makin kece ga skrg ilmunya?
coba diulang?! Hehe...

Filosofi Air Mancur


Filosofi Air Mancur


Begitu indah air mancur di hadapanku
Ia muncul dari dasarnya
Meliuk indah ketika menuju batas ketinggiannya
Mencipratkan kesejukan bagi sekitarnya
Pada puncaknya, ia akan kembali ke bawah
Tapi tetap saja, memancarkan keindahannya
Tiap butirnya ringkih tetapi seirama
Bersuara, tetapi tidak berisik
Bergaya, tetapi tidak keluar jalurnya
Nyaman hati di buatnya
Oh....air mancur.....

Belah Duren

Kalau ada yang tanya buah favorit, saya gampang jawabnya. Durian alias duren adalah buah favorit saya. Tapi, kalau ada yang tanya buah favorit saya di surga nanti, saya bingung harus jawab apa. Pertama, saya bukan orang yang dijamin akan masuk surga. Ke dua, guru mengaji saya waktu kecil enggak pernah cerita ada durian di surga.

Guru mengaji saya memang pernah bilang di surga nanti segala keinginan kita bisa dikabulkan. Ia juga bilang di sana bisa makan sepuasnya. Di surga, katanya, ada beragam buah-buahan. Di antaranya kurma dan anggur, seperti yang disebutkan dalam Surat Al Mu’minun ayat 23. Sedihnya, ia malah enggak pernah cerita di surga ada buah durian. Mungkin karena tidak ada ayat atau hadis yang bilang begitu. Tolong betulkan jika saya salah. 

Berbicara soal durian dan surga, saya jadi ingat orang-orang bule. Mereka pernah bilang durian itu “smells like hell, but tastes like heaven”. Bagi pecinta durian kayak saya, rasa, aroma, dan tekstur durian memang ibarat surga dan tiada bandingannya. Namun, bagi orang yang tidak suka, jangankan mencicipinya, sekadar mencium baunya saja sudah membikin mual dan sewot.

Marshall Green adalah salah satu bule yang pernah bilang bau durian seperti neraka. Ia adalah Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di masa pemerintahan Sukarno. Green punya kenangan terakhir bersama presiden pertama Indonesia itu yang tak akan pernah terlupakan. Waktu itu, Sukarno mengundangnya bersama Albaran, Duta Besar Meksiko untuk Indonesia, ke acara peletakan batu pertama pembangunan kampus Universitas Indonesia.

Di acara itu, Sukarno menyilakan keduanya duduk bersama di atas panggung. Di hadapan ribuan orang, Sukarno mendesak Green untuk mencicipi durian. Green yakin ia dijebak. Sebab, Sukarno tahu Green sangat membenci durian. Bau buah itu, katanya, seperti keju busuk. “Saya terpaksa menelan makanan yang menjijikkan itu demi kehormatan negara saya. Rekan saya dari Meksiko terhindari dari cobaan berat ini.” kenang Green dalam memoarnya Dari Sukarno ke Soeharto.

Durian juga tidak lepas dari kontroversi. Durian sering disebut memiliki kandungan alkohol dan kadar kolesterol tinggi. Padahal, itu cuma mitos. Di postingan Galendo Ciamis dan Konspirasi Mamarika, saya pernah bilang kolesterol hanya ditemukan pada penganan hewani. Minyak goreng, santan, dan durian─yang sering dituduh sebagai sumber utama kolesterol─sama sekali tidak mengandung kolesterol. 

Nutrisi yang terkandung dalam lemak tumbuhan atau lemak nabati bukan kolesterol, melainkan fitosterol. Memang struktur kimianya mirip dengan kolesterol, tapi beda dengan kolesterol. Cara kerja fitosterol malah berlawanan dengan kolesterol. Fitosterol menghambat penyerapan kolesterol di saluran pencernaan.

Dua tahun lalu, Kementerian Pertanian Amerika Serikat mengeluarkan kolesterol dari daftar nutrisi buruk. Menurutnya, tidak ada korelasi serius antara konsumsi makanan berkolesterol tinggi dan serangan jantung. Asupan maksimal kolesterol 300 miligram per hari pun tidak direkomendasikan lagi. Artinya, Amerika Serikat membantah sendiri propaganda kolesterol sebagai kampanye yang pernah mereka jalankan untuk menghancurkan industri kelapa nusantara.

Dari dalam negeri, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, menyatakan tidak ada tanaman di dunia yang mengandung alkohol. Karena itu, meski ada istilah mabok duren, sejatinya buah durian tidak mengandung alkohol. Alkohol bisa ada dalam buah karena fermentasi gula atau karbohidrat yang dikandungnya. Misalnya, bila kita menyimpan durian lama di tempat tertutup. Semakin lama, bau alkohol yang tercium akan semakin menyengat. Ini juga berlaku pada tapai, baik singkong maupun ketan.

Durian malah termasuk buah kaya nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Durian bermanfaat untuk mencegah depresi, anemia, susah buang air besar, mengurangi risiko stroke, dan menyembuhkan luka. Laksamana Zheng He alias Cheng Ho bahkan percaya air yang diminum dari kulit durian mampu mengobati panas dalam. Selain obat panas dalam, air yang diminum dari kulit durian juga mampu menghilangkan bau durian dalam mulut.

Meski begitu, fakta-fakta baik soal durian tadi belum membikin saya tenang. Sebagai pecinta durian, saya masih harus berpikir lagi soal buah yang akan menjadi favorit saya di akhirat nanti. Namun, apapun pilihannya, kita tidak akan bisa memilih jika tidak punya bekal yang cukup. Karena itu, mulai detik ini kita harus lebih giat mengumpulkan bekal itu. Semoga kelak di surga kita masih bisa membelah durian.

Tulisan ini pernah dimuat di laman Fiscus Wannabe.

EFISIENSI HARGA MATI..!!!

“Bagaimana setiap rupiah yang dibelanjakan itu harus sedapat mungkin harus memiliki output/hasil dan dampak yang memberikan manfaat yang optimal serta berikan nilai tambah. Itu yang betul-betul kita inginkan,” (Prof. DR. Mardiasmo, Ak, MBA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara umum merupakan alat yang digunakan Pemerintah untuk mengatur penerimaan dan belanja negara dalam melaksanakan pemerintahan dan menjalankan pembangunan. Karena perannya yang sangat penting, Pemerintah sangat concern dengan APBN. Kinerja pemerintah sangat ditentukan oleh efektivitas Pemerintah menggunakan ‘alat’ tersebut, terutama mengatur belanja negara.
Mengatur belanja negara bukanlah hal yang mudah. Apabila dalam satu tahun Pemerintah “kurang’ belanja, kinerja Pemerintah akan disorot karena dapat diartikan ada output yang tidak tercapai. Pun ketika semua alokasi dibelanjakan, akan ada pertanyaan mengenai efektivitas belanja tersebut. Layaknya rumah tangga, mengatur belanja sangat ditentukan oleh penghasilan yang didapat. Semakin besar penghasilan akan semakin “memudahkan” belanja. Belanja pokok sudah pasti dapat dipenuhi dan masih bisa ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran ekstra yang sifatnya tambahan. Karena sangat tergantung kepada penghasilan, meningkatkan penghasilan menjadi tujuan utama rumah tangga. Ketika penghasilan tidak dapat ditingkatkan, pilihannya hanya 2 (dua): mengurangi belanja atau berutang untuk menutup selisih antara penghasilan dan belanja.
Ilustrasi di atas juga terjadi pada APBN. Target penerimaan pajak yang tidak tercapai membuat Pemerintah harus mengurangi belanja atau melakukan pembiayaan (utang) bahkan bisa juga mengurangi belanja namun tetap berutang. Pilihan yang manapun akan memiliki dampak nasional; saat ini maupun masa mendatang.
Permasalahan besar dalam APBN adalah ketidakseimbangan antara Penerimaan dengan Belanja. Belanja negara mencerminkan prioritas-prioritas Pemerintah. Prioritas-prioritas tersebut terikat secara hukum, dalam artian semua belanja memiliki dasar hukum dan semuanya menjadi “on budget-on treasury”.
Program Tax Amnesty yang akan berakhir Maret 2017 dari sisi pelaksanaan diakui merupakan yang terbaik dibandingkan dengan program serupa di negara-negara lain. Namun dari sisi hasil yang diperoleh tampaknya masih perlu dievaluasi, terutama ketaatan wajib pajak non PNS/Anggota TNI-Polri yang hanya berhasil mencapai jumlah kurang lebih 700 ribu orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maupun jumlah wajib pajak yang terdaftar.
Upaya meningkatkan penerimaan negara memang bukan hal yang mudah. Kecenderungan tidak tercapainya target penerimaan selalu ada dalam setiap tahun anggaran. Langkah ‘mudah’ untuk menyiasati hal ini adalah dengan mengurangi belanja. Mudah? Tentu tidak. APBN sudah terikat 20% untuk dana pendidikan; Dana Alokasi Umum (DAU) minimal 26% dari penerimaan netto; 5% untuk anggaran kesehatan dan Dana Alokasi Khusus (Aceh dan Papua) masing-masing 2% dari DAU  nasional. Apakah hanya itu mandatory spending dalam APBN? Dari sudut pandang kewajiban penyediaan alokasinya: IYA, tetapi dari sudut pandang “mengikat”; semua alokasi belanja adalah “mandatory spending”. Yang terakhir ini penulis pahami sebagai semua pengeluaran yang dimandatkan oleh suatu peraturan.
Dalam kondisi seperti ini salah satu cara adalah dengan mengefisiensikan belanja, untuk menghaluskan kata “pemotongan”. Semua alokasi belanja diinventarisir untuk kemudian dilakukan “efisiensi”. Efektif? Berdasarkan pengalaman yang ada, efisiensi dapat menghasilkan penghematan yang “lumayan”. Lumayan? Iya, karena terus terang “ruang efisiensi” pemerintah sangat terbatas akibat proporsi Belanja Mengikat yang berkisar antara 70-80 persen.
Efisiensi tentunya harus menghasilkan penghematan yang signifikan, tidak hanya lumayan. Ketika kita memilih moda transportasi kereta api untuk berangkat ke kantor dari Bogor ke Jakarta, tentunya karena pilihan tersebut menghasilkan penghematan yang signifikan baik dari sisi waktu maupun rupiah. Kalau tidak, tentunya kita tidak akan mengorbankan kenyamanan hanya untuk penghematan yang “lumayan”.
Demikian pula halnya dengan Belanja Negara, perlu efisiensi yang menghasilkan dampak signifikan, sehingga tidak lagi harus diikuti dengan pembiayaan utang. Untuk hal ini penulis mempunyai 2 (dua) pendekatan: pertama, deregulasi kebijakan; kedua, reformasi mindset.
Deregulasi kebijakan
Mengingat semua alokasi memiliki dasar hukum yang merupakan operasionalisasi dari suatu kebijakan, maka perlu dilakukan review terhadap semua kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam peraturan-peraturan yang mengikat dan menyebabkan pengeluaran pemerintah. Sepanjang tidak dilakukan deregulasi, semua peraturan yang ada masih memiliki “hak” alokasi dalam APBN. Deregulasi perlu dilakukan di semua tingkatan peraturan perundang-undangan. Regulatory Impact Analysis (RIA) perlu diimplementasikan dan dilakukan dengan cermat dengan tujuan awal deregulasi kebijakan. Berdasarkan pengalaman dari negara-negara lain, antara lain Australia, implementasi RIA berhasil menghemat jutaan dollar. Penghematan tersebut didapat dari penghapusan kebijakan yang sudah tidak efektif, tumpang tindih, nyata-nyata tidak efisien dan pengaturan ulang kebijakan sehingga memiliki dampak yang lebih baik terhadap anggaran negara. Bukan pekerjaan mudah, tapi jika tidak dilakukan kita tidak akan pernah tahu apakah pekerjaan tersebut sekedar sulit atau mustahil.
Reformasi mindset
Ketika beberapa tahun yang lalu ada kebijakan yang “membatasi” PNS menyelenggarakan rapat di hotel dan mengurangi kegiatan perjalanan dinas, langsung muncul reaksi dari industri perhotelan dan penerbangan. Kebijakan tersebut dianggap secara signifikan telah menurunkan “omset” mereka dan secara tidak langsung juga berdampak terhadap layanan pendukung jasa utama mereka. Kelesuan bisnis bahkan kerugian merupakan hal yang masuk akal ketika sebuah industri mengandalkan captive market lalu perubahan terjadi pada pasar tersebut. Lalu apakah pemerintah harus bertanggung jawab terhadap hal tersebut?  Apakah pemerintah dapat dikatakan tidak menstimulasi ekonomi dengan belanja rapat dan perjalanan dinas?
Sah-sah saja apabila pemerintahan dijadikan pasar oleh bisnis perhotelan dan/atau biro perjalanan/maskapai penerbangan. Namun ketika pasar itu dijadikan satu-satunya atau pasar utama maka kesalahan terletak pada industri tersebut. Ketika penulis bekerja di hotel Hilton Adelaide pada tahun 2009-2010, penulis mendapati bahwa prosentase penghasilan terbesar hotel tersebut berasal dari Food and Beverages bukan dari tingkat hunian atau paket pertemuan. Apakah tidak ada rapat yang diselenggarakan pemerintah di hotel? Sangat sedikit bahkan hampir tidak ada. Dari pengalaman ini penulis berpendapat bahwa bisnis perhotelan atau biro perjalanan/maskapai penerbangan seharusnya memiliki pasar yang lebih luas dan menghindari membentuk captive market terutama apabila pasar tersebut sangat rentan dengan perubahan kebijakan pemerintah.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dengan pembatasan rapat di hotel dan perjalanan dinas tersebut menyebabkan output-output yang ditetapkan tidak tercapai? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan pertanyaan juga: apakah output-output yang hendak dicapai tersebut telah ditetapkan dengan tepat?
Reformasi penganggaran tidak akan berhasil tanpa reformasi mindset. Dalam konteks keuangan negara, NKRI harga mati tidak akan terjadi jika Efisiensi bukan harga mati. Mindset seperti apa yang harus direformasi? Mindset yang mengharuskan ada honor di luar gaji/tunjangan dan remunerasi untuk setiap kegiatan, mindset yang mengharuskan ada snack dan makan siang dalam setiap rapat, mindset yang mewajibkan perjalanan dinas di jaman teleconference sudah sangat murah dan minim risiko.
Seberapa signifikan reformasi mindset snack dan makan siang rapat? Jika satu unit eselon II yang tidak terlalu besar dapat menghemat kurang lebih Rp1.800.000.000,- per  tahun, secara kasar suatu Eselon I dengan 8 unit Eselon II dapat menghemat kurang lebih sebesar Rp14.400.000.000,- per tahun. Dapat dibayangkan penghematan dari sekian puluh Kementerian/Lembaga dengan ratusan unit Eselon I dan II.
Bagaimana melakukan reformasi mindset tersebut? Bisa dengan menghapus kebijakan-kebijakan terkait hal tersebut atau dengan contoh/role model. Menghapus kebijakan-kebijakan akan menimbulkan resistensi dan tingkat suffer yang tinggi. Butuh keberanian besar untuk melakukan tindakan yang sangat tidak populis tersebut. Salah satu cara yang “lembut” adalah dengan memberikan contoh/role model. Suatu perbuatan akan diikuti apabila dicontohkan dengan tepat dan terus menerus. Sudah merupakan sifat birokrasi bahwa apapun yang dilakukan atasan akan diikuti oleh bawahan. Ketika pimpinan suatu eselon I hobi sepak bola, hampir bisa dipastikan semua bawahannya akan bermain sepak bola, as simple as that. Di lingkungan Kementerian Keuangan, unit Center of Transformation Office (CTO) telah membiasakan untuk menghilangkan snack dan makan siang rapat. Suatu langkah permulaan yang bagus dan seharusnya memberikan “tekanan” kepada unit lain untuk melakukan hal yang sama.
Setiap kali ide ini terlontar, selalu ada komentar bahwa ide ini terlalu sederhana dan tidak akan berpengaruh banyak terhadap APBN. Mungkin ada benarnya, tapi kembali lagi: bagaimana kita dapat melakukan hal-hal yang besar apabila kita bahkan kita mulai melakukan hal-hal kecil dan sederhana?
Harusnya pernyataan Bapak Wakil Menteri Keuangan di awal tulisan ini menjadi pertanyaan kita setiap melaksanakan pekerjaan. Apakah setiap rupiah yang sudah kita habiskan/terima benar-benar dapat kita pertanggungjawabkan? Jika kita dapat menjawab Ya, maka dampaknya terhadap APBN tidak hanya lumayan atau signifikan tapi LUAR BIASA.
#tulisan ini juga dimuat di: https://ikoerba.wordpress.com/2017/03/12/efisiensi-harga-mati

Arsitektur Kemenkeu

Arsitektur adalah seni sekaligus proses menciptakan bangunan. Bangunan yang diciptakan dari arsitektur yang baik haruslah memiliki keindahan, kekuatan dan kegunaan. Apalah arti keindahan kalau ternyata rapuh? apa gunanya kuat kalau tidak berguna? Tak akan enak dilihat ketika berguna tapi tidak indah. Ketiga unsur tersebut harus satu, utuh.
Terus terang beberapa hari ini saya 'terganggu' dengan istilah enterprise architecture (EA). Setelah googling sana sini, membaca dan mengendapkan beberapa referensi, saya pun mulai mendapatkan 'pencerahan'. Layaknya arsitektur, EA juga seni dan proses untuk menciptakan suatu bisnis yang estetis, kuat dan fungsional untuk mencapai tujuan. Dari beberapa referensi yang ada, EA banyak diterapkan untuk "membereskan" suatu organisasi/perusahaan seperti penerapan EA di Air-France-KLM-Cargo ataupun General Electric. Umumnya penerapan EA diikuti oleh penyederhanaan proses bisnis dan birokrasi, penguatan internal organisasi, optimalisasi penggunaan information technology sampai pada pengurangan pegawai.
Apakah EA bisa diterapkan di birokrasi? Sangat bisa. Banyak negara yang sudah menerapkan EA seperti New Zealand, Singapore, UK, Australia. Apakah bisa diterapkan di Indonesia? di Kementerian Keuangan (Kemenkeu)? Bisa !
Secara sederhana EA dapat diterapkan untuk 'mendesain ulang' organisasi sebesar Kemenkeu. Jika dianalogikan arsitektur suatu cluster perumahan, Kemenkeu adalah saat ini adalah 'rumah contoh' dari pengembang. Penghuninya lah nanti yang akan menata atau bahkan mendesain ulang sesuai kebutuhan masing-masing dengan tetap memperhatikan aturan umum dari pengembang.
Sebagai satu Kementerian dengan 11 (sebelas) unit eselon I, Kemenkeu adalah organisasi besar. Terbagi dalam banyak unit tapi tetap dalam 1 (satu) visi dan 5 (lima) misi Kemenkeu. EA diharapkan dapat mensimetriskan 11 unit tersebut agar terintegrasi dan bersinergi secara efisien dan efektif sesuai tugas fungsi masing-masing. Fungsi Perbendaharaan, Penganggaran, Penerimaan dan Sentral haruslah menjadi 'bangunan' yang bagus: estetis, kuat dan fungsional. Estetis tidak hanya tercermin dari gedung-gedung kantor yang bagus tapi juga dari pelayanan yang dirasakan masyarakat. Kuat bukan hanya dilambangkan kekokohan, tapi juga kuat dari sisi filosofis organisasi, sumber daya manusia terutama kuat tugas dan fungsi. Fungsional bukan hanya menjalankan fungsi-fungsi umum Kemenkeu tetapi juga sesuai dengan kebutuhan terbaik pemerintah dan masyarakat.
Sebagai bagian dari proses Transformasi Kelembagaan (TK) Kemenkeu, tentunya EA harus direncanakan dengan matang, baik desain ataupun strategi implementasinya. Mendesain ulang bangunan akan mudah jika tidak ada penghuninya tapi tentunya perlu sangat hati-hati jika di dalamnya berpenghuni. Akan menjadi tantangan tersendiri ketika harus 'merobohkan' dinding tapi tidak menimpa dan melukai penghuninya. Membangun penyekat tanpa membuat tercekat.
Langkah pertama tentunya harus ada komitmen dari setiap pimpinan unit Eselon I. Komitmen untuk menjadikan unitnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari 'arsitektur' Kemenkeu. Komitmen untuk menemukan bentuk terbaik bagi unitnya yang akan mendukung sinergitas Kemenkeu.
Adanya komitmen tersebut harus diikuti dengan membangun awareness. Semua pegawai harus aware akan adanya perubahan dan penerapan EA ini. Membangunkan awareness akan sama sulitnya dengan membuat komitmen. Pemahaman tentang bentuk terbaik suatu unit haruslah sama, mulai dari pegawai level paling bawah sampai paling atas. Pihak-pihak yang terlibat aktif dalam penerapan EA harus menggali dan mencari berbagai sudut pandang terbaik dengan mengabaikan hirarki birokrasi.
Ketika komitmen yang kuat sudah dibuat dan awareness sudah terbangun maka akan timbul rasa memiliki yang tinggi di semua pegawai Kemenkeu. Proses selanjutnya akan lebih mudah, karena semua akan bergerak bersama seiring seirama.
Perubahan di Kemenkeu bukan hanya sekali ini. Kemenkeu termasuk organisasi yang sangat dinamis. Perbaikan-perbaikan selalu dilakukan yang semuanya berujung kepada peningkatan pelayanan masyarakat dan penguatan fungsi Pemerintahan. Setiap saat perubahan tersebut mengalami percepatan, pun kali ini. Keniscayaan yang tak dapat ditolak, tidak mungkin dihindari. Keluar dari satu percepatan akan berakibat tertinggal. Satu-satunya pilihan adalah ikut serta dan menyesuaikan irama agar selalu berada dalam rangkaian yang sama.
#tulisan ini juga dimuat di: https://ikoerba.wordpress.com/2017/03/27/arsitektur-kemenkeu

Salah Satu Teknik Memasak

Kos-kosan selalu memiliki cerita yang seru... bahkan terkadang saru... ssstttt... :D... Kita mulai saja apa kisahnya... :

Atas nama menegakkan prinsip H2O (Hemat dan Hemat Oriented... :D), maka apapun dilakukan oleh anak-anak kos... termasuk diantaranya adalah memasak. Masak ini merupakan isu dengan kategori penting karena ini memang urat nadi kehidupan anak kos... semuanya dimulai dari kegiatan ini... (lemes temen lambene... )

Sebelum berangkat ke Jakarta, kami semua tentu tidak terbayang bahwa ternyata dibutuhkan keahlian tambahan diluar tugas kami untuk belajar, yaitu : memasak... bahkan sekedar memasak air pun kami ragu-ragu bisa apa enggak... #parah

Masalah pertama yang kami hadapi adalah bagaimana memasak nasi... kalau cara makan nasinya kami sudah bisa sejak kecil... (wis ngerti mbaaahhh... )

Workshop pertama suasananya agak krodit karena tidak semua kelompok sukses. Ada yang berhasil, ada juga yang gagal, nasinya masih mentah. Perlu diketahui bahwa kelompok masak dibagi masing-masing kamar, sehingga peralatan dapur dan kegiatan masak dimanage masing-masing kelompok.
Satu hal yang belum banyak diketahui oleh temen-temen waktu itu adalah bagaimana bisa mengetahui bahwa nasi sudah masak atau belum...

Kebetulan ada temen yang sudah tahu trik nya. Kata temenku, "Gampang saja untuk ngetes nasi sudah masak atau belum... ambil secukupnya trus lempar ke dinding... kalau bisa nempel berarti nasi sudah masak...". Alhamdulillah satu lagi nambah ilmunya... ternyata cukup simple...

Sejak itu, setiap temen-temen masak... pasti ada bagian nasi yang dites...dilempar ke dinding...
Nasi yang dilempar semakin banyak terutama apabila  ada temen yang sudah gak tahan dengan lapernya... jadi sebentar-sebentar ngelempar nasi ke dinding...

Kira-kira berjalan sebulan, Ibu kos kebetulan masuk ke dapur kita... Alangkah terkejutnya beliau, "bocaahhhhhh.... lu apain dapur gueeeeee...."... sambil ngelihat dinding dapur yang sudah penuh dengan nasi hasil tes... hehehe...

Menyadari kesalahan kami, segera kami bersihkan dinding dari nasi tersebut... Setelah dikumpulkan... lumayan lho bisa buat sarapan... :D

* Secara teknis, sudah teruji kehandalan teknik memasak ini, tapi tidak dijamin ramah lingkungan... 

Kesepakatan Yang Dilanggar ...

Anak-anak saya sejak kecil sudah mempunyai keinginan untuk memelihara binatang. Binatang yang pernah kami pelihara adalah jenis iguana, kelinci, marmut, ikan baik lele dan maskoki. Dari binatang peliharaan diatas, hanya kucing yang belum pernah dipelihara. Karena kucing itu bisa membawa virus tokso dan bla...bla...bla...

Salah satu alasan kami sekeluarga belum memlihara kucing karena si Umi mempunyai penyakit Asthma, dimana tingkat alerginya sangat tinggi, apalagi terhadap bulu binatang. Dampak dari penyakit Umi ini, akhirnya kami sepakat untuk sementara waktu tidak akan memelihara kucing dan turunannya. 

Lama waktu berselang, si kk dan si dd ingin memelihara jenis kucing Angora dan Sphinxs. Cari referensi mengenai kucing Angora, ternyata perlu perawatan yang cukup ekstra dan berbiaya mahal. Pilihan jenis kucing Sphinx, kucing yang tidak berbulu, akan sangat mudah bagi si Umi untuk ikut membantu dalam memelihara kucing itu. Ternyata niatan itu tertunda, karena memlihara kucing itu memerlukan kepedulian, waktu yang cukup untuk membersihkan dan memberikan makan, dan banyak hal lain yang perlu pengorbanan.

Suatu pagi di bulan Maret, tepatnya di hari Minggu, ternyata ada seekor kucing betina, berwarna hitam, yang memang sering mampir ke perkarangan rumah dan apabila dikasih makan, kucing itu kembali dan terus kembali. Kucing ini jenis kucing kampung, yang tidak kalah bagus dengan kucing Angora. 

Selang berapa bulan, akhirnya kucing kampung ini melahirkan dan mempunyai 2 anak kucing yang lucu (satu berekor panjang dan pendek, dan berwana hitam putih) - hal ini juga jadi penanda kepemilikan untuk anak-anak saya dimana si kk ekor pendek dan si dd ekor panjang dan dibawa ke dalam perkarangan rumah kami. Hal ini yang membuat kami tidak tega untuk tidak memelihara kucing-kucing itu. Akhirnya karena kucing sudah di depan mata, dan induknya seperti menyerahkan anak-anaknya untuk kami pelihara (meski setiap saat induknya memberikan ASK - Air Susu Kucing), dengan tangan terbuka akhirnya kami merelakan diri kami untuk memelihara kucing-kucing yang lucu ini. Alhamdulillah hingga sekarang kami dan anak-anak masih memelihara keucing-kucing tersebut. Dampaknya adalah kesepakatan yang pernah dibuat akhirnya kami langgar demi menyelamatkan makhluk lucu peliharaan baginda nabi Muhammad SAW.   

Terutama anak-anak, sangat antusias dan senang dengan adanya kucing-kucing tersebut. Si umi pun demikian. Kebersihan tetap dijaga dan bahkan seminggu sekali setiap kucing dimandikan dan dibersihkan agar tidak nampak seperti kucing kampung meski tetap kucing kampung. Akhirnya jika berkenan ada sedikit video mengenai kucing itu dan video ini diambil pada hari Minggu pukul 22.00 WIB saat kucing nya masih senang bercanda sebelum tidur malam. Cekidot







Salam 


sumber : https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/