Renungan Sore: Yang Sensi Boleh Baca

Pasti pernah dengar kata bully kan? Kata ini sepertinya sedang booming saat ini, semua orang, dari anak-anak sampai orang tua pernah mendengar kata ini. Hanya cara menyikapinya yang berbeda-beda. Ada yang menganggap remeh, ada yang biasa-biasa aja, bahkan yang menanggapi secara serius pun ada. Kenyataannya bullying kian marak dilakukan di Indonesia.

Bully berasal dari Bahasa Inggris, padanan dalam Bahasa Indonesianya adalah perundungan yang artinya adalah suatu perlakuan yang menganggu, mengusik terus- menerus, dan juga menyusahkan.

Dari definisi di atas, sudah cukup jelas, apa yang dimaksud derngan bully. Cobalah berkaca pada diri kita sendiri, apakah setiap ucapan, tindakan, atau bahkan pikiran kita ada yang menganggu/menyusahkan orang lain? Kadang kita lakukan dengan sadar atau tak menyadari bahwa itu menyakiti orang lain.
Kalau iya, maka bersiaplah jika kita ternyata bisa dikategorikan sebagai pelaku bullying.

Kalau konteksnya hanya bercanda bagaimana? Beda-beda tipis nih.

Bercanda dalam KBBI adalah berkelakar, bersenda gurau, berseloroh. Bersenda gurau adalah hubungan timbal balik, dimana kedua pihak sama-sama merasakan senang. Tapi kalau yang merasa senang hanya satu pihak, sedangkan salah satu pihak ada yang tersakiti, itu bukan becanda namanya, namun sudah menjurus pada bullying. Apalagi bullying yang dilakukan secara berkelompok, kian bias maknanya antara bercanda atau membully.

Apa sih tujuan bullying?

Salah satu tujuan bullying yang paling mudah ditangkap adalah keinginan untuk mengatur/menguasai orang lain dengan cara menjatuhkan kehormatannya atau mebuatnya malu dihadapan umum. Biasanya mereka akan menyerang bentuk fisik, karakter, atau kekurangan seseorang. Mereka merasa perlu untuk menunjukkan eksistensi/kekuasaannya di hadapan publik, sehingga mencari sasaran/objek yang paling dianggap lemah untuk bisa menunjang pencapaian tujuan itu, dan biasanya nih ya pelaku bullying ini adalah orang yang memiliki konsep diri negatif atau pernah menjadi korban pembully juga. Miris ya, semestinya yang pernah merasakan tingkat empatinya bisa lebih tinggi, tapi ini malah mencari teman untuk bisa mengalami kejadian gak enak yang dia rasakan itu.    
Nah, cek deh, hati kita masing-masing, bila ada terbersit rasa puas karena bisa mendapatkan kesenangan atau kebahagiaan, ketika kita tengah bercanda/mengolok-olok orang lain, jangan-jangan sebenarnya kita termasuk pelaku bullying juga lho.

Dampaknya ada enggak?

Dampak bully berbeda-beda tergantung tingkat psikologis orang yang bersangkutan. Bagi pelaku tentu memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya, sedangkan bagi korban bullying bisa menimbulkan krisis kepercayaan diri, tidak nyaman, pembentukan citra diri/opini sosial yang negatif, bahkan kadang sampai pada tingkat penyebab seseorang bunuh diri.

Emang sejak kapan sih bullying ini ada?

Bullying ini ternyata sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sejak zaman Nabi Muhammad dimana Nabi pun saat itu menjadi salah satu korbannya. Dalam satu riwayat, terdapat sekelompok perempuan yang mengolok-olok seorang istri Nabi karena Beliau keturunan Yahudi bernama Shafiyah binti Huyay bin Akhtab. Nabi kemudian berkata kepada Shafiyah "Mengapa tidak kamu katakan kepada mereka bahwa bapakku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa dan suamiku Nabi Muhammad?!"
Kejadian ini diabadikan dalam Surat Al Hujurat ayat 11. 

Ternyata bully ini turun temurun ya, dan Alqur'an memberikan ancaman yang tegas untuk itu. Menjadi orang yang zalim sebutannya. Tahu kan ganjaran menjadi orang yang zalim itu apa?

Kalau zaman sekarang, zaman dimana katanya "orang yang salah bisa menjadi benar, dan yang benar bisa menjadi salah" hati-hati bicara menjadi korban bully. Salah-salah malahan korban yang dicibir banyak orang. Dianggap tidak punya selera humor lah, terlalu lebay lah, atau begitu aja kok marah??? 

Memang banyak juga orang yang berhasil memanfaatkan bullying sebagai cambuk untuk meningkatkan prestasi diri. Salah satunya adalah penyanyi Lady Gaga, yang dibully karena fisiknya yang kurang sempurna (hidungnya dianggap terlalu besar). Dari korban bullying, ia berhasil  menjadi seorang superstar. Dan bersama teman-temannya, ia mendirikan yayasan yang menentang tindakan bullying. Perlawanan terhadap bullying pun disuarakan oleh seorang aktris cilik di Indonesia lewat lagu yang dinyanyikannya. Namun daripada mengharapkan orang melakukan tindakan meningkatkan ketahanan mentalnya, bukankah lebih baik jika kita mulai dari diri sendiri, untuk tidak menjadi pelaku atau mendukung tindakan bullying?

Ketahanan terhadap virus bullying memang butuh latihan panjang. Mungkin melelahkan. Tapi selalu ingat bahwa masih banyak orang yang mampu menjaga lisan dan tindakannya, menjadi pembelajaran pada diri sendiri, agar bisa selalu berusaha untuk menebarkan rasa empati terhadap sesama, dalam usaha pribadi untuk mencegah virus bullying agar tak menjadi wabah Nasional.

(data: dari berbagai sumber, sbg pengingat diri sendiri)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar