Harga sebuah Mahar

Pisah

Aku biarkan amarah bersemayam di dalam kedua bola matanya.
Setelah apa yang telah kulakulan, melulunlantakan pondasi kepercayaan yang telah dibangun sekian lama.
Di sebuah bangku taman usang, sekumpulan burung gereja berlompatan mencari makan.
Aneka warna warni bunga menarik pandangan.
Semua itu tak mampu menyuguhkan kebahagiaan, padaku yang terjebak dalam ruang kata.
Setelah kata-kata itu melesat lepas dari sepasang bibir merahnya dan menghujam tepat di jantung pertahananku; kita...pisah!

Seketika, langit menumpahkan air matanya.



Rindu Yang Lelah Bertamu

Ini sudah kali ketiga, 
tepat di akhir prahar kelima,
rindu tak jua mengetuk pintu;

Entah dia lelah 
dengan kudapan yang itu-itu saja:
sepiring asa dan secangkir dusta;

Entah dia lelah
duduk menunggu tanpa kata,
lalu berlalu tanpa cinta; 

Entah dia lelah
menyingkat waktu, 
lalu kembali jadi rindu.


Jakarta, 07072020

Tulisan ke-30