Permata

Saya mengenal Kartini DJA ini pertama kali saat kami bergabung dalam satu komunitas penulisan di DJA. Seorang teman yang menurut saya mempunyai hasrat belajar dan berprestasi yang begitu kuat dimanapun Beliau berada dan ditempatkan. Mungkin ini adalah buah dari doa yang disematkan oleh orang tua Beliau pada namanya” Permata”, sosok yang diharapkan akan sealau berkilau dimanapun dan kapanpun berada.

Saat bertugas di Sekretariat Ditjen Anggaran, Beliau adalah salah satu dari inisiator dan pengelola media sosial DJA, sebuah corong media terkini untuk mengamplifikasi kebijakan pemerintah khususnya berkaitan dengan pengelolaan anggaran.

Melalui tangan dinginnya, media sosial DJA semakin dikenal dan memperoleh banyak perhatian dan subscriber dari masyarakat. Dari dunia kepenulisan, Beliau juga pernah menjadi juara pada satu kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh Bagian Pengembangan SDM DJA. Dalam dunia komunikasi Beliau menjadi langganan penugasan sebagai Master Of Ceremony untuk acara di level organisasi DJA maupun Kemenkeu. Beberapa kiprah yang telah dilakukan pada saat itu, pada kemudian hari menjadikan Beliau mendapat penghargaan sebagai kesatria inspirasi DJA.

Dalam hal belajar dan mencari ilmu, Beliau punya keinginan kuat untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pernikahan dan/atau tugas tugas domestiknya selaku ibu rumah tangga tidak menjadi penghalang untuk mencapai cita-citanya tersebut. Beruntungnya, pasangan beliau sangat mendukung dan memegang prinsip bahwa “lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam menuntut ilmu”. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tersebut akhirnya datanga pada tahun 2021, setelah lolos dalam seleksi penerima beasiswa double degree dari FETA Scholarship di dua perguruan tinggi  ternama di dalam dan luar negeri.

Jalan Terjal

Berkat Karunia Allah yang Maha Kuasa, Kesempatan menuntut ilmu dan melanjutkan Pendidikan sebagaimana yang Beliau cita-citakan akhirnya datang. Sejak awal prosesnya, Beliau menyadari sepenuhnya bahwa melanjutkan pendidikan setelah menikah  mempunyai konsekuensi, harus bisa  membagi waktu, perhatian dan pemikiran agar bisa menjalani perkuliahan tanpa mengabaikan tugas domestiknya selaku  ibu rumah tangga.

Tetapi ternyata takdir Tuhan berkehendak lain, beliau harus menjalaninya dengan proses yang lebih berat dari yang diperkirakan sebelumnya. Pandemi covid 19 yang melanda tanah air dan beberapa negara, menjadikan demikian banyak hal berubah dan menuntut orang untuk menyesuaikannya. Termasuk dalam proses belajar mengajar.aktifitas belajar mengajar yang semula dilakukan secara tatap muka harus dilakukan secara daring/online. Namun yang lebih berat, selama proses perkuliahan  Beliau mengalami kehamilan yang tak direncanakan, melahirkan dan harus membawa putra putrinya yang masih bayi untuk menemani berangkat melanjutkan Pendidikan ke Melbourne.

Tanjakan pertama

Saat kuliah di Universitas Indonesia, kondisi pandemi menjadikan UI mengambil kebijakan proses belajar mengajar di lakukan secara online/daring. Perlu upaya ekstra untuk menyesuaikan dengan kebijakan ini, selain merubah kebiasaan dan budaya belajar, perlunya perangkat pendukung yang memadai, juga memerlukan konsentrasi lebih karena pada saat bersamaan harus membagi perhatian ke anak-anak/keluarga.

Selain kondisi tersebut, tantangan terberat yang dirasakan beliau adalah mengalami kehamilan yang tak direncanakan. Seperti kebanyakan ibu hamil pada umumnya, pada trimester pertama Beliau mengalami “morning sickness”’ satu kondisi di mana beliau merasa mual, lelah , kram dan emosi yang tidak stabil. Dalam kondisi seperti inilah, beliau  tetap harus menyelesaikan penugasan, thesis, publikasi dan diskusi Beberapa kali terjadi dalam perkuliahan, muntah sebelum dan sesudah presentasi menjadi semacam “’ritual”’ yang harus dijalani.

Berkat kerja keras, dukungan suami dan karunia Tuhan, pada bulan  Juni tahun 2021 Beliau menyelesaikan kuliah di Universitas Indonesia. Hal yang membanggakan dan patut dicontoh adalah di tengah tantangan yang dihadapi, Beliau memperoleh penghargaan sebagai mahasiswi peraih IPK tertinggi pada tahun ajaran 2021/2022.

Tanjakan kedua

Setelah menyelesaikan perkuliahan di Universitas Indonesia, Beliau tidak langsung berangkat ke Melbourne.  Selain pandemi Covid 19 yang belum mereda yang menjadikan penutupan/pembatasan perjalanan lintas negara dan perkuliahan dilakukan secara daring/online, pada awal pertengahan perkuliahan beliau juga mengajukan cuti untuk persiapan dan pemulihan pasca melahirkan. Hingga akhirnya lahir putri kedua Beliau dalam kondisi sehat walafiat.

Dengan meredanya pandemi covid, pada bulan Juni 2022 perkuliahan di Universitas Melbourne mulai dilakukan secara tatap muka/offline. Sebuah pilihan berat harus Beliau ambil, membawa serta kedua anaknya ke Melborne,  di mana sibungsu belum genap berusia dua bulan. Beruntungnya kebijakan organisasi  memungkinkan suami Beliau untuk mengajukan cuti karena alasan penting, sehingga bisa mendampingi Beliau ke Melbourne selama sisa masa perkuliahan.

Dalam beberapa momen, proses keberangkatan dan masa-masa perkuliahan di melbourne ini menghadirkan drama yang cukup menguras air mata (namun menjadi kenangan indah bermasa-masa setelahnya). Bayi kecil yang belum genap dua bulan  harus menjalani perjalanan dari Jakarta ke melbourne selama sepuluh jam. Rentang waktu perjalanan yang bahkan buat orang dewasa sekalipun terasa meletihkan. Namun bersyukurnya sepanjang perjalanan bayi kecil tersebut  sehat, anteng dan  tidak rewel dalam pelukan Ibu dan Bapaknya secara bergantian.

Tiba di Melbourne, Beliau dan keluarga harus segera beradaptasi dengan perbedaan budaya, bahasa dan cuaca antara Melbourne dan Jakarta.  Terkait kendala bahasa dan budaya, sang kakak yang di sekolahkan di Taman Kanak-kanak, sempat mengalami kesulitan beradaptasi.. Ada rasa sedih ketika terkadang menyaksikan teman sang kakak tak bisa memahami apa yang sang kakak  ingin sampaikan demikian juga sebaliknya, hingga sang kakak lebih memilih untuk menyendiri. Secara telaten beliau dan suami membantu dan mengajari sang kakak untuk bisa berkomunikasi dan beradaptasi, hingga tak lama kemudian telah mempunyai banyak teman belajar dan bermain. 

Di Kampus , Beliau harus menjalani padatnya rutinisas perkulihan, penugasan, diskusi, presentasi, publikasi dan kunjungan ke perpustakan. Di luar itu, Beliau bersama suami bahu membahu menjalani kehidupan berkeluarga, memasak bersama , membersihkan rumah, mengantar vaksin anak, bermain dan mengunjungi tempat-tempat wisata di seputaran kota.

Akhirnya, sesuai target pada bulan Agustus Tahun 2022.Beliau menyelesaikan pendidikannya di Unievrsitas Melbourne. Seperti tak pernah bosan untuk berprestasi, Beliau juga mendapatkan first class honours Sebuah gelar untuk peraih nilai IPK tertinggi.

 

Epilog

Hasrat dan keinginan untuk berprestasi, akan mendorong orang untuk berupaya melakukan dengan cara terbaik dan meraih hasil terbaik. Beliau masih terus menjadi “’permata”’ di tempat penugasan berikutnya. Terakhir kali pada acara serambi DJA tahun 2023 Beliau menerima penghargaan sebagai AnggaranKsatriainsipirasi.

 

Demikian,

Selamat Hari Kartini, untuk seluruh Ibu di Indonesia

 

Sutikno Slamet, 21 April 2023


Tulisan ini saya ikutsertakan dalam lomba menulis dalam rangka hari anggaran 2024

2 komentar:

  1. Keren neh Kang Harat, salam untuk para Kartini DJA ya

    BalasHapus
  2. Masih ada typo tapi gpp, menulis nya penuh gairah dan semangat menggebu gebu

    BalasHapus