Tampilkan postingan dengan label Triana Lestari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Triana Lestari. Tampilkan semua postingan

Barangkali Kita

Di antara satu kebahagiaan adalah
Mengetahui ..oh, bukan..
berada dalam perjalanan,
Atau terus berusaha berjalan di
Dalam
ฮœencari secarik rahasia rahasia kehidupan
Atau,
Dianugerahi,

Ilmu secuil
Dari samudera ilmu yg begitu luas ini

Bahwa di luar sana
Ada dia
Mereka
Yang begitu hebat prinsipnya
Sabarnya
Tulusnya

Sehingga terdengar pun tidak
Diketahui? Mungkin tak banyak
Dirasa? Barangkali iya


Karena disembunyikannya cintaรฑya
Barangkali ikhlasnya yg begitu halus
Sampai tak pernah terucap

Atau lisannya tercekat
Dari keluhan

Seperti tokoh di balik layar
Yang begitu kuat namun tiada terlihat

Karena barangkali kita silap
Memuja emas di depan mata..
Dan abai atas mutiara di dasar sana..

Bias dalam Penilaian

Dalam rangka menyambut detik detik akhir penilaian perilaku bagi pegawai di lingkungan Kemenkeu terutama Direktorat Jenderal Anggaran, berikut saya persembahkan rangkuman dari beberapa sumber tentang bias dalam menilai performa pekerja.
Hal ini selain dipicu oleh sedang "hot"nya  penilaian perilaku di e-performance, juga karena saya ingat sedikit soal bias ini saat masih kuliah dulu. Sedikit? Iya.. ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Sebelum masuk ke rangkuman tersebut, baiknya kita lihat dulu arti kata bias. Namun, mohon maaf ya, saya cuma pake sumber sumber yg bisa saya gali secara online. Sebabnya tak lain tak bukan karena dua hal. Pertama, keterbatasan waktu saya. Yang ini iyuh banget ya alasannya. Kedua karena kemalasan saya. Oke, yg ini lebih parah..dan lebih jujur tentunya.

Menurut KBBI.web.id,
bi·as n 1 simpangan; 2 Fis belokan arah dari garis tempuhan karena menembus benda bening yang lain (seperti cahaya yang menembus kaca, bayangan yang berada dalam air);

mem·bi·as v 1 berbelok dari arah (seperti perahu yang dilanggar ombak, hujan yang tertiup angin); 2 Fis berbelok arah dari garis tempuhan karena menembus benda bening yang lain (seperti cahaya yang menembus kaca, bayangan yang berada dalam air); 3 ki menyimpang (tentang nilai, ukuran) dari yang sebenarnya;

mem·bi·as·kan v menyimpangkan (membelokkan) arah;

pem·bi·as·an n 1 proses, cara, perbuatan membiaskan; 2penyimpangan (pembelokan): berkas cahaya yang keluar dari prisma mengalami -

Nah, kalau dari definisi bias dan kawan kawan seperimbuhannya di atas, langsung aja kita simpulkan bahwa bias yang dimaksud di sini adalah "penyimpangan" atau "belok", tapi bukan pembelokkan berkas cahaya ya...
Bias ini sejenis kecenderungan (penyimpangan/pembelokkan) yang mempengaruhi bagaimana atasan menilai pegawai.

Nah, sekarang izinkan saya bertanya. Ada yang tau paycor ngga? Enggaaa...
Duh, sama dong..
Sekarang saya mau kutip kata kunci yang ada di websitenya paycor nih. (www.paycor.com).
To be fair and objective, a performance evaluation must be based on the employee’s job-related behavior, not on the employee’s personal traits, work situation or other factors unrelated to employee performance.

Untuk adil dan objektif, evaluasi kinerja mesti berdasarkan perilaku yg terkait pekerjaan. Bukan perilaku di kantin berarti..#eh#ups.

Walaupun mungkin kita tidak pernah bisa sepenuhnya objektif (alias subjektif), kita dapat mengusahakan untuk menilai dengan objektif. Saya pun masih subjektif sekalee... kan kalau mau aja.. ๐Ÿ˜‚ kalau engga ya engga bs maksa..
Caranya gimana? Salah satu caranya dengan mengenal bias bias umum yang sering terjadi saat menilai. Apa aja tuh...

1. Excessive leniency
Apa sih ini? Excessive leniency terjadi ketika atasan (sepertinya bisa juga peer dalam konteks DJA) menilai semua pegawai lebih tinggi dari performa aslinya dalam rangka dianggap baik atau agar disukai. Ia juga percaya bahwa dengan review yang baik, pekerja bisa termotivasi untuk lebih baik.
2. Excessive severity
Excessive severity ini semacam kebalikan dari poin pertama tadi. Atasan (atau dalam konteks DJA dapat dikatakan peer juga) cenderung menilai rendah untuk memotivasi pegawai yang kurang performanya atau performanya standar agar meningkatkan kinerjanya. Intinya, pelit nilai gitu kali ya?
3. Similar-to-me bias
Bias yang ketiga ini terjadi saat atasan (atau dalam konteks DJA, bisa juga peer) menilai tinggi untuk mereka yang "mirip"/setipe dengan dirinya, misal sama sama suka nonton konser musik, dll. Bias jenis ini meliputi faktor like and dislike terhadap pegawai tersebut.
4. Opportunity bias
Opportunity bias terjadi saat penilai memberikan credit atau menyalahkan pegawai untuk faktor di luar kendalinya.
5. Halo Effect
The Halo Effect ini terjadi saat atasan menilai pegawai berdasarkan satu kekuatannya yang kemudian mendominasi penilaian terhadap pekerja tersebut. Dengan kata lain, pekerja mendapat nilai more than he/she deserved. Pekerja yang bagus dalam pengetahuan kerja tidak berarti ia juga bagus dalam semua hal seperti produktivitas dll.
6. Horns Effect
The Horns Effect ini semacam kebalikan dari halo effects. Penilaian atas sesuatu kekurangan mendominasi overall performance appraisal. Apabila pegawai kurang di satu hal, kan tidak berarti ia harus diperbaiki di semua hal terkait kerjanya, toh?
7. Contrast bias
Atasan yang terkena bias ini cenderung membandingkan performa pegawai dengan membandingkannya dengan pegawai lain, bukan dengan standar perusahaan. Pegawai berhak dinilai berdasarkan performa individualnya bukan dengan merankingnya dengan pegawai lain.
8. Recency bias
Recency bias ini adalah bias yang terjadi ketika penilaian hanya didasarkan kepada performa terakhirnya sebelum penilaian, misalnya beberapa pekan sebelum penilaian dibanding periode yang seharusnya dalam masa penilaian.
9. Job vs. individual bias
Beberapa pekerjaan/posisi memang lebih vital dalam organisasi dibanding posisi kerja lain. Namun, tidak serta merta pegawai di posisi tersebut lebih baik performanya dari pekerja lain.
10. Length-of-service bias
Bias ini terjadi ketika lamanya masa kerja mempengaruhi penilaian dalam evaluasi kinerja.
11. Stereotyping
Evaluator cenderung mengasumsikan evaluee suatu ciri yang sama terkait grupnya. Misal, pekerja wanita, Hispanik, vegetarian, dll).


When you are able to remove some of the bias from the evaluation process, performance appraisals become much more meaningful for organizational decision-making and compensation adjustments. Selain itu, penilaian yg baik akan memudahkan dalam pengembangan pegawai di masa depan.

Sekarang sih, semua kembali kepada penilai. Tulisan ini sifatnya hanya informasi aja. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Aamiin.

Referensi
http://www.managementstudyguide.com/performance-appraisal-bias.htm
https://www.paycor.com/resource-center/the-top-10-performance-review-biases
https://personel.ky.gov/DHRA/EPES-TypesRaterBias.pdf

Hempaskan saja ke udara..


"nduk... jadi perempuan itu harus banyak bersabar. Berani mengalah.."
"Emang perempuan doang Bu? Laki laki kan juga harus menghormati perempuan.."
"Iya.."
"Ibu kenapa sih, bisa sabar banget sama ayah yg galak begitu? Sukanya maksa.."
Ibu hanya tersenyum, seperti biasa..ia mengatur nafas sebelum berbicara. Wajahnya yang cantik tak lekang oleh usia. Hatinya yang lembut tak kabur oleh umur.
"Kalau ibu boleh bercerita..tentang masa lalu.."
"Gimana Bu maksudnya? Tentang ayah?"
Ibu membetulkan posisi duduknya. Menatapku lekat..melipat tangan di atas meja makan di hadapan kami. Seakan akan ia ingin mengatakan sesuatu yang teramat penting.
"Dulu... ibu tidak menikah dengan ayahmu karena cinta."
Aku memberhentikan kunyahanku sebentar. Menanti apa yang akan ibu sampaikan berikutnya.
"Ayahmu..adalah pegawai negeri yang ngekos di samping rumah eyangmu, orang tua ibu."
Wajah ibu bertambah serius. Aku jadi salah tingkah melihat ibu begitu. Namun cerita ini memang membuatku sangat penasaran. Nyaris ingin kubilang pada ibu, ayo bu cepat cerita..aku tidak sabar menanti.
"Suatu hari kami kedatangan tamu. Yang ternyata adalah ayahmu.
Ia pemuda yg tegas dan lurus. Tak pernah kami melihatnya pergi kecuali ke tiga tempat: kantor, masjid, dan warteg.
Ia.. datang di suatu sore..menemui eyang kakungmu.
Ternyata..ia ingin melamar ibu."
"Lalu eyang pasti nyuruh ibu biar mau kan?"
"Iya, nduk.. singkatnya ya begitu..sayang Khan..pemuda baik baik..pandai..pns pula..siapa orang tua saat itu yg akan menolaknya.."
Aku kembali mengunyah. Kue lemper buatan ibu enak sekali. Hampir saja aku makan tiga kalau perutku masih terasa lapang. Ya ampun ..
"Ibu lalu mau saja, nduk.. namanya nurut sama orang tua.."
Aku mengangguk angguk. Kepenuhan lemper campur teh manis di mulut.
"Kami lalu menikah..tak lama setelah itu.
Di awal awal pernikahan...ibu kaget sekali.."

"Hah? Kenapa Bu kenapa?"

"Ayahmu orgnya disiplin sekali..kadang kalau ibu ada salah salah ia tegur..ibu Ndak biasa dg bahasanya yg tegas nduk.."
"Trus ibu marah sama ayah karena diomelin terus dong?"
Ibuku menggeleng kecil. Ada kerut kerut di mata bulatnya, kerut yang natural hadir mengiringi perjuangannya di tiap tahun usia.
"Ibu hanya diam dan sesekali ibu menangis .."
"Ayaaah...."
"Tapi itu hanya di awal awal nduk...
Setelah itu..ibu belajar.."
"Belajar apa Bu?"
"Untuk mengikhlaskan semuanya..termasuk sifat ayahmu yang tegas sekali itu.
Ibu kuatkan diri ibu untuk melapangkan hati ibu, ibu berusaha terus bersabar dan mengalah.."
"Hhaaa?? Duh muncrat sedikit lempernya.." ujarku agak malu
"Lama lama ibu biasa begitu, nduk..
Menikah itu harus ada yg mengalah...harus bersabar dengan pasangan..
Dan itu bukan berarti kalah."
"Kenapa ibu ga blg sama ayah kalo ayah galak dan harus berubah?"
Wanita cantik di depanku hanya menggeleng lagi.
"Ndak.. ibu Ndak mau ayah merasa ia tidak sempurna di mata ibu.
Ibu banyak mendapat kelebihannya, nduk..kurang sedikit darinya Ndak masalah lagi.."
"Pantes ibu ga pernah berantem sama ayah.."
"Ndak begitu..ya pernah berantem..tapi hanya ribut kecil lalu baikan. Ibu Ndak mau menyimpan amarah lama lama..ibu hembuskan saja ke udara. Ibu lepaskan bersama doa.. Lalu hati ibu plong kembali."
"Hahahaha....kaya kentut Bu.."
"Hush...anak wedok kok ngomong kentut.."
Tanpa sadar tanganku mengambil lemper keempat..

Ramadhan

Wah, sebentar lagi Ramadhan tiba nih!

Ada yang kangen?

Rindu suasananya?

Atau jatuh cinta dengannya?


Yuk kita simak kisah kisah Ramadhan dari pegawai di lingkungan DJA. Bukan hanya bikin tambah kangen Ramadhan, tapi juga kangen ibadah tarawih dan keluarga di kampung halaman.


Check these out ! ๐Ÿ˜‰๐Ÿ˜‰๐Ÿ˜‰


*****************************


Handojo, Direktorat PAPBN

Terkenang aku pada Romadhon masa kecilku. Teh manis hangat dan kolak pisang buatan Ibu menjadi menu spesial buka puasa. Saat kurasa belum puas kadang kuminum milik kakakku dan dia hanya tersenyum melihat tingkahku.
Setelah menyantap menu buka puasa, masjid menjadi lokasi favorit. Sholat berjamaah diiringi canda ria, dari maghrib hingga tarawih menjadi kegiatan rutin, diakhiri momen paling menyenangkan, pembagian 'jaburan'. Tak jarang aku dan kawan kawanku berebut sekedar mendapatkan jaburan. Saat sahur menjadi saat yang ditunggu tunggu bila Ibu menggoreng dendeng sapi, makanan favorit  yang hanya kutemui di kala bulan suci Romadhon. Siang hari kuhabiskan waktu untuk bermain sambil tak lupa menghitung detak jam menjelang maghrib.


Masa itu kini tlah berlalu, bahkan untuk bernostalgia menyeruput teh manis bikinan Ibu pun tak mungkin. Ibu tlah tak ada di sisiku. Kini ada wanita lain di sisiku, istriku. Dia bukan pengganti Ibu dan tak elok bila dibandingkan dengan Ibu. Dia adalah Ibu bagi anak-anakku, yang hari harinya disibukkan untuk menjadikan Romadhon menjadi momen terindah sepanjang tahun. Tentu bukan dengan teh manis dan kolak pisang tapi dengan menu kesukaan anak-anakku. Dijadikannya setoran hafalan Al Qur'an menjadi hal yang menyenangkan, sholat tarawih menjadi momen yang dinanti, shodaqoh menjadi gerakan hati dengan hadiah diakhir Romadhon menanti.

Aku memang tak bisa selalu menemani anak-anakku sebagaimana istriku. Buka puasaku tak jarang diperjalanan. Waktu sholat tarawih tiba aku pun baru tiba di  rumah. Tapi tak berarti komunikasiku dengan anak-anakku terhenti. Gadget menjadi penghubung kami, Kami saling bertanya apa yang menjadi menu buka puasa, sampai dimana hafalan Al Qur'an, seberapa banyak ayat suci yang tlah dibaca, atau apakah shodaqoh tlah dilakukan. Semua itu bukan untuk saling menyombongkan diri, tapi memotivasi ber-fastabiqul khoirot. Jarak dan kesibukan bukan menjadi alasan untuk tidak saling memotivasi diri agar khusyu' di Romadhon ini dan mengakhiri bulan suci ini dengan bertranformasi menjadi insan yang fitri.

Jaburan = makanan kecil yang dibagikan untuk anak-anak yang mengikuti sholat tarawih berjamaah sampai selesai.



****************************

Pujiastuti, Direktorat PNBP



Saat-saat pertama mengenalkan puasa Ramadhan selalu mendebarkan buat orang tua. Gimana ya, kalau anak ga kuat? Kalau dipaksa, takut trauma. Ditolerir, nanti terbiasa sampai besar. Kecemasan seperti itu selalu menghantui Ibu. “Najib ingin sepeda, jadi kusyaratkan dia puasa sebulan penuh kalau mau dapat,” Ibu menceritakan ikhtiarnya kepada oom Hasyim, saat adiknya yang selalu jadi rujukan agama itu silaturrahim ke rumah sebelum Ramadhan. “Wah, sebaiknya tidak perlu menjanjikan materi. Nanti dia terbiasa sampai besar, ibadah mengharap imbalan,” aku deg-degan mendengar saran Oom Hasyim. Wahh, gimana nasib sepeda ku ya??? “Kurasa tidak apa-apa, lah untuk anak kecil. Tohh, kita yang dewasa saja beribadah mengharap imbalan, yaa pahala, yaa surga. Manusiawi, toh?” Ahh … lega rasanya Ibu tidak berubah fikiran. Sepeda baru sudah terbayang di depan mata. Putar-putar lapangan badminton dikejar-kejar Fikri, Ardi, dan Pavel karena pasti mereka ingin bergantian. Ramadhaaaaaan, cepatlah datang.

Aduhh… aku masih mengantuk sekali saat ibu membangunkan sahur. Rasanya baru saja tidur, setelah sholat tarawih. Meski rakaatnya banyak, kalau tidak salah 23, dan pak ustaz lamaaa sekali ceramahnya, tapi aku senang-senang saja. Bahagia banget bisa sholat ramai-ramai. Kali ini Fikri menantang siapa yang ga bolong tarawihnya, dia menang. Tapi aku suka sebal kalau sahur, walau ibu menyuapi makan dengan paha ayam goreng kegemaranku. Setelah 6 suap, aku merengek minta sudahi saja menyuapiku. “Masya Allah, biasanya kamu makan sehari sampai 5 kali, lho Jib. Besok sudah ga boleh makan. Gimana kalau lapar?” Ibu kedengaran panik. Setelah tawar menawar, kami menyepakati 6 suap lagi. Tenaaanglah Ibu, sepeda akan meneguhkan tekadku, kata ku dalam hati.

Ya ampuuun… begini ya rasanya tidak makan. Jam 9 perutku rasanya periiiih sekali. Emak pengasuhku sabar banget membujuk.”Sabar, ya Jib. Masih jauh dari zuhur, ayo deh cuci muka biar sejuk”. Lalu, “ayo bobo yo, pasang ac, panggil temen2 nya ya tidur bareng,” atau “nanti mau buka makan apa deh biar sampe?” Nahhh kalo ditanya mau apa, aku lalu bilang: teh manis, es buah, es kelapa, ayam fretciken, bakwan, risol, pake sambel. Yahh minimal sebanyak itu. Sebenernya aku alergi es, pekan ketiga puasa sudah mulai terdengar aku batuk2 sesekali, dua kali. Ibu lalu menambah menu vitamin. Tapii, aduhh tenggorokanku rasanya tetap sakit, dadaku semakin lama terasa sesak dan gataal sekali. 3 hari menjelang lebaran badanku panas, dan Ibu panik membawaku ke dokter. Aku harus minum obat, badanku lemah, 3 hari lagi Ramadhan, dan aku terpaksa tidak berpuasa. Yahhh… sepeda kamu mungkin memang belum milikku. Setelah 3 x 2 hari minum obat, aku merasa baikan. Di hari terakhir ramadhan, aku minta puasa. “Kenapa, Jib? Kamu sudah kuat?” Ibu meyakinkan dengan menatap wajahku. “Iya, bu. Kalau puasa seru pas makan waktu buka. Rasanya nikmaaaaat sekali. Kalau kapan ajs bisa makan, jadinya biasa, bu”.

Seminggu setelah lebaran, ayah membawa sepeda kokoh di hadapanku. “Walau tidak penuh, ayah sama ibu senang banget kamu mau berjuang. Tahun-tahun depan, ayah dan ibu tidak bisa janji apa-apa. Puasa lah untuk melatih rasa syukur kita sama Allah. Seharian tidak bisa makan, tapi masih bisa berbuka. Bagaimana dengan orang yang tidak punya?” Alhamdulillah, terima kasih ayah, ibu. Sepeda ini in syaa Allah akan terus mengingatkan aku, puasa itu untuk berempati, melembutkan hati.



****************************


Eko Pandu, Direktorat PNBP



Beberapa tahun silam saat Gus Dur jadi pemimpin negeri ini, bulan Ramadhan jadi makin spesial untuk para pelajar. Kegiatan sekolah diliburkan sebulan penuh. Alhamdulillah saya masih sempat mencicipi masa-masa indah itu ketika duduk di bangku SMP. Libur belajar membuat saya dan teman-teman sebaya menjadwalkan kegiatan rutin selama ramadhan. Selepas sholat Subuh berjamaah di surau, kami berjalan pagi menyusuri jalan raya hingga ke sebuah stasiun kecil di sekitar perumahan. Tujuannya sederhana, hanya sekedar untuk membuat pedang-pedangan dari paku. Dengan sarung yang masih melintang di leher, kami secara kompak menaruh paku di rel kereta untuk kemudian menanti dilindas oleh kereta api yang melintas. Begitu senangnya kami waktu melihat paku menjadi gepeng dan membentuk pedang seperti di film Yoko yang populer ketika itu.

Kami kembali ke rumah biasanya setelah matahari mulai terasa hangat. Periode setelah itu, hingga adzan maghrib merupakan periode yang begitu menantang. Rasa haus karena jalan pagi sekitar tiga kilometer bolak balik memaksa saya menelan ludah sering-sering sambil melihat iklan sirup di televisi. Tapi begitu adzan maghrib berkumandang, rasa lega seketika mengemuka. Segelas sirup dingin yang tadinya hanya bisa dibayangkan, akhirnya benar-benar membasahi kerongkongan. Cacing-cacing di dalam perut pun bersorak ketika sepiring nasi lengkap dengan lauk dan sayur meluncur mulus ke dalam perut. Gizi mereka langsung tercukupi.

Kini saat-saat itu telah lama berlalu, meskipun kenangannya akan melekat selalu. Masa puasa sebelum akil baligh yang hanya memikirkan kapan waktu berbuka kini harus segera dirubah. Menahan lapar dan dahaga bukanlah yang utama, tetapi bertambahnya ketaqwaan dan keimanan lah tujuan yang sesungguhnya.


****************************

Ruly Ardiansyah, Direktorat PNBP



Jauh kembali ke masa lalu saat tahun 1985, saat itu masih kelas 4 SD, saya sebagai anak tertua menjalani puasa sama dengan anak-anak lain yang seusia. Banyak momen-momen konyol dan lucu. Setiap ramadhan tiba merupakan sebuah tantangan dan cobaan sekaligus kesenangan yang tiada tara.. Masa kecil saya dilalui di rumah nenek. Sejak TK hingga menuju tingkat SD besar di daerah rawamangun. Kelas 1 hingga kelas 1 SMP besar di daerah Kesehatan dekat RS Tarakan. Nah momen seru selama ramadhan terjadi di daerah ini.

Setiap ramadhan tiba, merupakan momen tantangan karena bagaimana mana cara agar selesai puasa hingga sore. Dari 30 hari puasa, hanya selesai dijalani sebanyak 25 kali. Karena setiap puasa, selalu ada momen di siang hari saya minum air secara diam-diam. Karena saat itu masih anak-anak belum mengetahui bahwa kecurangan pasti diketahui malaikat dan Allah. Itu soal puasanya.

Saat berbuka pun juga ada momen tantangan. Karena selama sekolah, ada teman sekolah yang saya suka. Biasalah namanya anak-anak, cuma suka- suka gak jelas. Karena rumah nya deket masjid yang jaraknya sekitar 2 km dari rumah saya, maka setiap shalat tarawih sejak kelas 3 SD, shalat tarawih saya jalankan until bisa melewati rumah sang idola. Padahal di sekolah juga lihat dan di rumah juga ada masjid. Maka berangkatlah shalat tarawih dengan motif melihat idola. Saat tarawih pun dilalui dengan becandaan. Karena sering ditegur jamaah masjid, maka kami yang beberapa anak-anak yang punya motif yang sama, kami selalu berdoa di barisan belakang. Saat ceramah pun, kami bermain di taman deket masjid hingga ceramah pun selesai.

Saat berangkat mengaji pun di ramadhan, mencari lokasi deket rumah sang idola. Karena SD kami berada di antara rumah sang idola, yang dekat masjid dan tempat ngaji, jadi merupakan jalan tengah yang menguntungkan. Di sekolah, di tempat mengaji dan di masjid selalu bertemu. Padahal ramadhan harus dijalani dengan kegiatan yang banyak unsur religinya saat itu.

Memang momen indah bagi saya saat itu. Tetapi setelah saya aqil baligh, saya mengingat kembali momen itu dan beberapa kekonyolan dan kenakalan telah membuat saya sadar untuk lebih baik di kemudian hari. Ingin rasanya momen indah itu kembali dengan ibadah yang lebih baik. Tapi hal itu tidak mungkin terjadi dan kejadian itu biarlah menjadi bagian dari buku perjalanan saya. Teringat juga bagaimana almarhum bunda yang selalu mengingatkan saya agar menjadi contoh yang baik bagi adik-adik saya. Ayah juga sering mengingatkan juga kepada saya bahwa saya akan menjadi kepala keluarga yang menjadi contoh bagi istri dan anak-anak.

Saya bersyukur bahwa saya bisa jalani kehidupan hingga di momen ini. Banyak yang harus dibenahi terutama dari dalam diri kita masing-masing. Momen ramadhan menjadi refleksi setiap diri until menjadi manusia yang sempurna. Alhamdulillah saya masih bisa bersyukur dan siap menghadapi momen ramadhan ini.



***************************

Gunawan, Direktorat Polhukhankam dan BA BUN


Bagi saya Ramadhan adalah bulan kebahagiaan. Banyak kenangan indah disetiap tahunnya, sehingga ketika ingin dituangkan dalam sebuah cerita yang utuh, saya harus membaginya menjadi tiga masa. Pertama ketika masa kanak-kanak, kenangan yang tidak terlupakan saat itu adalah adanya tugas rutin mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa) kegiatan Ramadhan yang diberikan oleh pihak Sekolah, salah satunya adalah mengisi lembar tugas shalat Tarawih selama satu bulan. Setiap siswa di wajibkan meminta tanda tangan atau Paraf Imam shalat Tarawih di masjid yang berada dilingkungan masing-masing.

Kedua, adalah masa remaja. Dulu, saya dan kawan-kawan pengajian punya tradisi shalat Tarawih keliling yang di singkat dengan sebutan Tarling. Kegiatan tersebut memang tidak dilakukan setiap malam, hanya malam minggu saja. Dari kegiatan tersebut saya punya banyak kenalan dari berbagai komunitas remaja masjid.

Dan yang ketiga, adalah masa sekarang, dimana saya merupakan seorang suami dan juga ayah dari tiga orang anak. Sejak mereka hadir dalam kehidupan saya, Ramadhan menjadi lebih semarak. Ramadhan tahun lalu adalah momen spesial bagi saya, karena Malika dan Satrya mulai belajar berpuasa seharian. Meski puasa mereka belum satu bulan penuh ~ tercatat, Malika dan Satrya batal puasa sebanyak tiga hari ~ hal itu sudah sangat membahagiakan.

Semoga Allah Swt mengizinkan diri ini untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan, serta dapat beribadah lebih baik lagi dari bulan Ramadhan tahun lalu, Amiin...

***************************


Embun, Direktorat PNBP


Setiap bulan puasa, selalu ada yang namanya buka puasa bersama. Tradisi ini tidak hanya ada di keluarga, namun juga berkembang ke  teman-teman semasa sekolah atau rekan-rekan kerja. Hal yang dilematis, mengingat hanya ada 4 akhir pekan dalam 1 bulan Ramadhan ... artinya tidak semua undangan buka puasa bersama bisa dipenuhi karena seringnya terjadi bersamaan.

Di dalam keluarga besar kami, buka puasa bersama diadakan paling sedikit 1 kali. Biasanya bertempat di rumah PakDe di bilangan selatan Jakarta. Mesk sebagian besar dari Sumatra, aku bangga karena berkerabat dari Aceh sampai Sulawesi, hingga panggilan uda, uni, pakde, abang, mas, teteh, om, tante, amai, tuo, puang dan sebagainya semua laku di di sini. Selain itu, karena acaranya bertempat di rumah dan terdiri dari kerabat dekat, aku selalu merasa bahagia bisa buka puasa bersama saudara-saudara.

Jarak usia pesertanya jauh sekali, bisa dari usia 80 tahun sampai usia 8 bulan, he he. Di sanalah waktu kita bertukar cerita tentang keadaan masing-masing. Ada yang sambil mengunyah sate padang, es duren, atau semangkuk bakso. Ada yang duduk di sofa, di lantai, atau di pinggir kolam. Dan selalu tarawih bersama, diikuti dengan tausiyah dari salah satu Om atau keponakan.

Acara akan ditutup dengan foto bersama, dan makin hari makin susah bagi kami untuk muat dalam satu frame ... karena selalu saja ada anggota keluarga yang baru, karena oernikahan atau kelahiran. Setelah itu, ibu-ibu dengan senang hati akan membungkus sisa lauk pauk untuk bekal santap sahur di rumah kami masing-masing. Di situlah aku melihat PakDe dan Tante selalu sedih mengantar kami ke pintu untuk pamitan.


***************************

Suhardono Kusuma Mulia, Direktorat Polhukhankam dan BA BUN



SURAT UNTUK RAMADHAN

tlah beberapa purnama kita tak bertemu. saat kurasakan hawa sejuk berlarian di sekelilingku. betapa melenakan. benar, matahari tlah semakin jauh di belahan bumi utara sana dan hangatnya semakin menguap. meninggalkanku disini hanya dengan riuhnya kemarau. dan retakan ranting ranting flamboyan yang semakin jelas di telinga. menambah kerinduanku akan dirimu.

tlah beberapa purnama kita tak bertemu. apa kabarmu umik. kuharap kau baik baik saja. ramadhan tlah mengetuk di depan pintu. seperti hendak mengajak kita berjalan jalan di sepanjang lorong malam ini. ah kembali romantisme antara kau dan aku tergambar jelas di langit langit kamar ini. sanggulmu yang sebesar kepalan tanganku hanya sekedar menutupi ubanmu, tapi tak menghilangkan kecantikanmu. kebayamu yang sudah setia beberapa windu masih saja enggan dilepas, tapi tak menghilangkan kecantikanmu. dan senyummu yang dari waktu ke waktu terasa menjemukan, tapi tetap saja tak menghilangkan kecantikanmu. ah sudahlah, suratku ini tak membahas tentang dirimu, mik. tapi tentang ramadhan, jadi jangan terlalu ge er ya.

aku tau kau sudah tak mungkin berpuasa lagi. karena kau tlah semakin tua. jalanmu pun tak muda. apalagi matamu, gigimu, bahkan telingamu pun juga tak muda. tongkat berkaki empat itulah yang jadi sahabatmu sekarang. dan tak kan kuingatkan kau tentang fidyah. karena kau lebih ahli tentang fidyah. sebab jika kuingatkan pasti jawabanmu tentu akan lebih panjang bahkan mengalahkan jawaban pak kyai. lengkap dengan dalil2nya. tapi, kemaren, ya.... kurang lebih tiga puluh tahun lalu. aku masih saja tak lupa ketika tangan kecilmu tlah siapkan menu buka puasaku. ketika suaramu dengan riangnya bangunkan tidurku untuk shaur. ketika kau ajak aku ke kuburan bapak di awal ramadhan. eh tidak, kau ajak aku hampir setiap hari, setiap ada kesempatan. sampai terasa linu kaki ini karena jarak rumah ke kuburan bapak beberapa kilo dan harus kita tempuh kaki telanjang. sebab sepeda aja kita tak punya. pernah kutanya mengapa kita ke kuburan bapak tiap hari mik. jawabmu dengan ringannya, "bapakmu suka sekali berbuka puasa dengan melihat senyum istrinya". ah romantisme lain di hatimu mik.

ramadhan sebentar lagi mik. tlah beberapa purnama kita tak bertemu. semoga kau baik baik saja. juga tongkat berkaki empat sahabatmu. sehingga ia bisa menopangmu kekuburan bapakku. sehat selalu ya mik. maafkan anakmu yang tak bisa selalu menemanimu.
nb: jangan lupa fidyah ya....


***************************


Triana Lestari, Direktorat PAPBN



Bismillah..

Tahun tahun berselang,
Jatah hari semakin berkurang..
Dosa ga keitung..
Amal belum keruan diterima
Tapi kok ya gini gini aja yak kelakuannya..

------

Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.

Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita (Muhbib AW*)

-------

Sampai saat ini saya selalu merasa kurang dengan hasil Ramadhan saya. Impiannya adalah, Ramadhan menjadi bulan tempaan, pembakaran dosa (kok serem?) sehingga di akhirnya output yang didapat adalah jiwa yang bersih dan yaa..semakin baik dalam seluruh aspek hidup. Jadi orang bertaqwa, gitu..#cieile prikitiew #aamiin

Namun sayangnya, meskipun saya usahakan memiliki target ibadah, berusaha tidak melakukan dosa..tetap saja hasilnya terasa gini gini aja. Dosa lagi dosa lagi...ibadah kendor lagi kendor lagi..
 Ya Allah, padahal kan jin qorin yang mengikuti kita dikurung ya kalau Ramadhan? Jadi ini kelakuan nafsu saya sendiri begini banget yaa..

Itulah, misalnya aja nih ya.. kesiangan bangun sahur kesiangan tahajud, sering mbelain tidur yang banyak daripada tilawah atau ngapain kek' yang memproduksi pahala.. (pabrik kali ah memproduksi...)..dan masih suka nurutin nafsu nafsu lainnya, misal nafsu ngumpulin makanan atau sekadar niat buat makan segala rupa buat berbuka yang pada akhirnya pun ga terlaksana karena kekenyangan? Tauk deh agh..

Jadi kemudian, saya optimis plus pesimis mode dalam menjalani bulan Ramadhan ini. Akhirnya ikut asumsi moderat deh... ini saya belom berani lagi ngetarget ngaji berapa kali khatam..padahal dulu mah iya, (iya target, realisasi mah belon tentu..hehe)
Padahal itu ngga seharusnya gitu juga kan ya?

Fastabiqul khairat /berlomba lomba dalam kebaikan..
Itu saya sering lupa..dan sering nyuekin..๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ž
Kayaknya belom termotivasi melakukan ibadah maksimal..seoptimal yang saya mampu..

Kenapa?
Mungkin karena tauhid saya belom kuat..

Kalo orang udah yakin bener yakin sama Allah..
Bener yakin soal surga neraka, pahala dan dosa..akhirat, kiamat??
Apa iya ngentengin Ramadhan gini.. itu kan namanya ngga begitu yakin yak? Tapi apa iya hanya sekedar menuhin target juga?
Ya Allah, smg saya diberi keyakinan yang lebih kuat deh..lebih kokoh..lebih lurus..

Biar apa? Biar amalan saya bener niatnya dan semangat terus buat perbaikan diri di bulan suci ini (dan seterusnya..Aamiin). Mudah mudahan Allah kasih kita niat yang bener bener lurus, tulus dan ikhlas beribadah, niat perbaiki diri emang karena mengharap ridhoNya..semoga Allah tambah sayang jadinya ama kita..


udah nih gitu aja? Iyakk gitu aja..

Aminin ya? Aamiin..

๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ





*https://www.google.co.id/amp/m.republika.co.id/amp_version/m7jp8n



***************************


M. Indra Haria Kurba, Direktorat HPP


Aku tak ingat di usia berapa mulai berpuasa, yang jelas masih belum bersekolah. Puasa saat itu bagiku tak lebih tradisi, bukan soal religi. Maklum masih anak-anak, puasanya puasa bedug kalo kata ibuku. Menginjak usia sekolah aku baru mengerti bahwa puasa itu tuntunan agama, sama seperti sholat, zakat dan naik haji. Puasaku pun tak lagi puasa bedug, setidaknya begitulah yang bapak ibuku tahu, karena sekali dua kali aku masih curi-curi makan dan minum. Duh nakalnya. Seandainya aku jujur mungkin bapak ibu tidak akan marah, maklum aku kan anak bungsu. Tapi aku tetap tidak mengaku. Hal lumrah mungkin untuk anak-anak sebaya.

Puasa di rumah selalu mengundang kenangan. Makanan dan minuman lezat terhidang. Buka puasa adalah ritual istimewa bagi kami yang 12 bersaudara. Hidangan panjang akan terbentang di lantai. Teh, kopi, es buah, dan berbagai makanan khas daerah pasti tersedia. Menu utama yang lezat seperti pindang patin, baung dan sesekali ayam, daging sapi selalu dinanti. Menjelang maghrib kami akan duduk melingkari hidangan. Si bungsu pasti di sebelah ibu yang selalu mengamankan hidangan dari serbuan kakak-kakakku. Tradisi "hidangan" tersebut perlahan hilang tatkala satu persatu kakak-kakak meninggalkan rumah.
Sholat maghrib selalu diimami bapak, biasanya di kamar bapak, karena biasanya tak banyak yang jadi makmum. Bapakpun maklum, karena ada yang masih berkutat dengan hidangan berbuka puasa. Saat ibu masih sehat, kami akan bersama-sama taraweh ke langgar dekat rumah. Berganti-ganti saja supaya semua langgar kebagian. Bapakpun kadang-kadang jadi imam dan selalu mendapat pesan "ayatnya pendek-pendek saja ya Pak". Layaknya anak sebaya, aku pun lebih banyak bermain-main di langgar, saat sholat maupun selesai sholat sambil menunggu bapak yang masih ngobrol dengan para tetua.

Sahur tak kalah dengan berbuka, tapi kami tidak memakai "hidangan". Cukup di meja makan, kan makannya bergantian. Sahur selalu dimulai jauh sebelum imsak. Setelah sahur masih ada teh, kopi, pempek, pisang goreng sebagai cemilan "anten-anten nunggu imsak". Biasanya bapak makan sambil mendengarkan ceramah agama dari radio. Seperti taraweh, subuh pun kami akan ke langgar dan aku baru pulang saat hari mulai terang setelah puas main dengan sebaya.

Puasa di rumah selalu membekas di hati. Saat ibu mulai sakit-sakitan, taraweh pun kami selenggarakan di rumah. Tetangga kiri kanan ikut sebagai jamaah. Rumah kami cukup menampung 20-30 jamaah. Taraweh di rumah selalu kunanti, karena saat itu si bungsu pasti jadi bilalnya. Membanggakan walaupun cadel hehehe.

Makin hari rumah makin sepi. Akupun sudah jauh dari rumah. Pulang puasa hanya sesekali saja, itupun tak bisa mengulang kenangan lama. Apalagi bapak ibu telah tiada, semakin tak ada yang tersisa, kecuali kenangan indah puasa bersama mereka.



***********************

Jauhar Rafid Yulianto, Direktorat Sistem Penganggaran


Ramadhan di Masa Kecilku


Bergembiralah menyambut bulan ramadhan. Ungkapan ini terasa tidak asing bagiku, karena seperti itu juga suasana yang aku rasakan setiap menjelang bulan ramadhan ketika aku masih kecil dulu, masih duduk di bangku sekolah dasar. Alasannya saja yang mungkin tidak sama. Ramadhan, bagi sebagian anak-anak seusiaku, berarti libur, tidak ada pekerjaan rumah, tidak harus belajar, dan bebas dari tugas-tugas sekolah lainnya selama waktu yang panjang, sepenuh selama bulan puasa ditambah beberapa hari setelah hari raya iedul fitri. Ramadhan betul-betul menjadi hiburan bagiku dan teman-temanku untuk sebuah kebebasan yang panjang.

Selama libur ramadhan, hampir sebagian besar waktuku,  aku habiskan beserta teman-teman bermain di masjid.  Masjid menjadi tempat yang ideal selama menahan rasa lapar dan haus yang waktu itu terasa sangat berat untuk anak seusiaku. Lantai dari keramik yang dingin menjadi tempat tidur favorit selepas shalat dhuhur. Tips berikutnya untuk mengatasi lapar dan haus yang berkepanjangan adalah “berwudhu” dengan seluruh rambut dan kepala dibasahi , yang kadang-kadang hampir membasahi seluruh bajuku. Jika ini masih belum memberi efek maksimal, pilihan selanjutnya adalah mandi. Hanya selama di bulan ramadhan lah, jadwal mandi menjadi berkali-kali lipat.  Kesemua ini dapat aku dan teman-temanku lakukan secara mudah selama di masjid.  Masjid membuat aku melewati beratnya puasa dengan lebih mudah.

Di minggu terakhir menjelang iedul fitri, ada tambahan kegiatanku selama ramadhan,  yaitu membantu ibu membuat kue lebaran. Selama membantu membuat kue lebaran, tentu bayangan-bayangan ramainya lebaran iedul fitri tidak bisa dihindari lagi. Baju baru, serunya pawai obor malam takbiran,  anjang sana-sini sehabis shalat ied, bisa mencicipi kue-kue lebaran di rumah-rumah tetangga kanan kiri, melengkapi keceriaan selama ramadhan dan iedul fitri. Aku jadi rindu ramadhan di masa kecilku.

Diari Saya: Kelahiran Yahya

Sebenarnya setiap saat Allah memberi 2 pilihan ketika disana seakan tidak ada lagi pilihan untuk dipilih; Sabar dan Tawakal
U.NAI-



---------------------------



Saat itu suamiku mungkin panik. Seingatku hari itu ia  bekerja tidak membawa uang cash yang cukup, atm pun tidak. Bagaimana harus dibayar biaya RS nanti?

Ternyata ia membawa segepok uang. Baru saja dibayar salah satu proyeknya, secara cash. Allahuakbar. Ya.. tidak segepok juga sih, tetapi sangat cukup untuk membayar biaya RS waktu itu. Aku menangis di pelukannya. Dokter Caroline tidak hanya mempertanyakan apa aku benar-benar hamil (lalu keguguran), ia juga mengatakan adanya kemungkinan kehamilan di luar kandungan yang harus di operasi kemudian apabila benar terjadi. Tidak sakit badanku, tetapi hatiku yang hancur. Aku sampai di rumah dengan banyak noda darah di terusan merah jambuku dan tatapan sedih keluarga. 


Alhamdulillah, mendung segera berganti cerah. Aku menerima kabar bahwa aku diterima di Kementerian Keuangan. Saat kutelepon ibuku, ia terharu bahagia. 


---------------------------



Sebelumnya, Mamah selalu mendorong untuk cek apa rahim sudah bersih atau ada sisa sehingga perlu di kuret. Baiklah, kami pun pergi ke dokter kandungan. Alhamdulillah. Dokter Mutia di Hermina Depok bilang, rahimku sudah ada isinya. Wah, surprise.. empat minggu usianya.

 Sebenarnya saat itu aku tidak sedang program. Aku menyadari mungkin aku memang terlalu bernafsu untuk cepat hamil. Ketika ia diambil, aku pun kemudian memasrahkan kondisi ini kepada Allah. Dan inilah hadiah dariNya atas kepasrahan itu. 



-------------------------


Hari-hari berlalu dengan kehamilan yang relatif mudah. 

Alhamdulillah.



Hingga masa Diklat Prajabatan pun datang. Aku menjelang tujuh bulan dan paling buncit diantara semua peserta di asrama. Berjalan kesana-kemari. Mengikuti jadwal yang cukup padat bersama kopassus dan rekan2 lain. Hampir setiap malam kakiku sakit dan tawaren (bengkak). 





Aku tidak tahu suamiku mengunjungiku saat aku sedang di lapangan yang jauh dari asrama. Ternyata ia sempat datang membawakanku daster dan keperluan lain. Di hari yang sama keberangkatannya ke Australia. Jauh-jauh mengendarai motor ke Parung untuk mengantar daster? Kadang aku menangis diam-diam karena rindu ingin pulang.



Alhamdulillah .. Diklat pun berakhir. aku lulus dengan nilai yang cukup baik. dan yang paling penting, aku bisa bersama keluargaku lagi, di rumah lagi.

Di usia kandungan tujuh bulan,



Inilah pertama kalinya aku merasakan mudik lebaran ke kampung suamiku. Rasanya unik sekali ketika perut bergoyang-goyang di toilet kereta. Kok perut seperti mau lepas gini?
Di Kudus tempat suamiku banyak yang bertanya, "piro sasi?". Akhirnya.. aku dapat kosakata baru.  Ternyata itu artinya "berapa bulan?". Memang tidak banyak yang aku pahami saat orang orang bercakap di sana. Aku kan, ngga bisa ngomong Jawa! 

-----------------------------

 Hampir lahiran..sedikit lagi..


Akhirnya masa cuti datang. Lelah juga naik commuter juanda - ui. Kadang ada yang bersuara sinis pada ibu hamil berkereta sepertiku. Aku diam saja.

 Geli juga aku kalau ingat masa hamil dulu. Masih tetap rebutan masuk kereta dengan perut buncit. Kadang aku paling depan pintu dan nempel di jendela pintu kereta. Hehe.. gemas sekaligus miris. 

Kalau pulang kerja paling bingung solat di  mana. Kadang turun dulu di stasiun pasar Minggu untuk dapat magrib, kadang di UI..kadang di rumah..pokoknya lelah syekali..hohoho, Alhamdulillah Allah menguatkan.


------------------------------



Menjelang kelahiran

Gerah sekali rasanya ya. Dan ingin cepat-cepat berojol. Hehehe. Masa yang mendebarkan saat menunggu flek kelahiran datang.

Sampai kemudian flek datang dan bukaan pun sudah ada. aku kemudian menginap di klinik bidan. Aku memang ingin melahirkan di bidan saja. Di kamar klinik aku mondar mandir terus agar bukaan cepat bertambah.

Tetapi yang paling tidak terlupakan adalah suakit yang teramat semalaman sebelum anakku lahir. Pasalnya, setelah ada bukaan, mulasku tidak baik. hanya gini gini saja. bukaan pun lama nambahnya. jam sembilan malam hari kamis, bidan pun memberikan opsi induksi agar bukaannya cepat. kalau ini tidak berhasil, nampaknya akan diminta sesar! Baiklah, aku setuju saja. Tidak ada pilihan lain yang aku pahami..
Aku pun dipindah ke ruang bersalin. Infus induksi mulai dipasang. Seingatku saat itu bukaan lima. Haduh Gusti.. Rasanya saat induksi sudah jalan itu.. seperti perutku disayat-sayat saja, berjam jam pula ini terjadi. Lama lama gemes kesakitan...
"Allah Allah..sakit bi..sakit bi..." Berpegangan erat dengan suamiku. Ia hanya menatapku erat, berusaha menguatkan. Ia tidak banyak bicara namun ia seperti mengerti aku hanya ingin didengar. Bahwa ini begitu sakit. Kadang aku tertidur sejenak di antara mulas yang datang. Kelelahan.



-----------------------------
Yahya, nama yang kami dapat dari Qur’an yang mulia, dalam surah Maryam yang menggetarkan hati: 


#Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar 
gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak 
yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum 
pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. 
… 
#Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan 
sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya 
hikmah selagi ia masih kanak-kanak, 
dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi 
Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah 
seorang yang bertakwa, 
dan seorang yang berbakti kepada kedua orang 
tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi 
durhaka. 
#Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan 
dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia 
dibangkitkan hidup kembali. 



Alhamdulillah ya Allah...bukaan sepuluh pun datang dan aku telah berusaha mengejan tapi anakku tidak keluar keluar. mengejan saja sampai satu setengah jam. masyaAllah...
Aku pun tidak mengerti. Semalaman tidak makan dan kesakitan, tenagaku masih ada juga. pukul enam pagi, keluar juga anakku lewat persalinan normal. September 19, Jumat pagi dengan berat 3,6 kilogram dan rambutnya itu..masyaAllah..hitam dan lebat. Tapi kemudian ibuku bilang, "ikhlasin aja ya.."

Yahya rupanya dalam bahaya. Tidak menangis, pun setelah dipukul-pukul bidan dan diberi oksigen. Nafasnya hanya sedikit sekali. Lama-lama ia membiru.


Suamiku segera pergi menuju RS bersama anakku dan seorang bidan. Aku dijahit dua jam kemudian, sepi sekali di tempat bidan.

 habis melahirkan, tapi anakku dibawa pergi dari sisiku. 


--------------------------------



RS pertama menolak anakku. Tidak ada fasilitas. Di RS kedua, anakku segera dibawa ke Neonatal ICU (NICU). 




--------------------------------



Lima puluhan jam setelah melahirkan, akhirnya aku melihat anakku di kotak kaca di NICU. Matanya ditutup, rambutnya banyak, dan badannya kelihatan gemuk dan sehat. Allah! sakit apa anakku...



--------------------------------



Leukosit yang terlampau tinggi, disusul kondisinya yang jaundice (kuning) membuat Yahya harus menginap di RS. Nampaknya ia keracunan ketuban karena terlalu lama di jalan lahir. Drama pemberian ASI pun terjadi. aku berusaha memompa seberapapun, ketika kolostrum masih ada aku wadahi sendok dan kuminta suster memberikannya. Masih kuingat hanya dua sendok yang bisa masuk ke Yahya. Setelah itu, dilarang. 

Alhamdulillah.. setelah sepuluh hari, anakku pun akhirnya  kembali ke rumah. 


--------------------------------




Saat ini sudah dua tahun delapan bulan umur anakku. 

Ia benar menjadi penyejuk mata kami, tidak hanya aku dan suamiku, namun keluarga besar kami. 



Alhamdulillah.




Jakarta, 23 Mei 2017

The Plant of Immortality






The plant of immortality or the plant of wonders refers to a plant the image of which was on the stone in the Egypt era, six thousand years ago. It is a plant name that is found in Ebers Papyrus (Egyptian medical record in The 16th Century BC) which today is widely known as Aloe Vera. The plant originally comes from Africa and Mediterranian. Aloe itself ia a genus  containing more than five hundreds flowering succulent species. Aloe Vera has been used for centuries and it is cultivated worldwide to crop the gel even the leaf is said beneficial too. Aloe Vera is used for many purposes such as food, cosmetic, supplement, herbal medicine, etc. 

Even though the benefits of Aloe Vera are said endless, not all of them are backed up strongly with scientific research. Some studies prove the use of Aloe Vera to fight cavities, help diabetic-induced foto ulcer, potentially protect skin from UVB and be a good source of antioxidants. It is also proved that patient treated with Aloe Vera is remarkably healed earlier than those who are treated with 1% ssd in the wound burn case.

Beside those scientific research,  so many uses of Aloe Vera are well known, such as for hair loss cure, skin beautifier, constipation treatment, and even i consume it to calm my gastric. Aloe Vera is found as anti inflammation and it penetrate skin even faster than water, hence aloe vera is also suggested to cure itches, stings, burns, etc. It is also believed that using Aloe Vera internally and externally give benefits to the body. 

However, please be careful when you consume Aloe Vera due to its laxative trait. Also be careful for those who interested to have it internally but having kidney problem. 

References:
https://nccih.nih.gov/health/aloevera
http://www.medicalnewstoday.com/articles/265800.php
http://herbandspices.weebly.com/lidah-buaya--aloe-vera.html
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/10/inilah-manfaat-lidah-buaya-yang-harus-anda-ketahui

Jam Kentang


Jam Kentang


#kisah ini adalah lanjutan dari artikel di bukannotadinas.com berjudul

Wir gehen zusammen ein Kaufen dan
Sebuah Sesi

---------


Meyr membuka tasnya dan segera menemukan kartu nama

Meryam Taqiyya, CFC
Financial Consultant
+62 812 111 2355

Diberikannya kartu itu kepada Ray sambil tersenyum.
"Ray, please keep it for yourself." Meyr berguyon tapi Ray tidak paham.
Ray diam diam jadi merasa tersanjung. Meyr sudah pasti menarik hatinya, walaupun ia sudah punya Ara. Dipandangnya gadis semi bule itu hampir tanpa kedip.

Meyr tidak peduli. ia pun berlalu agak cepat. Meyr ingin segera menemui ayah dan membalas ledekannya.


Di lift ia bertemu Ibu Direktur. Ia sudah cukup akrab dengan Ibu Direktur karena kantornya sudah beberapa kali menjadi konsultan pasar keuangan di sana.

Ibu terlihat menawan dengan batik  kuningnya. Rambutnya di-blow seperti biasa, tidak lupa hairspray agar tak terlihat berantakan.
"Hay, Meyr.."
"Oh. Halo Ibu..good afternoon. Apa kabar?"
"Baik..habis ngajar?"
"Iya, tapi bukan sesi di kelas. Saya mengajar untuk Ray.
Sesi kelas saya sudah selesai, pekan lalu Ibu"
"Oh..iya ya. saya baru pulang dari luar kota jadi lupa update soal ini. So you jadi trainer privat buat Ray..?"
"Ya.. tapi ya..karena ia agak memaksa.."
"Ha-ha-ha.."
"Dan ia merasa butuh asistensi lebih."
"Oh.. yaa..
Baiklah.."
"Bu, maaf saya duluan ya. Have a good day Ibu."
Meyr keluar lift saat sudah sampai lantai dasar.
"Ok Meyr. You too"

Meyr baru saja ingin membuka pintu mobil saat teleponnya berdering.

"Dad.."
"Meyr...ini ayah..Ayah harus balik ke Berlin ya Meyr. So sorry for this, you can manage yourself well right?"
"Dad..i am gonna miss you. "
" Me too Meyr. Love you so much"
" Ok dad..."

Ia membuka pintu mobil, tapi dengan semangat yang berbeda.

Meyr menyetir dengan bayang bayang Berlin di pikirannya. Berlin yang elegan, dingin, kadang terasa angkuh baginya. Berlin memberinya kenangan pahit atas kehilangan ibu. Ibu yang selalu disisinya, memeluknya erat dan penuh kasih sayang. "Dimana ibu, dimana ibu...", ia ingat bagaimana ia meraung raung di kamar karena ibu tak ditemukannya di manapun. Ayah bilang, ibu telah pergi lebih dulu.

Airmatanya jatuh tanpa diminta. Sejak hari itu dunia terasa berbeda. Ia begitu kehilangan ibu, dan selalu rindu ayah. Hanya ayah pelampiasan cintanya, sebab Berlin tak menyisakan keluarga lain. Berlin terlalu mencekam bagi meyr kecil. Meyr yang terlihat baik saja namun penuh luka di dalam hatinya.


Sementara itu di ruang tunggu bandara di waktu yang sama, ayah Meyr sedang pusing. Barang impornya hilang sudah dua kali ini. Barang hilang itu sudah berganti kentang. Ya. Jam tangan ratusan buah raib dan hanya ada kentang.

"Siapa yang melakukannya?"
Pikirannya mencoba menganalisis tapi ia merasa buntu. Keinginan melihat Brett akhir akhir ini sering menghampirinya. Ia sebetulnya rindu anak itu, tapi saat ini tidak ada yg bisa dilakukan selain pasrah pada keadaan.


....





Sebuah Sesi

A Session


---------------
Cerita ini adalah sambungan dari kisah Meyr sebelumnya di blog bukannotadinas.com berjudul "Wir gehen zusammen ein Kaufen"

----------------


"Tentukan dulu berapa yield yang kamu mau, lalu cut off all bids over that limit. So you manage your own estimate. Thats why we call it owners estimate.

After that, check your spread. Spread is the difference between highest yield and the average yield. You could say, its the gap between the outlier with the common yield. We usually cut off any bids point that offers too much spread."

"How much is too much?"

"Its about two digits."

But dont forget that you also have another limit. One is regulation. For example, you want a tranche hanya dimenangkan 3 trillion. So even though you have a great quality bid offer, still you have to take only on that amount.

"Ya.. "

Meyr nampak anggun sekali dalam keseriusannya. Ia masih seperti meyr yang dulu, cantik dan cerdas. Dua padanan yang memikat.

"After that..."

"Wait miss..im sorry.. i am having a call.."

"Oh yeah..thats all fine..take your time"

Meyr melihat sekeliling. Kubikal yang mirip dengan kantor lama tempatnya bekerja. Separuh dindingnya adalah kaca, dengan bagian depan ada dinding yang sengaja tidak dipenuhi karena digunakan untuk orang keluar masuk.

Ia membuka handphonenya. Mencari cari  nama ayah di whatssapnya


"Der Hahn ist tot,
der Hahn ist tot,
Der Hahn ist tot,
der Hahn ist tot,
Er kann nicht mehr krรคh'n, kokodi, kokoda,
Er kann nicht mehr krรคh'n, kokodi, kokoda.
Kokokokokokokokodi, kokoda"


Ayah meledeknya di pesan terakhir.
Lagu itu lagu soal ayam mati.
"oh may goodness".
Ayah biasa menyanyikannya dulu sekali ketika ia bahkan belum sekolah. Hatinya tiba tiba menghangat, penuh rasa cinta. Rasa yang tidak ingin ia lepas..sampai suara Ray mengagetkannya.


"Miss...saya disuruh wakilin rapat..mendadak..."

"Ouch.."

"Gimana ya miss?"

"Ok..no problem Ray. Saya akan dtg lusa sesuai jadwal. Tapi hari ini berarti jatah belajarmu hangus sekitar 40 menit", ujar meyr sambil melihat Rado ditangannya.

"Eh..iya miss..maaf ya soalnya tiba tiba.."

"Keine Probleme, Ray..ok then..see ya"
Meyr membereskan tasnya dan beranjak pergi.

"Miss, sy boleh minta nomer hape?"

"Uhm, should you?"


...




Chiang Kai Sek Tanggal Delapan


"Kita menikah tanggal delapan saja bagaimana?"
Yang ditanya menjawab dengan semi melotot. Bagaimana tidak, tanggal delapan kan tiga hari lagi.
"Buru buru sekali, a’? gajadi minggu depan?

“lebih cepat kan lebih baik, neng..”
“Aa nanti gimana kuliahnya?”
“gak apa apa aa mah...neng siap siap ya..”

Dedeh, TKW asal bumi pasundan itu bengong. Ia baru kenal A’ Rudi sebulan lalu. A Rudi bilang, ia sedang kuliah di sini.
Teringat lagi percakapan dengan abah semalam.
“Neng, si Aa teh single?”
“iya bah...istrinya kasian bah, udah meninggal”
“Bener neng?”
“iya Bah...”
“Neng kenal dimana?”
“di deket rumah majikan neng, Bah...”
“Kenapa ga cari perjaka aja atuh, neng?”

Yang diajak bicara diam saja.
A Rudi ga begitu ganteng, ga kaya juga. Tapi nyaman banget kalo ngobrol sama a' Rudi...
“Neng jadi bingung bah..”
“A rudi nanti beliin neng tiket bah buat naek pesawat ke indonesia, buat nikah di rumah..”
“Ngga ada resepsi neng?”
“Kata a' Rudi sih, nanti saja menyusul..”

Siang itu pemandangan di Chiang Kai Sek begitu indah.Banyak orang berlalu lalang. Nampaknya hanya Neng yang galau di sana..
“Baru juga semalam menelepon abah mau nikah minggu depan.. masa nelepon lagi bilang mau nikah tanggal delapan?”
“Neng, neng tau ga kenapa aa ajak neng kesini?
“engga tau, a'... neng mah selama kerja setahun di sini blm pernah jalan jalan.. males a'..”
“ya.. sekali kali mah jalan neng biar pikiran lebih enteng habis kerja kan penat ..”
“Iya a...”
“Ini monumen dibangun taun 1976 neng...udah tua kan.. buat memperingati presiden CKS ..keren bentuk dan sejarahnya neng..luasnya tuh gede banget loh neng, sekitar 240.000 meter persegi ni areanya”
“CKS teh naon?”
“Chiang Kai Sek..
"udah gitu, ini perlambang Taiwan menuju era demokrasi modern gitu lho neng.."
"ooh..iya a'.."





"Liat neng, atapnya..tuh..”
Atapnya bentuk oktagonal,alias segidelapan.. neng tau ga kenapa?”
“Aduh a'.. neng mah gatau apa apa...”
“karena itu simbol kepercayaan neng... angka keberuntungan!”
“Ih...pantesan aa milih tanggal delapan yak?”

“hehe... engga juga sih, neng.. aa ga percaya gituan... aa percayanya sama neng..”
“Gombaal iih....” neng manja mencubit punggung tangan a' Rudi.
Hati neng seneng banget. 
Emang enak sih, ngobrol sama a' Rudi... 


----------------------------------------------------------------------------------

Trit trit...trit trit...
Neng mengucek matanya
Tengah malam siapa yang kirim pesan ya..pikirnya

“lusa ke CKS lagi ya.. jam sepuluh pagi”
“Hah? A rudi ngapain ngajak kesana lagi sih...”


Kan kemaren udah atuh a'..
Dipencetnya tombol kirim
Trit trit...
“Ada hal penting yang harus dibicarakan..”
“Iya a'...”
Neng masih ngantuk jadi ia segera menutup matanya kembali. A Rudi ada ada aja ah... pikirnya



---------------------------------------------------------

Tanggal Delapan @CKS Memorial Hall

“Neng udah di sini A.. neng udh packing juga jadi nanti dari sini kita langsung ke bandara kan?"whatssapnya kepada A Rudi

trit trit...

"Sebentar lagi sampai..."
Neng bosan menunggu. Ia memainkan kukunya yang dikutek merah. Khusus hari itu karena nanti sore di indonesia neng akan menikah.  
“Anehhh.. a rudi mah... udah mau nikah masih aja ketemuan dulu...”
Neng merasa ada yang mencolek bahunya

“PLAAKKKK”

“Aduh.....sakiitt....” dielusnya pipinya sendiri

Neng mau melotot aja rasanya. Siapa sih orang ini? Pikir Neng.

Belum sempat ia memaki, ia sudah lebih dulu disemprot.

“Mau nikah diem diem sama suami saya ya?”

Mulut neng menganga.

Neng rasanya seperti kejepret karet gelang aja, a'.
Pedih.

Diari saya: Menjadi Ibu Baru, Mencari Tahu Tantrum




Menjadi Ibu, bagi saya.. 



Saya tidak tahu perasaan ini begitu indah. Ketika anak saya hanya mau berada di pelukan saya. Saya merasa begitu dibutuhkan. Saya merasa ia begitu ingin bersama saya. 


Tapi. Itu..hanya..sebagian..kecil..kisahnya..


-------------------------


"Ama akung ajaa.. huaaaaa.....Ama akung aja..  huaaaaa"
Jeritnya di kasur saat saya mau mengipasinya yang hendak minum susu.

"Akung ga adaaa...."

"Huaaaaa"

Saya pergi keluar kamar dan tiduran di kamar mamah saya. Sebenernya saya kesel. Kzl.
Eh tangisnya mereda sendiri.

MasyaAllah jadi ibu harus sabar sabar ...

Anak saya sekarang lagi lucu lucunya, sodara sodara..
Kecuali kalau lagi tantrum.

Dan ia sekarang kadang mempersenjatai diri dengan tangisan. Ndak diturutin..nangis.. apa apa salah ga sesuai keinginannya...nangis..

"Ayo mandi sayang.."
"Engga sayang.."

"Dek, bunda solat dulu ya"
"Engga dulu ya"

"Siapa tuhanmu?"
Jawabnya entah apa ngga bener.. T.T

Saya pernah ke kabur ninggalin ia solat magrib.. secara waktunya terbatas Khan..
Jadilah anak saya nangis kenceng..
Astagfirullah.

Tadi pagi saya ngejar ngejar waktu ngasih makan cornflake plus susu..
Itu sih, emang biasa... makan sambil kabur kaburan
Agak siangan.. saya ajak ke supermarket.. 
Sepanjang muter supermarket dipegang terus crayon yg saya belikan. 
Sampai kasir..teteup dipegang erat.
Saya minta.. engga dikasih
Saya udah bilang

" sebentar doang.. ntar dikasih Aya lagi..mau discan sama mbanya.."

"Kan harus dibayar dulu..."

Pokoknya lama..ga dikasih. Titik. 

Saya akhirnya agak paksa kan kasian mbaknya nunggu drtd..
dan ga sampe semenit udah sy balikin.

"Pluuukkk . ..."
Dilempar tu crayon ke lantai..

Saya ambil sy kasih lagi
Alhamdulillah siy, terus mau dipegang lagi..

Tapi ga lupa juga, kalau
Kadang saya juga terharu ..
Saya ajak solat walaupun ga tertib tapi tiba tiba sujud di sajadahnya di sisi saya.

 Lucu..

Kadang saya ajak ngaji diikutin juga bagian ujung ujung ayatnya..

Lucu
Kadang saya ajarin sesuatu dan ia merekamnya.. seperti konsep adik kakak kucing..
Emak bapak kucing..

Lucu

"Aya Aek Awa..(Aya naik pesawat)"
Waa...
"Awa nya ga Ica ebang (pesawatnya gbs terbang"
Ternyata main bantal guling dijadiin pesawat
๐Ÿ˜‚
Khan maen lucunya...

Dan tadi siang saya sampai agak serak mengaji untuknya
Karena biasanya dingajiin lalu ngantuk
Ini dingajiin malah diri di kasur mainan boneka guguk..

Lu..cu. . Ju..ga..hiks.

Dan ini baru saja terjadi..


"Ga tidur tidur...Sama bunda ya?"
"Iyak..pake empes (pempers)"
"Kan mau tidur bukan mau main.."
Saya mulai ngajiin..
"Huk huks.. 

Huaaaaa....Ama akung ajaaaa..."

"Iya bunda panggil duluu"
@almost 10 pm

Lu..cu..Khan........


Abis itu saya googling-googling...(telat yak?) soal tantrum, dan inilah ringkasannya:



Kalo saya rangkum dari beberapa tulisan di keluargakita.com, tantrum adalah ekspresi emosi intens anak usia 1,5 sd 3 tahun yg normal..yg ditunjukkan dg marah, membanting barang, menendang, menangis..dll. Penyebabnya adalah ...jreng jreng..
1) sakit atau kondisi fisik anak misalnya lapar, haus, dan ngantuk..
2) kondisi emosi anak..karena anak itu memang memiliki kondisi emosional yg berbeda
3) kondisi emosi orang tua..misal orang tua yg marah saat menghadapi anak yang marah, menjerit saat anak menjerit..ini membuat tantrum semakin menjadi jadi. Selain itu, respon orang tua yg tidak konsisten, misal menerapkan aturan yg berbeda kepada anak..akan membuat tantrum semakin menjadi.
4) adanya konflik..misal mainannya direbut teman..



Tantrum sendiri ada beberapa jenis..

dan rata rata waktu tantrum adalah sebelas menit..

Jadee.. kalo kelamaan konon sudah harus dikhawatirkan yaa (lebih dari 25 menit)..selain itu juga patut khawatir bila frekuensinya terlalu sering (lebih dari 10 kali dalam sehari atau dalam satu kurun waktu).
Demikian pula kalau tantrumnya sudah cenderung merusak (10 kali merusak barang dari 20 kali tantrum)..baik merusak barang, melukai orang lain, dan diri sendiri..
Laluuu...

Bagaimana mencegahnya??

How howw




Bagaimana orang tua mencegah atau mengatasi tantrum/power struggle?
1) bersepakat dengan anak tentang aturan yang jelas dan konsisten, serta tidak memberikan peringatan/ mengancam yg gak masuk akal. Kalo ga masuk akal anak lama lama ngga percaya lagi sama orang tuanya
2) konsisten menjalankan rutinitas agar anak paham apa yg dapat dan tidak dapat dilakukan
3) mengantisipasi dan mencari sumber masalahnya
Misal kalau anak suka tantrum kalau lapar, maka jangan biarkan ia sampe kelaparan xD
4) mau mendengar anak / empati
5) membiarkan anak memilih/ memberi pilihan (yg masuk akal) untuk melatih anak memiliki kontrol atas dirinya
6) mengelola emosi orang tua
7) beri waktu anak untuk mengelola emosi dan beri orang tua waktu juga untuk mengelola emosinya
8) menaruh ekspektasi yg masuk akal pada anak, sesuai kemampuannya.
Yaak..demikianlah begitulah begonolah ringkasan yg saya dapat dari keluargakita.com
Tentunya pas dijalani ga semudah itu yaaa....tapi kalau didiamkan juga bukan pilihan bijaksini khan..

Semangat..

Paling gak, semangat dan niat aja dulu
Niat buat mendidik anak dg versi terbaik kita..
dalam rangka mencari ridho Ilahi 

Hmpph....
Bismillah.


Wir gehen zusammen ein Kaufen




“Ich mochte..”
Bruukkkkk........
“Meyr! Meyr...! whats’s happening??”
Lelaki paruh baya itu membopong tubuh Meyr yang terkulai di lantai. 



Bau obat semerbak di rumah sakit. Ayah Meyr nampak khawatir dan terus menatap gadis kecil berambut cokelat itu.

“She’s just fine, less than one hour she will be just awake. She just needs a rest”
 
“Meyr was learning when i found her drop suddenly”

“O...alright...what she’s taking? Math?”

Dokter Richard nyengir berusaha membuat ayah Meyr tersenyum. Yang dibecandai tetap serius dalam pikirannya yang rumit

“Sie brache die Glass in die Schule..two days ago”

“uh... that sweety girl? 

Dokter tidak percaya bahwa Meyr baru saja membuat onar, gurunya melapor bahwa ia memecahkan kaca sekolah. Ayah segera datang tapi Meyr hanya menangis dan memeluknya.

“Dad...”

Dokter melirik ke arah tempat tidur, diikuti ayah yang terlihat cemas. Dengan segera Ayah Meyr mendekat ke tempat tidur. 

“Meine Tochter.. are you okay?”

“Ja...
Ich entschuldige mich ..Ich bin unartig..”

“Nope... nothing to forgive. I love you, Meyr..”

“I study hard, Dad..”

“I know...”

Meyr melihat sekeliling. Hanya ada ayah dan dokter yang keliatan baik di ujung ruangan.

“i want to buy a ticket...they say me crazy”

“Ticket what, Meyr?”


“uuhm...
A ticket to ride a train..
To meet you in office, so we can play...”

Ayah menatap Meyr. Lekat lekat seperti tak mau kehilangan kejujuran itu.

“Meyr..
I work...hard enough to buy you a good living..das ist fur dich”

Meyr merasakan rambut halusnya diusap halus oleh Ayah. Ia suka sekali.


“I miss you, Dad...”

“You broke the glass because your friend say youre crazy to buy a ticket?”

“No..”

What’s for then?”


Meyr mulai terisak. Dokter Richard memandang dari mejanya. Sepertinya ia turut prihatin. 

“To make you come to school.. so we can meet..

I miss you, Dad..”

“Oh my..warum, Meyr?”

“Since Mom passed away.. i always feel lonely..
And the thing i remember is
The moment we go together. 


"Wir gehen zusammen ein Kaufen”



Ayah memeluk Meyr erat. Seakan-akan...ia tak mau melepasnya lagi. 


Kami sekarang tinggal di Charlottenburg, di dekat Schloss Charlottenburg (istana terbesar di Berlin), sebuah  wilayah pemukiman yang tenang. Sebenarnya ada banyak playground di Berlin, namun playground terbaik Meyr dan anak anak lain mungkin sebenarnya adalah ditengah tengah hangatnya keluarga.

Diari Saya: Menjadi Istri Dosen


Bismillah..semoga menghibur, syukur-syukur mendapat inspirasi.. hoho


Another day has passed and it won't come back forever..
Spend today with an intention to do good thing..


Sebuah dinding di Budapest
Dipotret oleh Abi saat sedang pergi menghadiri 5th IEEE International Symposium on Computational Intelligence and Informatics, 2014


Alhamdulillah,

Ini adalah tahun ketiga suami saya pergi merantau ke negeri orang.
Untuk sekolah.

Ia pergi bukan karena bosan dengan saya, (yakin??), bukan pula mencari rupiah atau tabungan dolar. Ia pergi karena ia "harus" pergi. 

--------------------------

Menjadi dosen baru di kampus kuning, bukan hal yang mudah ternyata. Paling tidak itu impresi saya setelah mendengar banyak kisahnya. Lulusan master tidak menjamin segalanya mudah. Lulusan master seperti tidak begitu berarti di sana, sebab rekan-rekannya banyak yang  doktor dan bahkan profesor. Menjadi peneliti pada proyek riset pun, nampaknya tidak bisa menjadi kepala penelitinya. Intinya, berkarir menjadi dosen, berarti siap untuk berjuang meraih pendidikan setinggi mungkin, salah satunya demi karir yang lebih baik. Mungkin itu kenapa ia diminta pergi.


Omong-omong soal pendidikan, saya jadi ingat sesuatu nih, jadi setelah kami mencetak undangan pernikahan sekitar tiga setengah tahun lalu, ia cukup banyak mencetak nama-nama profesor di label nama untuk ditempel di undangan.
 “lha.. banyak profesor yang diundang..”
Saya pun pernah dengar teman saya berkata kira-kira begini,
”suami loe yang gelarnya panjang itu kan...”
Dan saya memang dengar macam macam komentar soal tiga gelar suami saya di undangan kami dulu.. #kenapa jadi bahas undangan?
Begitulah, kesannya saya nikah dengan nerd saja..

Setelah bergabung menjadi pengajar di kampus kuning, ia dan beberapa rekannya sesama dosen baru "diminta" melanjutkan sekolah. Akhirnya suami saya menerima pinangan profesornya saat S2 dulu di Taipei untuk melanjutkan kuliah di sana. Ia melamar beasiswa dari Pemerintah Taiwan dan memilih National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) sebagai kampusnya. Abi, panggilan saya untuknya, ditawarin bisa lulus lebih cepat oleh Profnya di sana. Ia yang sebenarnya ingin selalu bersama kami pun berminat sekali setelah mendengar iming iming "cepat" yang ditawarkan. Selain itu, memang tema riset di bidangnya katanya bagus di kampus itu. Saya sih, buta soal itu. Yang saya tahu, ia akan pergi lama, meninggalkan saya. Namun keterpaksaan, kepasrahan keyakinan atas kekuatan motivasinya dan kelurusan niatnya, membuat saya sadar.. sia sia menahannya di sini. Abi pun kemudian pergi setelah setahun bekerja di UI, ketika bayi kami berusia satu bulan.


  
101  Tower, Taipei.

Gedung ini menjadi gedung pencakar langit tertinggi di dunia pada tahun 2004, sebelum digusur oleh Burj Khalifa di Dubai tahun 2009. Pada 2011, 101 Tower dianugerahi LEED sertifikasi platinum dan menjadi green building tertinggi dan terbesar di dunia. 101 juga dahulu memiliki elevator tercepat di dunia. Kecepatannya mencapai 60,6 km/ jam sebelum kemudian predikat tersebut digantikan oleh Shanghai Tower di tahun 2016 (sumber: wikipedia)

Suami saya memang bercita cita menjadi dosen di UI. Spesifik, mengajar, dan spesifik lagi, di UI. Rekan rekan seangkatannya di elektro dulu tidak ada, ya, hanya satu setau saya, yang bersamanya menjadi pasukan garda terdepan pendidikan tinggi di almamaternya.Maafkan bahasa saya yang lebai..hehe. Teman temannya sepengetahuan saya banyak bekerja di industri. Kalau tidak telekomunikasi, ya migas. Begitulah, tidak heran teman temannya nampak cepat sukses. Paling tidak, bekerja dengan gaji yang relatif bagus. Kalau tidak dengan keyakinannya yang besar atas profesi ini, bagaimana ia dapat bertahan dan menahan diri tidak bekerja di industri saja. Ia masih setia dalam cita cita ini. Allah-lah yang menguatkannya dengan keyakinan bahwa menjadi dosen adalah pekerjaan yang sangat mulia dan sangat besar investasinya di masa datang. Bayangkan, seorang dosen (bayangkan saja semua guru) mengajar murid-muridnya, yang dengan ilmu itu kemudian, muridnya menjadi lulus ujian dan bisa mengantongi ijazah dan ilmu. Ijazah dan ilmu ini, meskipun bukan secara materiilnya, dibawa kemana-mana untuk syarat mendapat pekerjaan atau untuk membuka usaha. Dari pekerjaan itu, ia menafkahi diri dan keluarganya, ia beramal, ia bersedekah, ia menyumbang masjid.. subhanallah...




IEEE International Conference on Communications (ICC), 2014

Namun ternyata, menjadi (istri) dosen tak semudah mencari gelar lalu mengajar. Sebagaimana kita tahu adanya tri dharma perguruan tinggi:
1.      Pendidikan
2.      Penelitian
3.      Pengabdian kepada Masyarakat
Artinya apa? Artinya... kerjaan suami saya ngga semata ngajar sekarang dan nanti, namun juga ada penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.......... #jegerrrr
Nah, mungkin terkait dengan salah satu tri dharma perguruan tinggi itu pula, ketika di rumah, ia sering sekali duduk anteng di depan laptopnya. Ngapain? mengerjakan paper, riset, kerjaan kampus.. apa saja.. dan alhamdulillah semuanya positif dan hampir semuanya bau rumus dan kata-kata. Pernah saya tidur dan bangun di tengah malam, eh Abi masih di depan laptopnya..
Saat ini ia sudah menulis sekitar dua puluh paper, dan salah satunya diberikan apresiasi oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui program penghargaan atas karya ilmiah. Lumayan duitnya, cin.. bakal beli susu ama pempes..
Selain mengajar, memang ia bilang kalau mau jadi profesor harus mencapai angka kredit tertentu. Angka ini dipenuhi dari menulis buku, mengajar, membuat tulisan di proceeding, di jurnal, dan mungkin banyak lainnya yang kurang saya pahami. Oleh sebab itu, ia berusaha terus menulis.. menulis..dan menulis. Semangat Abi chan....karena ada bonus juga kalau papernya diterima jadi bisa jalan-jalan, walaupun jalannya ke tempat simposium atau konferensnya, :D







view from sydney bridge. susah banget mo motret long exposure, soalnya jembatannya bereaksi thd mobil yg lewat, alias geter”, kata Abi




Budapest, 2014

  


            Chinese traditional carved fence, Taipei


(mungkin bersambung...)




Semua foto oleh: Abi Yahya