Menjemput Cinta (Bagian Ketiga)

Senja menyapa dengan sentuhan warnanya yang menarik pandangan siapapun yang menatapnya. Udara semakin dingin menyelimuti desa, seiring perlahan menghilangnya sang surya menuju peraduannya.

Pulang dari shalat Maghrib berjamaah di masjid, Bram bergabung dengan Ibu dan adiknya di ruang makan. Ia memimpin doa, lalu mempersilahkan Ibu untuk menyendok nasi dan lauk pauk terlebih dahulu. Disela-sela makan malam, Bram membuka percakapan. Ia menceritakan tentang pertemuannya dengan Kinasih di toko hingga ada perasaan aneh yang terus mengusiknya akhir-akhir ini.

Bagi Bram, Ibu dan Ratih adalah dua makhluk Tuhan yang paling ia sayangi dan ia percayai untuk mencurahkan isi hati. Oleh karena itu, apapun yang Bram alami dan rasakan, ia tidak segan untuk bercerita dan meminta pendapat mereka.

Ibu dan Ratih menyimak cerita Bram dengan seksama. Selesai bercerita, Bram meminta pendapat sang Ibu terlebih dahulu. Ibu yang sejak awal menyimak, mengetahui apa yang putera kesayangannya rasakan saat ini.

"Apa kamu sudah mengenalnya, Bram?".

"Belum, Bu, Bram belum berkenalan. Tapi Bram sudah mengetahui namanya dari Mas Yuda ~ pegawai senior Bram" jawab Bram.

"Siapa nama perempuan itu, Bram"

"Kinasih, Bu" dengan raut wajah malu.

"Kalau sudah yakin perempuan itu sesuai dengan kriteria yang kamu inginkan, ada baiknya kamu mulai memperkenalkan diri, lalu mencari tahu tentang dirinya termasuk keluarganya, Bram".

"Baik, Bu, Insya Allah besok Bram akan bertanya kepada Mas Yuda"

Adzan Isya terdengar dari kejauhan, Bram segera pamit kepada Ibu dan Ratih.

Bram adalah sosok pemuda yang pemalu. Wajah tampan yang Tuhan anugerahkan kepadanya tidak lantas membuat dirinya sombong. Ia sering menjadi bahan perbincangan para gadis di desanya. Entah sudah berapa banyak orang tua para gadis di desanya tersebut yang berusaha menjodohkan anaknya dengan Bram.

Keesokan harinya, seperti biasa pagi itu Bram mengantar Ratih ke sekolah lalu meluncur ke toko. Sebuah rencana sudah ia susun. Bram akan mencari informasi tentang sosok Kinasih kepada Mas Yuda. Tiba di toko, sebagian pegawainya terlihat sibuk merapihkan barang dagangan. Demi melihat mas Yuda yang sedang membersihkan lemari kaca, Bram pun menghampirinya. Kemudian setelah menyapa, Bram mengajak Mas Yuda ke ruang kecil yang digunakan untuk istirahat para pegawainya. Di ruang itulah beberapa pertanyaan tentang sosok Kinasih pun terlontar dari mulutnya. Termasuk keinginannya untuk berkenalan dengan Kinasih.

Mendengar pertanyaan dan keinginan yang disampaikan oleh Bram, Mas Yuda yang pada saat itu sebetulnya telah mengetahui perihal tentang Kinasih, menyampaikan informasi yang ia ketahui. 

Bram yang dilanda asmara, menerima kabar bahwa Kinasih telah dilamar oleh seorang pria yang berprofesi sebagai guru.

Mendengar kabar demikian, seketika Bram tertunduk, bibirnya tertutup, dan pandangan matanya sayup. Terlihat rona kesedihan di wajahnya. Ibarat mendung yang datang tiba-tiba, seperti itulah perumpamaan suasana hati Bram saat itu.

Demi melihat perubahan raut wajah Bram, timbul rasa empati di hati Mas Yuda, iapun memberi saran kepada Bram untuk melanjutkan niat berkenalan dengan Kinasih.

Beberapa saat Bram terdiam, mempertimbangkan saran yang disampaikan Mas Yuda. Sebelum ia menetapkan keputusannya, tiba-tiba datang salah satu pegawainya yang lain memberitahu bahwa ada seorang perempuan bernama Kinasih datang mencari Mas Yuda. Seketika itu Bram dan Mas Yuda saling berpandangan. Tanpa membuang waktu, keduanya keluar dan berjalan mengikuti si pegawai.

Kinasih duduk di kursi plastik yang disediakan pegawai toko. Kedua tangannya memegang segelas air putih kemasan yang isinya masih tersisa setengahnya. Melihat Mas Yuda datang , ia berdiri lalu mengucap kan salam. Bram yang berdiri disamping Mas Yuda turut membalas salam Kinasih, lalu pamit dengan alasan membantu pegawainya melayani pelanggan. Namun sebelum Bram melangkah, Mas Yuda memintanya untuk tetap berdiri disampingnya. Bram terlihat gugup, tapi karena ia melihat Kinasih yang tiba-tiba menitikan air mata, Bram menuruti permintaan Mas Yuda dan langsung bertanya kepada Kinasih apa yang sedang terjadi.

Kinasih menceritakan tentang musibah yang baru saja ia alami. Seorang pencopet berhasil merampas dan membawa kabur tasnya. Di dalam tas tersimpan dompet dan handphone. Meski kinasih berteriak, namun karena sedikit orang yang berada di lokasi, si pencopet kabur dengan leluasa. Ditengah rasa syok dan panik, ia teringat Mas Yuda. Oleh karena itu ia berkunjung ke toko bermaksud minta pertolongan. Kinasih hendak meminjam uang untuk ongkos pulang.

Mendengar penuturan Kinasih, Bram dan Mas Yuda terkejut dan merasa iba. Setelah menyampaikan keprihatinannya, tanpa  berpikir panjang Bram menawarkan bantuan. Ia menawarkan diri untuk mengantar Kinasih pulang. Kinasih dan Mas Yuda saling berpandangan. Lalu mas Yuda menganggukan kepala sebagai tanda agar Kinasih menerima tawaran Bram. Kinasihpun menerima tawaran Bram. Sejak saat itulah perkenalan dan kedekatan Bram dan Kinasih bermula.

(Bersambung)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar