Jika Bulan Bisa Bicara

           Terkadang ada hal di dunia ini yang tak dapat kita mengerti sama sekali. Ada hal yang tak dapat diterima secara langsung oleh logika. Bukan karena bodoh ataupun tak mampu bermain logika dengan cermat, akan tetapi karena memang akal fikiran atau logika kita memang diciptakan dengan penuh keterbatasan sehingga tak bisa sampai pada titik yang diinginkan untuk dapat mencermati apa yang sesungguhnya terjadi.
            Aku tak mengerti sama sekali dengan jalan takdir Tuhan. Apa sebenarnya yang diinginkanNya dariku. Namun, dengan semua keterbatasan yang ada, aku hanyalah manusia biasa yang tak mampu berbuat apa-apa. Yang hanya bisa menuruti saja semua kemauan Tuhan. Sampai pada akhirnya aku harus menelan pil kekecewaan yang teramat pahit. Yah mau bagaimana lagi yang terjadi itulah yang terbaik untukku.
            Sore itu, sepulang sekolah aku sedang makan siang. Tiba-tiba saja Mama menghampiriku dan menyodorkankan secarik kertas. setelah aku lihat ternyata isinya sebuah nomor handphone. Aku tanya, “Mama ini nomor telepon siapa?”.  Mama bilang itu nomor telepon anaknya Bu Shindy. Perlu diketahui, Bu Shindy itu teman arisan Mama. Mama meminta tolong padaku untuk mengirim pesan singkat pada Bu Shindy lewat nomor handphone anaknya, yang isinya Mama tidak bisa datang arisan besok karena sedang tidak sehat, ya memang aku lihat Mama sedang flu berat. Setelah makan ku ambil handphone  lalu ku kirim sebuah pesan singkat seperti pesan Mama tadi “Assalamualaikum, Bu Shindy ini saya Bu Ani maaf sepertinya saya tidak bisa datang arisan besok saya sedang kurang sehat, trims”, kurang lebih isi pesannya seperti itu lalu aku kirim ke nomor yang tadi Mama kasih, tak berapa lama handphone ku berbunyi ada pesan masuk rupanya seseorang membalas pesanku tadi lalu kubaca pesannya “Wa’alaikum salam, nanti saya sampaikan pesannya sama Mama maaf ini nomor siapa ya setahu saya nomor Bu Ani bukan ini?”.  upz aku lupa memberitahu kalau ini nomor aku “Oh iya  maaf ini Purnama anaknya Bu Ani, Mama lagi ga ada pulsa jadi pakai nomor aku”, sesingkat-singkatnya aku balas pesannya lagi pula aku fikir buat apa juga dijawab panjang lebar toh kami tidak kenal satu sama lain, aku kira tak akan dibalas lagi pesanku ternyata dugaanku salah seseorang disana membalas pesanku “Ohh Purnama ya saya Bulan anaknya Bu Shindy salam kenal ya”, “Oh iya salam kenal juga” singkat padat dan jelas pikirku mudah-mudahan saja dia tidak membalas lagi. Sepuluh menit berlalu kupandangi handphoneku dan ternyata kali ini dia tidak membalasnya syukurlah.
            Keesokan harinya pulang sekolah sesampainya aku di rumah handphone ku berbunyi lagi, aku lihat satu pesan masuk setelah ku buka ternyata pesan dari Bulan. mau apalagi ini orang, gerutuku akupun membaca pesannya “Selamat sore Purnama ,maaf mengganggu langit begitu cerahnya Purnama bersinar dengan gagahnya dan Bulan pun terang dengan cahaya sang Purnama.  Menjadi temanmu adalah indah”, tersipu malu aku membaca pesannya. Kalimat terakhir ‘menjadi temanmu adalah indah’ menunjukan kalau Bulan ingin berteman denganku, baiklah kali ini aku welcome dengan niat baiknya. Entah bagaimana awal dan tengahnya kami menjadi sangat akrab, di luar dugaanku ternyata Bulan sangat pandai sekali. selain dia baik dan gampang akrab dengan orang yang baru dikenalnya, ternyata pengetahuannya juga luas, dia banyak membantuku dalam mengerjakan tugas sekolahku. dia juga penasehat yang baik berdiskusi dengannya sungguh sangat menyenangkan. Tapi ada satu keanehan setiap kali aku menelepon dia tak pernah diangkat, jika aku meminta dia untuk meneleponku dia selalu saja mencari-cari alasan untuk tidak meneleponku. Aku bertanya pada Mama tentang sikap dia yang seperti itu. Dan wow sungguh tidak pernah ku duga, Mama bilang kalau Bulan itu seorang tuna wicara, itu artinya dia tidak dapat bicara. Oh God!! andaikan aku tahu dari awal, tidak akan aku bersikap seperti itu padanya. Ttapi Mama bilang Bulan itu anaknya baik tidak seperti anak yang lain, maka dari itu Mama merespon baik ketika aku bilang berteman dengan Bulan. Tak kusangka malam itu Bulan mengirim pesan singkat yang isinya mengajakku bertemu besok di masjid dekat rumahnya, dia bilang ingin menjelaskan sesuatu padaku. aku menebak sepertinya dia akan menjelaskan kalau dia seorang tuna wicara. apapun itu yang pasti tak sabar aku menunggu esok tiba. Sesuai janjinya keesokan harinya aku datang lebih awal, aku menunggu dia di teras masjid, aku lihat jam dinding menunjukan pukul 14.00 WIB. sudah tiga puluh menit berlalu, dia berjanji akan datang pukul 13.30 WIB.”sepertinya macet.” Pikirku.  Tapi setelah dua jam berlalu aku tunggu-tunggu Bulan tak kunjung datang. kecewa sekali aku hari ini, sampai malampun Bulan tak ada, nomor handphonenya tak dapat dihubungi. Tapi sekitar pukul sepuluh malam, telepon rumahku berbunyi. Mama mengangkatnya dan ternyata dari Mamanya Bulan. Shock sekali aku mendengar kabarnya. Mamanya Bulan bilang Bulan kecelakaan siang tadi, motornya ditabrak bus ugal-ugalan dan Bulan tewas, oh God sedih sekali aku mengapa aku harus bertemu dengannya dalam keadaan dia tak bernyawa, tangisku mengiringi kepergiannya akupun ikut mengantarkannya ke pemakaman, setelah proses pemakaman selesai semua orang berdoa dan menaburkan bunga diatas pusaranya, sebelum aku pergi meninggalkan kuburannya dalam hati aku berkata menjadi temanmu adalah indah Bulan andai Bulan bisa bicara takkan dia bersusah payah menemuiku sehingga harus kehilangan nyawanya.

1 komentar: