Dilan, Sang Idola


"Dia tidak hebat, tidak sama sekali. Malahan dia biasa saja, tetapi dia bisa membuat senang dengan hal-hal sederhana," kata Milea tentang sosok Dilan.

Dilan....oh Dilan...

Andai saya bisa mundur ke belakang 20 tahun lagi...punya "temen deket" kaya kamu tuh impian banget kali ya...Dilan itu gak cakep-cakep banget (di bukunya tapi di film pemerannya imut banget), dia cuek, suka berantem, suka ngelawan guru, suka bolos, dan suka-suka yang lain. Semacam bad boy lah gitu.
Dilan sekolah di salah satu SMA di Bandung tahun 1990, ya.. jaman saya sekolah dulu sih kira-kira tahun segitu juga :D

Tapi kenapa Milea jadi suka sama Dilan? Milea itu adalah seorang murid baru pindahan dari Jakarta. Milea digambarkan seorang gadis yang cantik, santun, pintar dan bahkan dalam cerita ini dia sudah punya pacar. Kenapa sih masih tertarik sama Dilan? ini yang bikin saya penasaran, en pasti harus ada ceritanya dong, kalo gak ada ya pasti gak akan ada kisah Dilan en Milea ini ya? Dan ternyata memang ada, menarik pula....dan cerita ini sukses menawan hati banyak orang di Indonesia, dari segala usia. Dari mulai abg sampai seumuran saya. Novel Dilan koleksi Perpus pun sampai jarang ada di rak buku karena banyak peminatnya. Penasaran kan pengen tahu ceritanya, happy ending or sad ending

Kalo di novel dan filmnya sih sah-sah aja ya Dilan mencoba gigih merebut hati Milea, secara belum ada janur kuning melengkung...en Milea nya juga kayanya gak gitu cinta-cinta banget sama pacarnya yang di Jakarta, mungkin secara masih umur segitu jalanin long distance relationship, apalagi ditambah karakter pacarnya yang kasar dan suka cemburu buta, jadi deh akhirnya ketika ada masalah mereka bubaran. 

"Milea...kamu cantik tapi aku belum mencintaimu, enggak tahu kalo nanti sore. Tunggu aja..."

kata Dilan suatu siang di dalam angkot, meninggalkan Milea yang kebingungan mikirin kata-kata itu.
Sorenya Dilan telfon dan bilang kalau dia sudah mencintai Milea...
wkwkwk....cepet banget yaa...

Mungkin itu salah satunya yang bikin Milea tertarik. Dilan punya kepercayaan diri yang tinggi en jago merangkai kata-kata. Di sepanjang film dan novelnya kita akan disuguhkan kata-kata romantis nan ajaib dari Dilan. Dia juga siap membela Milea kapanpun juga. Dan kata-kata atau perbuatan spesialnya ini hanya ditujukan buat Milea seorang (ehem)....di novelnya yang bilang seperti itu.
kalo sudah gitu hati perempuan mana sih yang gak melting.... Akhirnya Milea pun jatuh cinta pada si badboy satu ini, yang berani mengancam guru dan berkelahi dengan sahabatnya hanya untuk membela harga diri Milea, dan hari-hari mereka selanjutnya selalu dihiasi dengan canda dan tawa.  

Disamping kisah-kisah "serem" nya di sekolah ternyata Dilan adalah anak yang sayang sekali sama keluarganya, terutama ibunya. Apakah kisah cinta semanis ini akan berujung pada akhir yang bahagia? Ah...jangan dibocorin dulu deh, mendingan baca novelnya, minjem di perpus hahaha....

Sekilas itu gambaran film terlaris saat ini di bioskop. Diangkat dari novel karya Pidi Baiq yang diterbitkan tahun 2016, film ini sukses merebut hati penonton di segala usia. Termasuk emak-emak ini  (saya) yang gak bisa menolak ajakan temen-temen yang selisih umurnya "sedikit" sama saya untuk nonton film Dilan di bioskop. Nonton Dilan nih kaya back to masa lalu, zaman belum ada hp, surat-suratan atau ngintip dari celah-celah pembatas antar kelas udah jadi kebiasaan anak-anak jaman dulu. Guru yang kelewat galak, murid-murid yang sudah punya trademark "nakal" yang berani ngelawan guru, sampe tawuran antar sekolah udah bukan hal yang langka pada saat itu.

Pantesan banyak juga emak-emak seumuran saya yang nonton film ini.
en ternyata mereka tertawanya paling kenceng looh....:D

Jadi lupa sama yang namanya ukuran atau standar yang lain, Dilan tuh mestinya rajin ibadah, biar bisa ditiru sama anak-anak seluruh Indonesia. Gak boleh pacaran, karena pacaran itu dilarang dalam agama. Gak boleh memihak satu aliran tertentu. Gak boleh ngelawan guru, banyak gak-gak yang lain yang mengacu pada suatu ukuran ideal terhadap seorang sosok idola. Untuk yang ini saya beristighfar aja deh karena disamping nonton filmnya, saya juga suka banget baca novelnya. Dan berharap semoga semua bisa mengambil yang bagus-bagusnya dan membuang yang jelek-jeleknya. Kalo saya buat hiburan aja sih, bisa ketawa-ketawa mengenang masa lalu, tapi itu bukan cerita pribadi ya...hahaha

Terlepas dari itu semua, jangan lupa bahwa tokoh Dilan ini adalah rekaan manusia, yang meskipun diklaim kisah ini benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata, itulah gambaran anak-anak muda pada masanya, yang mungkin diperindah dengan keahlian Pidi Baiq dalam meramu kata-kata dan berimprovisasi. Jadi buat yang punya ukuran atau standar tertentu terhadap suatu tokoh idola, supaya gak kecewa, ciptakan sendiri tokoh Dilan ideal versi masing-masing dan wujudkan dengan perilaku nyata. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar