Arsitektur Kemenkeu

Arsitektur adalah seni sekaligus proses menciptakan bangunan. Bangunan yang diciptakan dari arsitektur yang baik haruslah memiliki keindahan, kekuatan dan kegunaan. Apalah arti keindahan kalau ternyata rapuh? apa gunanya kuat kalau tidak berguna? Tak akan enak dilihat ketika berguna tapi tidak indah. Ketiga unsur tersebut harus satu, utuh.
Terus terang beberapa hari ini saya 'terganggu' dengan istilah enterprise architecture (EA). Setelah googling sana sini, membaca dan mengendapkan beberapa referensi, saya pun mulai mendapatkan 'pencerahan'. Layaknya arsitektur, EA juga seni dan proses untuk menciptakan suatu bisnis yang estetis, kuat dan fungsional untuk mencapai tujuan. Dari beberapa referensi yang ada, EA banyak diterapkan untuk "membereskan" suatu organisasi/perusahaan seperti penerapan EA di Air-France-KLM-Cargo ataupun General Electric. Umumnya penerapan EA diikuti oleh penyederhanaan proses bisnis dan birokrasi, penguatan internal organisasi, optimalisasi penggunaan information technology sampai pada pengurangan pegawai.
Apakah EA bisa diterapkan di birokrasi? Sangat bisa. Banyak negara yang sudah menerapkan EA seperti New Zealand, Singapore, UK, Australia. Apakah bisa diterapkan di Indonesia? di Kementerian Keuangan (Kemenkeu)? Bisa !
Secara sederhana EA dapat diterapkan untuk 'mendesain ulang' organisasi sebesar Kemenkeu. Jika dianalogikan arsitektur suatu cluster perumahan, Kemenkeu adalah saat ini adalah 'rumah contoh' dari pengembang. Penghuninya lah nanti yang akan menata atau bahkan mendesain ulang sesuai kebutuhan masing-masing dengan tetap memperhatikan aturan umum dari pengembang.
Sebagai satu Kementerian dengan 11 (sebelas) unit eselon I, Kemenkeu adalah organisasi besar. Terbagi dalam banyak unit tapi tetap dalam 1 (satu) visi dan 5 (lima) misi Kemenkeu. EA diharapkan dapat mensimetriskan 11 unit tersebut agar terintegrasi dan bersinergi secara efisien dan efektif sesuai tugas fungsi masing-masing. Fungsi Perbendaharaan, Penganggaran, Penerimaan dan Sentral haruslah menjadi 'bangunan' yang bagus: estetis, kuat dan fungsional. Estetis tidak hanya tercermin dari gedung-gedung kantor yang bagus tapi juga dari pelayanan yang dirasakan masyarakat. Kuat bukan hanya dilambangkan kekokohan, tapi juga kuat dari sisi filosofis organisasi, sumber daya manusia terutama kuat tugas dan fungsi. Fungsional bukan hanya menjalankan fungsi-fungsi umum Kemenkeu tetapi juga sesuai dengan kebutuhan terbaik pemerintah dan masyarakat.
Sebagai bagian dari proses Transformasi Kelembagaan (TK) Kemenkeu, tentunya EA harus direncanakan dengan matang, baik desain ataupun strategi implementasinya. Mendesain ulang bangunan akan mudah jika tidak ada penghuninya tapi tentunya perlu sangat hati-hati jika di dalamnya berpenghuni. Akan menjadi tantangan tersendiri ketika harus 'merobohkan' dinding tapi tidak menimpa dan melukai penghuninya. Membangun penyekat tanpa membuat tercekat.
Langkah pertama tentunya harus ada komitmen dari setiap pimpinan unit Eselon I. Komitmen untuk menjadikan unitnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari 'arsitektur' Kemenkeu. Komitmen untuk menemukan bentuk terbaik bagi unitnya yang akan mendukung sinergitas Kemenkeu.
Adanya komitmen tersebut harus diikuti dengan membangun awareness. Semua pegawai harus aware akan adanya perubahan dan penerapan EA ini. Membangunkan awareness akan sama sulitnya dengan membuat komitmen. Pemahaman tentang bentuk terbaik suatu unit haruslah sama, mulai dari pegawai level paling bawah sampai paling atas. Pihak-pihak yang terlibat aktif dalam penerapan EA harus menggali dan mencari berbagai sudut pandang terbaik dengan mengabaikan hirarki birokrasi.
Ketika komitmen yang kuat sudah dibuat dan awareness sudah terbangun maka akan timbul rasa memiliki yang tinggi di semua pegawai Kemenkeu. Proses selanjutnya akan lebih mudah, karena semua akan bergerak bersama seiring seirama.
Perubahan di Kemenkeu bukan hanya sekali ini. Kemenkeu termasuk organisasi yang sangat dinamis. Perbaikan-perbaikan selalu dilakukan yang semuanya berujung kepada peningkatan pelayanan masyarakat dan penguatan fungsi Pemerintahan. Setiap saat perubahan tersebut mengalami percepatan, pun kali ini. Keniscayaan yang tak dapat ditolak, tidak mungkin dihindari. Keluar dari satu percepatan akan berakibat tertinggal. Satu-satunya pilihan adalah ikut serta dan menyesuaikan irama agar selalu berada dalam rangkaian yang sama.
#tulisan ini juga dimuat di: https://ikoerba.wordpress.com/2017/03/27/arsitektur-kemenkeu

Salah Satu Teknik Memasak

Kos-kosan selalu memiliki cerita yang seru... bahkan terkadang saru... ssstttt... :D... Kita mulai saja apa kisahnya... :

Atas nama menegakkan prinsip H2O (Hemat dan Hemat Oriented... :D), maka apapun dilakukan oleh anak-anak kos... termasuk diantaranya adalah memasak. Masak ini merupakan isu dengan kategori penting karena ini memang urat nadi kehidupan anak kos... semuanya dimulai dari kegiatan ini... (lemes temen lambene... )

Sebelum berangkat ke Jakarta, kami semua tentu tidak terbayang bahwa ternyata dibutuhkan keahlian tambahan diluar tugas kami untuk belajar, yaitu : memasak... bahkan sekedar memasak air pun kami ragu-ragu bisa apa enggak... #parah

Masalah pertama yang kami hadapi adalah bagaimana memasak nasi... kalau cara makan nasinya kami sudah bisa sejak kecil... (wis ngerti mbaaahhh... )

Workshop pertama suasananya agak krodit karena tidak semua kelompok sukses. Ada yang berhasil, ada juga yang gagal, nasinya masih mentah. Perlu diketahui bahwa kelompok masak dibagi masing-masing kamar, sehingga peralatan dapur dan kegiatan masak dimanage masing-masing kelompok.
Satu hal yang belum banyak diketahui oleh temen-temen waktu itu adalah bagaimana bisa mengetahui bahwa nasi sudah masak atau belum...

Kebetulan ada temen yang sudah tahu trik nya. Kata temenku, "Gampang saja untuk ngetes nasi sudah masak atau belum... ambil secukupnya trus lempar ke dinding... kalau bisa nempel berarti nasi sudah masak...". Alhamdulillah satu lagi nambah ilmunya... ternyata cukup simple...

Sejak itu, setiap temen-temen masak... pasti ada bagian nasi yang dites...dilempar ke dinding...
Nasi yang dilempar semakin banyak terutama apabila  ada temen yang sudah gak tahan dengan lapernya... jadi sebentar-sebentar ngelempar nasi ke dinding...

Kira-kira berjalan sebulan, Ibu kos kebetulan masuk ke dapur kita... Alangkah terkejutnya beliau, "bocaahhhhhh.... lu apain dapur gueeeeee...."... sambil ngelihat dinding dapur yang sudah penuh dengan nasi hasil tes... hehehe...

Menyadari kesalahan kami, segera kami bersihkan dinding dari nasi tersebut... Setelah dikumpulkan... lumayan lho bisa buat sarapan... :D

* Secara teknis, sudah teruji kehandalan teknik memasak ini, tapi tidak dijamin ramah lingkungan... 

Kesepakatan Yang Dilanggar ...

Anak-anak saya sejak kecil sudah mempunyai keinginan untuk memelihara binatang. Binatang yang pernah kami pelihara adalah jenis iguana, kelinci, marmut, ikan baik lele dan maskoki. Dari binatang peliharaan diatas, hanya kucing yang belum pernah dipelihara. Karena kucing itu bisa membawa virus tokso dan bla...bla...bla...

Salah satu alasan kami sekeluarga belum memlihara kucing karena si Umi mempunyai penyakit Asthma, dimana tingkat alerginya sangat tinggi, apalagi terhadap bulu binatang. Dampak dari penyakit Umi ini, akhirnya kami sepakat untuk sementara waktu tidak akan memelihara kucing dan turunannya. 

Lama waktu berselang, si kk dan si dd ingin memelihara jenis kucing Angora dan Sphinxs. Cari referensi mengenai kucing Angora, ternyata perlu perawatan yang cukup ekstra dan berbiaya mahal. Pilihan jenis kucing Sphinx, kucing yang tidak berbulu, akan sangat mudah bagi si Umi untuk ikut membantu dalam memelihara kucing itu. Ternyata niatan itu tertunda, karena memlihara kucing itu memerlukan kepedulian, waktu yang cukup untuk membersihkan dan memberikan makan, dan banyak hal lain yang perlu pengorbanan.

Suatu pagi di bulan Maret, tepatnya di hari Minggu, ternyata ada seekor kucing betina, berwarna hitam, yang memang sering mampir ke perkarangan rumah dan apabila dikasih makan, kucing itu kembali dan terus kembali. Kucing ini jenis kucing kampung, yang tidak kalah bagus dengan kucing Angora. 

Selang berapa bulan, akhirnya kucing kampung ini melahirkan dan mempunyai 2 anak kucing yang lucu (satu berekor panjang dan pendek, dan berwana hitam putih) - hal ini juga jadi penanda kepemilikan untuk anak-anak saya dimana si kk ekor pendek dan si dd ekor panjang dan dibawa ke dalam perkarangan rumah kami. Hal ini yang membuat kami tidak tega untuk tidak memelihara kucing-kucing itu. Akhirnya karena kucing sudah di depan mata, dan induknya seperti menyerahkan anak-anaknya untuk kami pelihara (meski setiap saat induknya memberikan ASK - Air Susu Kucing), dengan tangan terbuka akhirnya kami merelakan diri kami untuk memelihara kucing-kucing yang lucu ini. Alhamdulillah hingga sekarang kami dan anak-anak masih memelihara keucing-kucing tersebut. Dampaknya adalah kesepakatan yang pernah dibuat akhirnya kami langgar demi menyelamatkan makhluk lucu peliharaan baginda nabi Muhammad SAW.   

Terutama anak-anak, sangat antusias dan senang dengan adanya kucing-kucing tersebut. Si umi pun demikian. Kebersihan tetap dijaga dan bahkan seminggu sekali setiap kucing dimandikan dan dibersihkan agar tidak nampak seperti kucing kampung meski tetap kucing kampung. Akhirnya jika berkenan ada sedikit video mengenai kucing itu dan video ini diambil pada hari Minggu pukul 22.00 WIB saat kucing nya masih senang bercanda sebelum tidur malam. Cekidot







Salam 


sumber : https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/

Mengapa Menulis


foto: koleksi pribadi

Mengapa menulis bila bisa bicara
Mengapa menulis bila tak terbaca
Menulis sajalah, meski belum tahu ke mana
Sebab cerita barulah dimengerti pada akhirnya
Sebab cerita bukanlah cerita, sebelum ia diceritakan

Mengapa menulis bila ini gelap
Mengapa menulis bila ini tak jelas
Menulis sajalah, meski tak selalu indah
Sebab menulis membawa cahaya
Sebab tulisan menjadikan benderang

Mengapa menulis bila tiada pemirsa
Mengapa menulis bila tiada peduli

Menulis sajalah,
Sebab menulis untuk dirimu sendiri
Pemirsa utama dari lakon hidupmu

Sebab menulis adalah asa dan rasa
Yang terapung dalam aliran kehidupan
Ikatlah ia sebelum hilang ditelan zaman
Jadikan bermakna, bukan sekadar buih di lautan

Tidaklah tulisan selesai setelah pena diangkat,
Banyak tulisan baru dibaca setelah penulisnya mangkat

Menulis sajalah …
Karena ia adalah hiburan
Karena ia adalah terapi
Karena ia adalah warisan



Esperanza

aku ingin mengembara ..

ke tempat-tempat yang jauh.bertemu orang-orang dan wilayah yang tak kukenal , asing, dan sangat berbeda.

sekalipun hanya pekuburan di Pere Lachaise.
sekadar memandang syahdu pada mesjid tua di Juisseu.

atau berjalan di sisi Galeries de Paleontologie & d'Anatomie Comparee.

kubayangkan juta cahaya di Paris ini,  city of light.

jangan biarkan aku hanya membaca "Rome in Colour" dan "Rome" tanpa menghirup udaranya..


bagiku, semua impian lebih indah dari lukisan Micheangelo diSistine Chapel atau karya blok batunya di Piazza del Campidoglio.


bangunkan aku untuk mencicipi Gelato dua euro .. yang pasti dibuat tanpa pengawet.

meski tak ada scycraper di Roma, meski kecewa saat kutahu makam Julius Caesar di Palatine Hill ternyata hanya segunduk tanah sederhana.. aku masih ingin kesana.

aku memang tak percaya tentang mitos di Trevi Fountain,bahwa pelempar koin ke kolamnya akan kembali lagi ke Roma suatu saat nanti.

namun aku rindu melihat indah bentuknya, gemericik airnya..dan bolehkah suatu saat aku naik gondola atau vaporetto di Venice ?



atau yakinkan aku pada sebuah hari aku berfoto di depan Parliament House tempat Big Ben berada.

menikmati aliran Thames river.

lalu membeli London Pass seharga 44.10 euro untuk menuju Buckingham Palace, menyaksikan Changing Guard pukul sebelas di sebuah hari di masa winter


aku juga suka bersepeda.

karena itu aku menunggu saat-saat bersepeda di antara tulip-tulip warna-warni, melintasi Bloemenmarkt, atau the Leidsestraat dan Prinsengracht.

meski prostitusi legal di tempat ini, dan De Wallen ,a red-light-district ,menjadi saksi atas pemajangan para penjaja "service" disana.

aku masih ingin ke negeri itu

menikmati lukisan alam yang terhampar indah di Keukenhof Park dekat Lisse. a world's largest flower garden.





Patungan Yatim





Alhamdulillah..

sudah beberapa bulan grup ini dibuat. Grup patungan yatim adalah whatsap grup yang beranggotakan sekitar 20 orang. Sebenarnya tidak semua donatur ada di grup tersebut karena ada beberapa tidak mau diinvite :D.
Sesuai namanya, kami yang ada di sana meniatkan diri untuk membantu para yatim dengan sistem patungan. Jadi, kami mendonasikan sebagian uang secara rutin dengan sistem iuran bulanan (donation), untuk kemudian dikumpulkan (pool fund) lalu disebar (distribute) kepada sekitar empat belas yatim. Patungannya tidak dibatasi atau ditentukan jumlahnya, ada yang 30 ribu, 50 ribu, 100 ribu, sampai pernah juga 500 ribu seorang. Ini tergantung keinginan donatur saja.

Hasil urunan ini kemudian kami share secara rutin kepada para yatim, hampir seluruhnya melalui wali yatim tersebut. Jumlah yang diberikan per yatim secara umum sejumlah 250 ribu rupiah.

Salah satu anak yatim yang disantuni adalah Rizky dan kakaknya. Rizky umurnya sekitar dua tahun. Ia tinggal bersama ibunya yang berjualan ikan serta kakek dan neneknya. Neneknya adalah seorang guru ngaji di kampung tempat saya tinggal di depok.

Yatim lainnya adalah Rahma. Gadis  kecil  ini  sekarang  kelas  enam SD.  Rahma  ditinggal  ayahnya  sekitar  sepuluh  tahun  yang  lalu. Sang  ayah  meninggal  tragis  akibat  perbuatan  kriminal  seorang  tetangganya.  Saat  ini ibu  Rahma  bekerja  sebagai  pengasuh  anak  di  sekitar  rumahnya di Cibinong.

Begitu banyak kisah yatim yang mungkin tak seberuntung anak anak kita di rumah, bisa tidur di kasur yang nyaman dengan kasih sayang lengkap dari ayah dan ibu. Jadi, saya ingin mengajak teman teman semua untuk ikut dalam kegiatan ini. Tidak harus banyak, hanya perlu nekat. Nekat untuk melepaskan sebagian (kecil) harta kita untuk memberi kebahagiaan kepada orang lain yang membutuhkan ;)


#Tamat#

Kita memang tidak bisa menggantikan ayah ayah mereka yang telah pergi selamanya, namun kita bisa berusaha mendukung salah satu fungsi ayah bagi para yatim tersebut, yakni menafkahi keluarga. Semoga apa yang kami lakukan mendapat ridho Allah SWT, semoga urunannya bermanfaat dan menjadi berkah pada anak anak yatim tersebut. Semoga.

Cok Analisis


Mungkin Anda menebak-nebak, sejenis analisis apa ini. Tenang, tulisan ini bukan mencoba menerangkan cara melakukan analisis yang menggunakan perhitungan canggih dan rumit. Saya jamin tulisan ini  tidak membuat kepala Anda pusing, bahkan tidak bikin ndas pecah. Tulisan ini cuman cerita proses mengapa analisis tersebut dinamakan Cok Analisis. 

Ceritanya, Mas To yang mempunyai jabatan kepala seksi diminta pimpinannya untuk membuat analisis mengenai kondisi belanja pada beberapa tahun terakhir. Arahannya, coba buat analisis kondisi belanja terkini dan alternatif kebijakan untuk dijadikan pegangan pimpinan dalam pembuatan keputusan. 

“Baik,” dengan sigap Mas To menyanggupi tugas tersebut. Ini tipikal Mas To yang tertib untuk melaksanakan arahan pimpinan. Meskipun Mas To berasal dari Jawa Timur, orangnya kalem. Agak berbeda dengan tipikal orang Jawa Timur pada umumnya yang ekspresif. Mas To secara struktual didesain sebagai orang tertib. Mendapat arahan, ia dengar dan laksanakan. Catatan di buku agendanya rapi, begitu juga berkas-berkas pekerjaan di meja kerjanya. Jangan ditanya soal keberadannya di ruangan, ia datang ke kantor hampir bisa dipastikan jam 7 pagi. Saking tertibnya, ia akan berpamitan kepada anak buahnya hanya untuk ke toilet.

Dengan mengerahkan segala daya yang ada dan dibantu oleh anak buahnya, Mas To akhirnya menyelesaikan permintaan Pak Pimpinan. Yang bikin kagum adalah hasilnya. Analisisnya menghasilkan 10 alternatif kebijakan beserta narasi filosofisnya. Edan tenan, kemampuan Mas To untuk urusan yang satu ini tidak diragukan lagi.

Dengan segenap kebanggaan, ia menyampaikan hasil analisisnya kepada pimpinan yang memberi order. “Ini saya baca dulu,” kata Pak Pimpinan saat menerima hasil analisisnya.

Selang beberapa waktu, Mas To menerima kembali dokumen hasil analisisnya beserta komentar atau disposisi untuk arahan selanjutnya. Mas To memelototi satu per satu komentar yang ada. Hampir semua analisis dan alternatif kebijakan yang sebanyak 10 buah tersebut diberi catatan. Yang mengejutkan dirinya adalah catatan di halaman terakhir. ‘Tolong dibuat analisis dan alternatif lain yang hasilnya berbeda’ adalah isi catatan dari Pak Pimpinan.

Mata Mas To nanar, kepalanya cenat-cenut, dan tanpa kuasa mulutnya berucap,”Jancoookkk….”

Sebentar, jangan salah sangka atas apa yang Mas To ucapkan. Itu bukan misuhi atau mengumpat kepada pimpinannya atau pihak lain. Itu hanya metode pelepasan energi negatif semata. Bedakan antara misuh dan misuhi dalam konteks Jawa. 

Misuh bagi Mas To mempunyai arti berbeda-beda. Pertama, ia berarti tantangan pada dirinya sendiri, mengapa tidak bisa membuat seperti yang diharapkan Pak Pimpinan. Kedua, ungkapan ini bisa berperan sebagai pintu darurat bagi batinnya agar tetap seimbang dan waras dalam melihat lingkungan sekitarnya. Ketiga, misuh juga menunjukkan rasa keheranannya kepada Pak Pimpinan yang secara rinci bisa menuliskan catatan pada per hasil analisis tetapi tidak memberi arahan yang jelas soal analsis dan kebijakan yang dikehendakinya. Keempat, mungkin bisa juga, misuh sebagai doa atau permintaan kepada alam semesta untuk meminta bantuan agar ide analisisnya diterima Pak Pimpinan atau pikiran pimpinannya dibelokkan sehingga dapat menerima hasil analisis tersebut.

Lebih dahsyat lagi, Mas To tetap mengerjakan perintah bosnya dengan energi positif karena energi negatif (jengkel atau marah) sudah keluar dari dirinya. 

Oleh karena itu, Mas To tidak akan menghadap kepada Pak Pimpinan untuk mananyakan berbagai komentar atas analisis dan kebijakan yang pada dasarnya meragukan hasil kerjanya. Tidak, Mas To malah membuat analisis dengan alternatif kebijakannya kembali dan menyerahkan lagi kepada Pak Pimpinan.

Kejadian ini berulang-ulang sampai tiga kali. Namun yang sangat berbeda adalah reaksinya, ucapan yang keluar dari mulutnya pada saat menerima arahan atau disposisi yang ke tiga kalinya, cuman kata ‘cok’ yang semakin pendek. 

Saat ada temannya bertanya, “Lagi sibuk apa Mas To?”

“Biasa, membuat Cok Analisis.”

Menurut Kamus Daring Universitas Gadjah Mada , istilah “jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok" memiliki makna “sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa)”

Tempatkan Sesuatu Sesuai Tempatnya

Sendok. Tentunya bukan barang yang asing bagi kita. Bentuknya simpel, cukup ringan, dan ukurannya juga tidak besar. Sendok menjadi kebutuhan yang sangat utama ketika seseorang sedang menyantap makanan.
Secara umum, tidak ada orang yang merasa keberatan untuk mengangkat sendok dan menggunakannya untuk menyuap makanan. Untuk kebutuhan yang satu ini, kita akan dengan sukarela memegangnya, bahkan menggerakkannya berulang-ulang untuk mengirim makanan dari piring menuju mulut. Dan hingga saat ini, secara umum belum pernah terdengar keluhan mengenai seseorang yang mengeluh untuk penggunaan sendok ketika makan.
Namun bagaimana jika suatu ketika kita diperintahkan untuk menggunakan sendok untuk keperluan lain? Bagaimana jika kita diwajibkan untuk membawa sendok kemanapun kita pergi? Bagaimana seumpama kita harus menyematkan sendok di saku baju kita kemanapun kita pergi? Apakah kita akan tetap merasa nyaman? Padahal tidak ada perubahan bentuk dan ukuran sendok. Tetap simpel dan ringan.
Ketika kita berangkat kerja, dengan menggunakan menggunakan angkutan umum. Berdesakan dengan penumpang lain, dan kita harus menjaga sendok yang ada di saku kantong kita. Ketika berada di kantor, dan dalam setiap apa yang kita lakukan, kita harus menjaga sendok dalam saku kantong. Ketika rapat, dan ketika menjalankan ibadah, kita harus tetap menjaga sendok di saku kantong kita. Tentunya dalam hal seperti ini, sendok akan menjadi sesuatu yang memberatkan. Tentu menjadi sangat mengganggu.
Secara umum, ketika kita menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai porsinya, sesuai kebutuhannya, tentunya tidak menimbulkan rasa berat di hati. Begitu juga dengan hal-hal yang lain. Ketika kita menempatkan sesuatu sesuai dengan tempat dan kebutuhannya, tentu segala sesuatu akan menjadi ringan. Tak hanya untuk diri sendiri, tapi juga tak membebani orang lain.