Mengambang

Fajar membayang,
Gerus pelahan gelap remang,
Lelaki masih lagi berjuang,
Menegakkan tatih gamang
Mendekat arah seruan- Nya
lantang

Sajadah dibentang,
Mata dan tubuh memajang
Tapi benak lelaki,
Berliar larian jalang
Menjauh, menjauh dari rupa-Nya
yang harusnya ditemu
di khusuk sembahyang...

Ah....
Lelaki,

bumi Nya yang bergoncang,
Deru air Nya yang bergelombang,
Apakah semata genang kenang
dan kisah  lengang,
Tak benamkan iman dan yakinnya pada pancang kencang

Bidadari dengan senyum tersungging

Ada bidadari,
senyumnya tersungging,
Menyambutku di beranda
Tak peduli pulangku
Bawa cinta
Atau luka!

#tetehnumaketiung

Menyeduh Kopi, Menyuluh Api





Di meja
Ada kopi, pena dan buku
Di dada,
Ada api, cinta dan kamu

Kopi terseduh,
Api tersuluh,
Menderu menderu

Pena pada buku,
cinta pada kamu

#tetehnumaketiung

Kata-Kata

Kata-kata kadang meluncur begitu saja
Saat eforia melanda
Lupa, bisa jadi ada yang terluka
Kadang akibatnya tak terduga

Kata-kata bertebaran di mana-mana
Tak perlu kau ambil semua
Mana yang diingat mana yang dilupa
Pilihlah dengan bijaksana

Kata-kata bisa jadi penyemangat jiwa
Saat diri lemah tak berdaya
Perlahan hangat mengalir di jiwa
Memberi amunisi bagi diri tuk berkarya

Tangis adalah kata-kata tak terucap
Berjuta makna dapat diungkap
Bagi yang mampu memahaminya
Cukuplah sudah penjelasannya

Katamu begini, kataku begitu
Berupaya mencari titik temu
Berbeda pendapat kadang perlu
Tapi tak perlu terus beradu

Jakarta, 28 Sep 2018



Selamat Menempuh Hidup Baru

Selamat menempuh hidup baru kawan
Hari ini kau ucap janji suci dihadapan penghulu
Disamping wanita pilihanmu
Semoga dapat menjalin hidup lebih bermakna

Suka dan duka akan datang menghampiri
Bersama mengarungi bahtera
Menjalani hidup sampai akhir nanti
Membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah

Jadikan dia teman seperjalanan
Menapaki jalan lurus yang kau pinta
Carilah penerang jalan dan rambu-rambu
Agar selamat sampai di tempat yang dituju

Banyak godaan, cobaan dan ujian
Semua harus dihadapi dengan ilmu
Tanpa ilmu, gamang menyergap sepanjang masa
Tak tau arah mana hendak dituju

Menjalani hidup apa adanya
Menuntun kepada kebenaran
Menjalani hidup penuh kepura-puraan
Dapat menuju jurang kehancuran

Tak ada manusia yang sempurna
Terimalah dia apa adanya
Bersama memperbaiki diri
Saling mengisi dan bersinergi

Jakarta, 10 Oktober 2018


Prapatan: Prapto dan Prapti dalam Tulisan (Cerita Fiktif Belaka)

SALAH SASARAN

Prapto dan Prapti memutuskan membangun biduk rumah tangga pada empat bulan silam. Terhitung masih pengantin baru, kedua insan ini senantiasa diselimuti perasaan rindu yang menggelora. Keduanya masih terbuai dalam pusaran kasmaran yang memang membuat ketagihan.

Sayangnya tuntutan pekerjaan dan kerasnya ibu kota membuat intensitas pertemuan mereka menjadi tak total. Waktu mereka lebih banyak berkutat di jalan, kantor dan peraduan. Untung di zaman sekarang berbagai media sosial bisa memudahkan segala urusan, pun mengungkapkan perasaan.

Prapto dan Prapti menjaga kualitas komunikasi dengan rutin berbalas pesan whatsapp tiga detik sekali. Hal yang serupa terjadi di akun media sosial mereka yang lain. Berbagai tulisan nyata menunjukkan yang dirasa. Mulai dari rindu, cinta, hingga sindir-sindiran berbau romansa. Semuanya demi menjaga manisnya berumah tangga.

Siang ini Prapti sungguh merasa lelah. Berkas-berkas pekerjaan masih menumpuk di mejanya. Meskipun dari pagi hari sudah bersusah payah tapi sepertinya tumpukan kertas di meja tak kunjung musnah. Untuk sekadar mengendurkan kepenatan, terpikir untuk memainkan musik perlahan. Dipilihlah daftar lagu yang masih tersimpan agar bisa segera didengarkan.

"Astaghfirullahaladzim," ucap Prapti lirih saat tersadar.

"Kemarin kata pak ustadz, musik kan gak boleh," seketika Prapti mematikan dan membatalkan niatnya.

Menghibur diri dan mengalihkan perhatian, akhirnya Prapti mengambil ponselnya dan membuat status whatsapp.
"Kangeen The Groove"

Di sisi kota Jakarta yang lain, Prapto sedang duduk santai di meja kerjanya. Pekerjaannya hari ini relatif tak menguras pikiran. Di siang hari yang terik Prapto juga masih terlihat segar karena pendingin udara di ruangannya baru saja diganti. Dalam kesenggangan, Prapto menengok ke arah ponselnya yang baru tiga detik yang lalu diletakkan.

"Wuih, bojoku bikin status whatsapp," bisik Prapto dalam hati.

Sejenak Prapto merenung dan mengernyitkan dahi, kemudian bergumam, "sejak kapan aku diberi panggilan the groove sama Prapti?"

Dengan cekatan Prapto langsung membalas status istrinya itu, "Tenang honey, The Groove ba'da maghrib sudah sampai rumah"

Prapti heran menerima balasan whatsapp dari suaminya. Namun tak butuh waktu lama Prapti tertawa-tawa sendiri dan segera menyadari keluguan suaminya. Dia hanya membalas pesan dengan emoticon mencium.

Rupanya Prapto masih penasaran kenapa dirinya dipanggil 'The Groove' oleh istrinya. Bergegas dia raih papan ketik di depannya dan mencari arti 'The Groove" di internet.

"Hmmh, ternyata artinya alur, maksudnya apa ya?" Prapto mandang ke langit-langit sambil mencoba berfilosofi.

"Ooh, mungkin maksudnya, aku lah sekarang yang menjadi alur cerita hidupnya," Prapto senyum-senyum sendiri.

"Romantis sekali emang bojoku iki, jadi ingin cepat pulang"

Beberapa waktu kemudian, senja mulai berkunjung, tanda waktu bekerja sudah di ujung , dan saatnya menembus kemacetan menuju rumah kontrakan. Sepanjang perjalanan pulang Prapto masih saja senyum-senyum sendiri dan merasa berbangga hati. Motornya terus ditunggangi melaju bak kuda poni.

Hingga akhirnya alam beralih dari terang ke gelap. Prapto menginjak rem tepat di depan pintu rumah kontrakannya. Dengan perasaan deg-degan Prapto mengetuk pintu dan mengucap salam, "Assalamualaikuum"

Prapti yang sudah sampai rumah sejak sore tadi perlahan membuka pintu dan menjawab salam suaminya, "Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

Langsung diraih tangan suaminya dan dicium sepenuh hati sebagai wujud bakti seorang istri. Prapto pun memberikan kecupan kecil di dahi sang istri sebagai tanda sayang seorang suami.

Tak lama kemudian, dengan semangat dan suara lantang, Prapto membentangkan tangan dan berteriak, "The Groove sudah pulaaang!"

- Sekian -

Merayakan Kebohongan

Dirum : Kenapa judulnya itu Urug?
Urug : Lagi musim!

Dirum : Musim bagaimana Urug? Lagi pula masa sesuatu yg buruk dirayakan. Mbok ya kalau mau merayakan itu merayakan kebaikan.

Urug : Itulah Dirum. Jika kita merayakan kebaikan dengan melakukan hal-hal baik, maka keburukan dirayakan dg melakukan hal-hal buruk.

Dirum : Maksud lo? Eh, maksud Urug?

Urug : Jika kita melihat orang melakukan satu hal buruk lalu banyak orang membullynya bahkan merendahkannya. Bukankah artinya itu kita telah menambahkan keburukan?

Dirum : Hal buruk kan memang rendah Urug dan membully orang yg melakukan keburukan itu biar orang itu kapok. Semacam sanksi sosial lah gitu.

Urug : Nah, ada dua hal sebenarnya disitu kan. Perbuatan buruk dan yang melakukan perbuatan itu. Yang kamu katakan tadi adalah kamu benci perbuatan buruk dan benci juga pelakunya. Kamu mempersempit ruang bagi pelaku untuk memperbaiki kelakuannya jika begitu Dirum.

Dirum : Apa maksud Urug kita mesti seperti kutipannya Mahatma Gandhi itu, 'Bencilah dosa, Sayangilah orang yang berdosa'

Urug : Kamu pikirkanlah Dirum dan renungkan. Lagi pula memangnya kamu tidak pernah berbohong. Coba aku tanya, 'Sudah berapa kali hari ini kau berbohong pada Tuhan?'

Dirum : Lho?

Urug : Ya coba cek saja. Berapa kali kamu memujinya Maha Pengasih dan Penyayang juga Maha Besar tapi ketika kau ketemu kenyataan yg tak sesuai harapan kamu kesal dan pesimis. Kau sering mengucap syukur pada-Nya tapi tak berbagi. Bukankah kata-katamu telah menjadi kebohongan jika begitu.

Dirum : @#$&@@..

J1018

Gempa Bumi



Tapak-tapak tua berbekas di atas alas
Telah lama menghuni pongah berdiri
Peran penjaga bumi jatuh terjerembab dalam kerusakan
Gumpalan tanah yang jadi moyang dipakainya tumpuan kemaksiatan

Ingatkah engkau pada masa penciptaan
Malaikat sempat tak setuju penunjukan dirimu
Watak perusak jadi alasan ragu
Sang Khalik membelamu karena Dia yang Maha Tahu

Acuhmu masih saja meninggi saat petunjuk jelas menerangi
Larangan tetap kau daki, perintah beraninya kau kangkangi
Lirih nasihat tak lagi mempan
Teriakan peringatan tak jua menggetarkan

Kini penggenggam bumi bertindak
Al Malik menurunkan setitik kuasa yang dipunya
Membolak balik lempengan daratan
Mengangkat yang di bawah, meruntuhkan atribut lambang jumawa
Air asin pun diajaknya beranjak
Menggulung segala apa yang diajak
Sang Raja sejak lama telah berkata,
Musibah alam semesta adalah andil tangan manusia

Bukan...bukan hanya Palu - Donggala
Bukan pula waktu silam bagian barat nusa tenggara
Tapi seluruh insan di negeri Indonesia
Semua karena kalian, seluruhnya karena kita
Mereka jadi akibat teguran keras kepada kita
Mereka jadi akibat balasan atas dosa kalian

Apakah kini kalian hanya berdiri bersedih hati
Bermodal muka sedih yang tak tentu dari hati
Membiarkan mereka di sana menderita sendiri
Jadi penebus banyaknya dosa-dosa kita di sini
Bergerak dan bangun lah...
Ulurkan tangan suapkan bantuan
Sebagai permintaan maaf kita pada mereka
Yang luluh lantak oleh desingan teguran atas kesalahan masing-masing kita
Dan yang pasti, karena kita semua utuh bersaudara.