Mentari terbit, mentari tenggelam
Cakrawala merah jingga
Batas itu sebentar lagi tiba
Waktu akan segera menjadi figura
Pintu pertama yang engkau masuki dulu
Dan pintu yang akan kau tutup hari ini
Jelas berbeda, namun semua akhirnya
akan punya nama yang sama, kenangan
Tiba dimuka, pulang paling belakang
Adalah salah satu yang akan kami kenang
Sebagian kami menghilang
Saat mendadak rapat menjelang pulang
Mungkin akan kau ingat dengan senyuman
Air tenang yang menyimpan banyak pusaran
Tak bisa diam, terus bergerak mencapai tujuan
Kerja, kejar, selesaikan...
Secepatnya, engkau tak suka menunda
Seringkali bagi kami, itu artinya adalah lembur
Bahkan kadang sampai mengurangi jam hari libur
Tentu ada yang menggerutu
atau hadir dengan keterpaksaan
Ada juga yang diam-diam menghilang
Namun itulah dinamika kerja, yang siap kau terima
Yang terpenting adalah menyelesaikan tugas, tuntas
Usai sudah, tak ada penyesalan
Terbaik atau bukan hanyalah perbandingan
Totalitaslah yang seharusnya diutamakan
Tak harus menjadi sempurna untuk menyelesaikan segalanya
Tetapi bagaimana berupaya dengan segala daya yang ada
Lebih kurang kadang hanya soal sudut pandang
Jangan dipertentangkan karena yang terbaik adalah mengambil pelajaran
Jabatan rendah tinggi adalah soal rejeki
Mampu menuntaskan urusan hingga ujung jalan itulah kehormatan
Sudah kau berikan, semua yang bisa kau berikan
Kini tibalah saat untuk mengikat kenangan
Menalikan maaf pada setiap kekurangan
Membingkai terima kasih untuk semua pengorbanan
Karena engkau dan kami saling berutang maaf itu pasti
Dan saling berterima kasih akan menjadi hadiah indah bagi hati
Kenangan terbaik adalah mengenang dengan cara yang baik
BK, 180222
You Did it Your Way
Refleksi Merdeka
Kalau soal kapan merdeka,
kita punya tanggal yang sama
Tetapi soal jiwa-jiwa yang merdeka,
Kita harus lihat dulu,
satu-satu orang punya jiwa
Bahwa penjajahan adalah kezaliman
Kita semua sudah tahu itu
Bentuk perbudakan besar-besaran
sebuah bangsa atas bangsa lainnya
Penindasan dan eksploitasi
Hak-hak asasi dikebiri
kemanusiaan yang adil dan beradab
terang-terangan diinjak-injak
Yang jarang kita sadari adalah
Jiwa-jiwa merdeka tak pernah bisa dijajah
Para pendiri bangsa, pejuang kemerdekaan
Mereka yang kini kita sebut pahlawan
Adalah orang-orang yang tak pernah dijajah
Mereka adalah para pemberani
Orang-orang dengan jiwa merdeka
Yang menjunjung tinggi kemanusiaan
Yang mengedepankan keadilan
Yang karenanya tak bisa menerima
Segala bentuk penindasan
Segala apapun yang namanya penjajahan
Kemerdekaan bagi mereka
Bukan ditandai dengan proklamasi
Proklamasi hanyalah bentuk tanggungjawab dari jiwa-jiwa yang merdeka
untuk juga memerdekakan jiwa-jiwa lainnya yang masih terjajah
untuk membawa bangsanya menjadi bangsa yang merdeka
Di masa kini kita tidak bicara lagi
kemerdekaan sebagai sebuah bangsa
Tetapi kemerdekaan dari tiap-tiap jiwa
Berapa banyak jiwa-jiwa yang resah
Melihat kantong pemilik modal bertambah tebal
Sedangkan buruh tetap diupah dengan murah
Berapa banyak jiwa-jiwa yang gelisah
Melihat kekayaan alam negeri berlimpah
Namun masih banyak rakyat yang hidup susah
Berapa banyak jiwa-jiwa yang peduli
Pada kebutuhan dasar yang masih belum bisa terpenuhi
Pada pemenuhan hak pendidikan dan kesehatan
bagi rakyat di negeri yang gemah ripah lohjinawi ini
Berapa banyak jiwa-jiwa yang geram
Melihat uang negara di korupsi
Sementara masih banyak rakyat butuh subsidi
Berapa banyak orang-orang yang masih mau setidaknya berkata
Soal perlakuan tidak adil dan beradab yang dialami sesama manusia
Jiwa-jiwa yang merdeka tak akan tenang
Jika prikemanusiaan dan keadilan tidak ditegakkan
Mereka akan bicara, mereka akan bertindak
mereka akan berdiri di depan untuk memperjuangkan
Seperti para pejuang kemerdekaan yang ada dibarisan terdepan
memperjuangkan kemanusiaan dan keadilan
Mereka adalah para pemberani yang dengan lantang mengatakan kebenaran
meski di bawah ancaman amunisi
Sudahkah kita mewarisi jiwa-jiwa merdeka para pendiri bangsa
Para pejuang kemerdekaan dan pahlawan
Beranikah kita bicara, beranikah bertindak kita
Mari kita bertanya seberapa merdeka kita punya jiwa
Jika hanya untuk sekedar bicara saja kita tidak berani
meski konstitusi menjamin dan melindungi
Pada jiwa-jiwa yang merdeka kita berhutang kemerdekaan bangsa
Pada jiwa-jiwa yang merdekalah kita boleh berharap akan adanya perubahan
Pada merekalah semangat juang dan kemajuan patut kita sandarkan
dimana kemanusiaan dan keadilan berdiri menempati tempat yang tinggi
Tanpa semangat juang dan pengorbanan,
tanpa penghormatan pada prikemanusiaan dan prikeadilan
Jembatas emas kemerdekaan bisa hilang maknanya, bisa menjadi tak ada artinya
Kita bisa saja akan menjadi bangsa yang merdeka hanya karena stempel proklamasi
Namun gagal memenuhi esensi dari merdeka itu sendiri
Jakarta, 16 Agustus 2022
LUGU
Di pasar, berjajar pedagang
menjajakan kebenaran
dengan suara kencang
Para langganan berbondong datang
memborong kebenaran
tanpa bertanya, langsung percaya
sesuai selera
Aku, orang baru
coba menawar satu persatu
berharap bertemu yang benar-benar benar,
Dasar lugu!
Kepada yang terhormat
kepada yang terhormat,
kalau pangkat
dan kedudukan yang engkau jabat,
menjadikanmu
merasa paling hebat
hingga semena
mena mengikuti hasrat dan syahwat
mungkin ada
baiknya sesekali kau ingat
bahwa
kekuasaan mengenal kata tamat
ada ujung
dan akhir dari semua riwayat
Apakah kau pikir kelak kematian adalah sebuah istirahat?
sedang beribu teka teki tersimpan di tangan malaikat
menghitung tunai setiap lembar amanat
(kaki gunung slamet, 26 juni 2022)
Munajat
Langit gelap lelap terselimuti
Cahaya kilat bak lampu blitz kamera
Menyambut fajar singsing segera
Para perindu syurga
Membasuh air ke raga
Pakaian suci melekat sempurna
Berdiri sejajar tanda setia
Rintik hujan enggan mereda
Tertunduk sadar hati seorang Hamba
Terangkat tangan asa di pinta
Mata terpejam jiwa mengudara
Wahai Sang Penggenggam Semesta
Kasih sayangmu meluas samudera
Ke Maha AgunganMU tiada tandingannya
Ampuni atas segala dosa
Bintang dan Rembulan
Fajar bersiap menampakkan kilau
Netra menyaksikan terpukau
Kabut selimuti jiwa terlelap
Meski pejantan berkokok sigap
Detak jantung memburu waktu
Spidometer bergerak maju
Embun tak ingin lepas mendekap perdu
Seakan sulit mengenyahkan rindu
Teringat akan sepasang kekasih
Di sepertiga malam sunyi
Bintang memberanikan diri
Perlahan mendekati rembulan bak bidadari
Ada hal yang hendak diutarakan
Kelu menjalar kata tak tersampaikan
Ah...betapa sulit mengungkapkan isi hati
Padahal kesempatan kedua takkan terulang lagi
Sesulit menuangkan maksud dan tujuan pada nota dinas
Sang bintang dalam menarik napas
Telah bulat tekad disiapkan
Namun luluh jua ketika menatap sang rembulan
Entah sampai kapan bintang terus berdiam
27052022
Melepas
Belum usai,
satu laras
tersenandung
tuntas,
senja
menggilas,
pertanda
tegas,
sampai,
batas,
temu-mu
tuntas
Kau
berkemas,
sepenuh
gegas.
Lalu ,
ruang Senyap
meranggas,
Udara rasa
Beku mengeras
genggam tangan
pelahan lepas
Sesak dada,
Pilu terimbas
hutang Rindu
Belumlah lunas
ah
padamu
Rengkuhku getas,
Kau
Tetap lagi raga nan bebas
(24 mei 22)
Pulang
Di tanah lapang dan rerumputan
Sorak sorai penjaja makanan
Mencari perhatian
Matahari bersiap undur diri
Udara tercemari asap dedaunan yang terbakar
Menyatu dengan asap dari knalpot
Kendaraan lalu lalang, perlahan
Seekor kuda mengerang, lelah
Entah berapa putaran telah dilalui
Hanya seember air
Dan rumput kering penambah energi
Segerombolan ikan berenang
Bebas berkejaran
Sesekali menunggu hidangan
Yang jatuh dari tangan tangan dermawan
Senja kali ini memenjarakan
Hati dan pikiran
Jika saja lantunan ayat suci tak bersahutan
Niscaya kaki ini enggan untuk pulang
24052022
Ah kau, Betapa lucunya kau kini
Disclaimer:
(tulisan ini hanya rekaan, kalau ada kesamaan cerita, pasti kebetulan semata, mohon maaf sekiranya tidak berkenan)
Dulu,
ketika kita dihadapkan urusan yang menghadirkan bimbang
Kami siapkan beberapa pilihan untuk ditimbang,
Kami tunggu darimu keluar petunjuk dan arahan,
kau malah bicara ngelantur sembarang,
Membuat kami makin bingung tak kepalang
Dulu,
Setiap pekerjaan kita terdapat salah
Kau selalu saja marah marah,
dari mulutmu tersembur sumpah serapah
Lalu denga begitu mudah
kau tunjuk kambing hitam di bawah,
Karena katamu, pemimpin tak pernah salah
Dulu,
Setiap kita dihadapkan pada halangan atau masalah
Kau tinggalkan kami di jalan, dan memilih berbalik arah
Membiarkan kami semua berjuang melanjutkan langkah
Itu semua bagian pengkaderan, katamu berkilah
Dulu,
Setiap ada kerja besar yang kita hadapi
Kau hanya sibuk tunjuk sana,tunjuk sini tanpa arahan pasti
Lalu kau lanjut berbaring atau menepi
Menunggu kerja tuntas dengan sendiri,
tak beda dengan patung kucing hoki di atas lemari
tiap kali ada yang mengajukan somasi,
jawabanmu demikian runtut dan rapi
katamu seorang manajer tak harus melakukan sendiri,
bekerja melalui orang lain bukan semata definisi
tapi bagaimana implementasi
Dulu,
Setiap ada panggung dan kamera ,
Kami akui kau sangat piawai bemain kata dan mengemas rupa
Pidato pidatomu penuh riuh gelora,
Ekspresi dan citra yang indah untuk konten dunia maya
Dulu,
Setiap ada penghargaan atas karya
Kau akan berada di barisan muka,
Mengklaim ide dan pemikiran berasal darimu saja,
Karena tidak mungkin ide berasal dari orang biasa
Dan hanya kau yang mampu menggerakkan sumber daya
untuk mewujudkannya menjadi nyata
Dan dulu,
jika dari pelaksanaan kerja dan fungsi ,
Tak terhindarkan hadirnya gratifikasi
Kau selalu anggap itu semua rejeki,
dari sang Maha Pemberi
Menolak katamu, selain menyakiti hati pemberi
Juga bagian dari ingkar syukur pada Ilahi
Kini,
Saat kau harus pergi dari kami
pidato perpisahanmu bernas tersaji
Ungkap jasa dan tonggak legacy
Yang sekian waktu sudah dijalani
Ah kau,
Betapa makin lucunya kau kini,
Membuat kami tak tahu lagi
Saat tatih langkahmu beranjak pergi
Haruskan kami berduka
atau..... bersuka hati
(Ujung harapan, 21 Mei 2022)
Tentang Lebaran (2)
#3
Tadinya ku rasa kau,
Cenayang yang akan mengerti,
Saat pesan dari ku
Hanya menuliskan namamu saja,
Bahwa rindu telah menjelma menjadi lara,
Bahwa menuliskan dan mengeja
Sekedar nama
telah menghadirkan bahagia
Kau mungkin tak perlu menjawabnya,
kalau kau tak menginginkannya
#4
aku kasihan padamu,
tak bisa pergi kemana mana,
karena sepanjangan waktu
hilir mudik,
di pikiranku,
Tentang Lebaran
#1
Kayuh langkah setapak setapak pelahan,
mengeja rambu jarak tempuh di tepian jalan,
Satu persatu batas kota terlewati
Seperti obrolan idul Fitri yang menghitung,
nama tersisa dari teman kerabat dan famili
"Si A telah tiga bulan lalu pergi
bapak B mangkat selepas bulan haji
bude C sebulan lalu mati"
mati akan selalu menjadi misteri,
Tahun depan,
Akankah kita masih bisa berbincang,
Atau tinggal sekedar bahan,
Beberapa orang menyebut nama kita,
" Dia telah pergi,
padahal tahun lalu masih ngobrol seperti ini"
#2
Setelah salaman,
Maka ruang penuh bincang,
Hilir mudik bergantian nama, masa dan cerita
Hingga tak terasa dosa dosa
menggumpal dalam obrolan,
Seperti lemak rendang, opor ,gule , sate
menyusupi darah,
Mengendap,
di sepanjang pembuluh,
di akhir senja
Ada yang memberat di kepala,
Tak jelas sungguh
apakah sesal tentang kata-kata tak guna,
Yang berlepasan tanpa sengaja,
Atau muara kelezatan sajian hari raya
yang mengaliri lidah tanpa jeda,
(Mei 2022)
TETANGGAMU
Tetangga sebelah mendadak kaya,
dapat hadiah, bertumpuk uang tunai
dari undian minyak goreng
rumahnya dibagusin,
beli segala barang mewah
termasuk seperangkat gitar dan bas,
plus sound system komplet, mahal.
gonjrang-gonjreng, damdem-dandem,
jingkrak-jingkrak, nyanyi-nyanyi,
bikin single lagu, terus viral
tiap hari. Berisik.
bukannya tobat,
kemarin malah nambah beli drum,
merek baru, kualitas super,
bisa bikin album laris
tiap hari. Berisik.
Dasar tetangga berisik,
atau tetangganya yang gak punya tutup kuping?
- ekpan - puisi dan sepak bola - 11052022
MU
Benteng setan jebol, berkali-kali
diumpat: setan!!!
muka setan yang merah merona,
memucat masam, berkali-kali
setan tenan.
Kalau ....masih manusia biasa
kalau pemimpinmu,
masih manusia biasa,
mereka,
bisa saja salah
bisa saja lupa
kalau bawahanmu,
masih manusia biasa
mereka,
bisa saja salah
bisa saja lupa
kalau temanmu
masih manusia biasa
mereka,
bisa saja salah
bisa saja lupa
kalau dirimu
masih manusia biasa
dirimu,
bisa saja salah
bisa saja lupa
kenapa kepada dirimu, sendiri
kau begitu maklum
kau begitu pemaaf
sedang kepada yang lain tidak?
(21012022)
mungkin kita telah lupa
(kado perpisahan untuk sahabat yang berangkat
Teh Ika, Mas Aran, Mas Idub, Mas Bagyo dan Mbok Merrin)
mungkin kita telah lupa,
bagaimana cara kita
pertama berjumpa
mungkin saja waktu itu,
duhai Ika teman perempuanku
aku salah satu yang terpaku
melihatmu memasuki pintu
dengan wajah ayu dan tersipu malu
dan menghampiri pegawai satu persatu
sambil mengeja pelan namamu
Ika kartikawati dari warung jambu
mungkin saja waktu itu
duhai kawan aran
aku orang yang penasaran
tentang siapa kah kau pemilik
wajah yang menebarkan
aura persahabatan,
senyum dan wajah nan tampan
yang tak lekang oleh zaman,
hingga terjawab ketika kau mengulurkan tangan
sambil menyebut namamu Aran
mungkin saja waktu itu ,
wahai mas budi dan mas bagyo
lelaki rendah hati dalam banyaknya ilmu
aku salah satu yang ragu
untuk memulai menyapa dulu,
takut membuatmu merasa terganggu
oleh semua tingkah lakuku
dan baru mulai bersapa setelah berminggu minggu,
dan menjadi tahu
mas bagyo dan Mas Idub namamu
mungkin saja waktu itu,
wahai Mpok Merrin kawan mainku
orang orang melihatmu cewek pemalu
hingga akhirnya semua tahu
kau penari hebat saat diputarkan lagu melayu
dan semua sepakat dangdut adalah nama tengahmu
mungkin aku telah lupa,
bagaimana cara kita pertama berjumpa,
tapi kita pasti sepakat bahwa kita tak lupa
waktu waktu selanjutnya memyatukan kita seumpama keluarga
bekerja bahu membahu bersama,
makan, minum, bercanda tawa bersama
atau terdiam menunggu senja
saat dimana kita akan pulang ke keluarga sebenarnya
kita pasti sepakat,
masa telah mematangkan rasa
hingga seolah
sakit ku adalah sakit mu
sakit mu adalah sakit ku
senang mu, senamg ku
senang ku, senang mu
meski gajimu tetap gajimu
dan gajiku tetap gajiku
seperti keluarga lain,
kadang kita pun menjalani hubungan yang lucu,
dekat berseteru,
tapi saat jauh merindu
kawan kawan,
kita akhirnya tiba pada kenyataan,
hidup tak selalu seperti yang kita inginkan,
kerelaan atau ketidak relaan tidak pernah menganulir keputusan,
kita hanyalah bidak yang dimainkan menuju tujuan,
tak tertolak, tak juga tertahan
selamat jalan, kawan
mungkin kita akan bertemu entah kapan,
kalau hidup memberi jeda,
kita akan berbincang untuk mencoba mengingat
apa yang hari ini telah kita lupa
(Sutikno Slamet, 14 Jan 2022)
Tragedi Negeri Basa Basi (II)
stok sopan santun di pasar sudah kosong
konon katanya hari ini semua ludes di borong
orang orang tanpa minta harga dipotong
membawa pulang berkantong kantong
semua bermula dari cerita
entah salah atau benar adanya
sopan santun bisa sangat meringankan
hukuman yang dijatuhkan untuk pesakitan
Beginilah jadinya sekarang di tengah kita
para pesohor dan pembesar kota
rame korupsi atau melanggar pranata
dan melakukannya dengan sangat sopannya
mengambil hak orang atau mencuri
seperti mengambil milik sendiri
mengangkangi hukum atau regulasi
seperti tanpa malu atau rasa risi
sesekali mungkin ada yang ditangkap polisi
mereka akan berlaku sangat rendah hati
menebar senyum mengabarkan alibi
yang terjadi sekedar ujian diri
mohon doa dan dukungan untuk kuatnya hati
Ah mereka sungguh sangat sopan sekali!
di depan majelis pengadil yang dihornati
mereka tampil sangat rapi dan wangi
tutur katanya runtut teratur rapi
gesturnya tertata menarik simpati
siapa coba yang tak suka orang sopan?
bahkan pengadil yang katanya wakil tuhan
hingga vonis dijatuhkan begitu ringan
hanya karena semata pertimbangan sikap sopan
ah mungkin bisa saja pak hakim lagi menebar guyonan
penawar rasa letih atas beratnya kehidupan
yang sebenarnya, keadilan telah ditegakkan
sangat sangat tegak sepertu terjadi di negeri impian
(131221)
Kaleidoskop (1)
Januari,
aku mengejar
kau menjauh.
Februari,
aku mengejar
kau menjauh
Maret,
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
...
Desember,
Masih begitu alur kisah
Aku tak menyerah
Kau tak juga lelah
(entah nulis apa ini, 121221)
Tragedi Negeri Basa Basi
Di hari anti korupsi
Para koruptor pun cuti sehari
Rehat sejenak untuk berkontribusi
Ikut teriak " katakan tidak pada korupsi"
Besok harinya mulai lagi
(Sutikno Slamet, 091221)
aku punya seorang kawan
aku punya seorang kawan
di dadanya tersemat
tugas mulia menjaga uang rakyat
agar terbagi secara cermat
mewujudkan besarnya manfaat
sekali saja dia abai atau hianat,
membiarkan patgulipat atau bahkan terlibat
maka hancurlah seluruh martabat
tertanggung akibat sepanjang hayat
kawanku begitu teguh pada prinsip diri
sepanjang tugasnya sering dijumpai
keteguhannya akan diuji
dari depan belakang dan semua sisi
konon terkadang dia diuji iba dan empati
tema kemiskinan yang menjadi komoditi,
seakan jika usulan tak disetujui
dia dianggap telah kehilangan kesejatian insani
sesekali dia
perlihatkan usulan program si miskin nan
melarat
begitu gemerlap disusun dalam surat menyurat,
begitu indah dalam bual bual buku proposal
tapi menurutnya tak pernah menjawab yang jadi soal
bantuan si miskin dan anak terlantar
kadang tak sampai terhantar
yang sungguh miskin konon kerap luput
terganti tuan berperut gendut
hitungan usulannya juga penuh sengakarut
entah data mana hendak diturut
semua pihak saling klaim berebut
merasa datanya paling yahuut
tapi aneh juga diskusi rame berkutat
hitung- hitungan alokasi rapat
mengira ngira menu konsumsi
memilih tujuan monev kan pergi
terkadang keteguhannya juga ditakar
oleh mereka yang berlagak tuan besar
gagah berani membawa aspirasi
katanya tak boleh ditolak atau diganti
usulannya kadang tak masuk akal
seakan Anggaran adalah barang obral
kalau begitu dia akan berlagak orang bebal
yang tak soorangpun pernah dia kenal
aku punya seorang kawan,
Di dadanya tersemat
tugas mulia menjaga uang rakyat
di atas kepalanya,
kibaran panji nagara dana rakca mengangkasa
(Hari anti korupsi 2021)
Selamat Siang Tuan
Selamat siang tuan,
hari ini APBN tidak sedang santai rebahan,
banyak sekali yang harus di kerjakan
coba kau lihat,
hari ini dia masih terengah engah
menghela nafas
sejak dua tahun lalu pandemi covid meretas
hari ini kerjaannya belum lagi tuntas
dari seluruh negeri
masih terasa
isak sedih tangisan
mereka mereka
yang yang ditinggalkan
terduduk
memandangi
berangkatnya mobil mobil ambulan,
bergantian membawa muatan
yang bernafas
tersengal
menuju perawatan
atau terbungkus tebal
menuju kuburan,
hingga raung sirena menghilang di kejauhan
Selamat siang tuan
hari ini APBN tidak sedang santai rebahan,
dia hadir
mengupayakan tersedia vaksin dan obat obat vitamin
penambah daya tahan,
menjaga agar
sakit dan mati tak banyak berulang,,
dan kasus covid semakin berkurang
mengupayakan
para tenaga medis,dokter perawat penggali kubur tentara polisi petugas
petugas yang sedang bahu membahu berperang melawan pandemi
dapat lancar melanjutkan darma bakti
mengupayakan
tersedia biaya pulsa dan data,
buat para guru dan siswa,
serta perangkat pengolah data sewajarnya
hingga mereka yang sekolah atau kuliah
tetap bisa mendapatkan,ilmu dan hikmah
meskipun tetap tinggal di rumah
mengupayakan
ada subsidi dan
bantuan dana
makanan pokok dan lauknya
agar
mereka yang tak bisa lagi
bekerja,
tetap mendapatkan kebutuhan dasarnya,
mereka yang tak berdaya,
tak mati kelaparan dalam rumahnya
dia hadir,
mengupayakan
agar tetap bertambah jalan yang menembus belantara
dan wilayah terpenjara,
agar tetap terbangun pabrik pabrik yang menampung
banyak pekerja
agar terlatih tentara dan tersedia senjata untuk menjaga negara
agar terbentuk polisi jaksa dan penegak hukum
yang memastikan hukum sebagai panglima
agar listrik listrik tetap menyala
hingga negeri semakin terlihat warna indahnya
agar air tetap mengalir sebagai pengobat dahaga
agar semua cita cita berdirinya negara terlaksana
agar dokter, guru, pegawai, lurah, camat tetap bekerja
melayani rakyatnya
Dia hadir,
Mengupayakan ekonomi yang porak poranda
Terimbas corona pelahan bergerak tumbuh tak semakin rubuh
selamat siang tuan,
Selamat siang tuan
hari ini APBN tidak sedang santai rebahan,
jangan sampa kau terjebak sikap tamak
membuatmu membelokan bantuan dari yang berhak,
merubah spek barang sehingga gampang rusak
merampok uang apbn sambil terbahak
jangan sampai gila hartamu menjadikan kalap
membuatmu lebih piawai dari tukang sulap
merubah kuitansi untuk menilap
menyamarkan bukti terlihat gelap
mencuri uang apbn ketika para penggawas hilap
Selamat Siang, Tuan
hari ini APBn tak sedang berdiam rebahan
jangan kau ganggu dengan keculasan