Pada Suatu petang
ada yang hilang,
ketika kau pulang
Ruang riuh menjadi lengang dan hampa
sebenarnya apa yang tak sengaja,
tadi kau bawa serta?
(Stasiun Juanda, 3 Des 2021)
Pada Suatu petang
ada yang hilang,
ketika kau pulang
Ruang riuh menjadi lengang dan hampa
sebenarnya apa yang tak sengaja,
tadi kau bawa serta?
(Stasiun Juanda, 3 Des 2021)
Ntah
Aku bingung
Ntah
Ntah apa jarak yang merentangi kita
Dalam banyak kesempatan
Kau berjalan dengan pikiran yang tertumpuk lama
Rahim dari pengalaman
Sari dari peradaban
Sedang aku
Anak zaman yang lain pula
Rahim dari ketidaktahuan baru
Sebab berkah dan masalah bagimu
Atasan
Apa kau sedang memperhatikan dari menaramu
Apa kau sedang mengamati dan menyusun strategi di sana
Untuk membangun jembatan ketidaktahuan ini
Bawahan
Apa yang sedang kau lihat
Kepalamu lelah mendongak ke atas sana
Menunggu cucuran kebijaksanaan?
Atasan dan bawahan
Mengapa kau masih bersarang di zaman modern ini
Mengapa kau tak ikut pergi bersama perkakas masa lalu
Mengapa kau masih ada sebagai jarak yang menghalangi kami
Sedang aku
Masih mencari padanan yang setara
Antar manusia dan manusia
Di zaman modern ini
Atasan dan bawahan
Jangan kau renggut keakraban kami
Pergilah jauh
Teriaki dan umumkan bahwa dirimu adalah residu waktu dulu
Kami, diri kami ini
Akan sudah punya pengganti
Istilah alternatif yang mendekatkan
Yang menyatukan
Walau istilah alternatif itu masih belum terjamah
Masih di dalam tanah
Masih sulit digali
Masih belum membumi
Tapi orang tua kami
Anak zaman yang hendak pergi
Akan mengambil peran untuk bisa mewariskan
Untuk diri kami juga, anak zaman baru yang akan melanjutkan perjalanan ini
Suatu senja,,
Binar Cahaya anak nomor lima
tergopoh cerita,
tentang sorga,
yang didengar
dari ustadzah
di madrasah
samping rumah
sorga itu katanya
negeri di mana
terjawab damba
tanpa tunda
terkabul pinta
tanpa jeda
maka katanya,
kelak di sana
dia minta hape saja,
biar segala waktu bisa
nonton nastya dan ayahnya
tanpa tunda
tanpa jeda
#menjaga cahaya
#binar
Pada suatu rapat yang membahas berbagai macam persoalan
Aku berdiam diri di ruang virtual dengan rasa mual yang mulai tak tertahan
Peserta rapat sedang dengar pendapat
Solusi dari masalah ini belum kalian dapat? pimpinan rapat bertanya
Para peserta rapat diam saja
Melirik waktu, mengeluh, kapan ini kan berlalu?
Pimpinan rapat sedikit mengumpat
“Kalian Generasi Milenial harusnya lebih kreatif, inovatif, inisiatif, proaktif, produktif, asertif, aktif, komunikatif, solutif, kolaboratif dong!"
Diriku ini Generasi Z, bukan aku yang dimaksud pimpinan rapat
Zzzzzzzz
Aku tertidur, sejenak kabur dalam nyenyak
Dalam mimpiku, pimpinan rapat melayangkan teguran tegas, "Si Kemput hadir?" Sontak kuterbangun dan siaga menyambut, "Mohon izin menyambungkan kembali Pak, tadi terputus"
Ia hadir disaat kegersangan hati melanda
Angin lelah berhembus menjadi pertanda
Gumpalan awan menjelaga
Rintik hujan mengubah kelopak mata menjadi telaga
Telaga air mata
Sepasang kaos kaki usang
Teronggok di sudut kota metropolitan
Kusam, dekil, tak menarik
Ribuan mata enggan tuk melirik
Kaos kaki usang ingin menghangatkan
Melindungi kaki-kaki mulus terawat
Disimpan rapih dan wangi di dalam laci lemari indah
Atau tergantung di etalase-etalase pusat perbelanjaan mewah berpendingin udara
dan kaki-kaki mulus terawat lalu lalang
Sekedar tuk cuci mata
Sebagaimana dahulu ia pernah merasakannya
Suatu hari, ia bertanya kepada langit
Tentang takdirnya menjadi usang
Namun langit tak menjawabnya
Langit hanya mengutus angin tuk menghibur dirinya
Sepasang Kaos kaki usang kini sadar
Takdir harus dijalani dengan sabar
Meski ia kini teronggok di dalam plastik butut
Ia masih mempunyai manfaat menghangatkan kaki yang juga dekil seperti dirinya
Ia pun bersyukur
Karena baginya syukur melapangkan hatinya
TOI 1338b NASA |
Dilema bukan hanya
soal perasaan manusia
atau pikiran kita semata
Semesta pun ada galau juga
Bila 4,6 milyar warsa
Usia tata surya kita
Ada 8 planet mengitari
Satu-satunya matahari
Syahdan di konstelasi Pictor
Tersebutlah Planet TOI 1338 b
4,4 miliar tahun, katanya
Selama itu ia selalu mengiringi
Setia di antara 2 matahari
setelah membaca puisi dua hurufnya Kaka Indra Haria Kurba, saya melihat folder arsip dan mejaku yang terdapat pada aplikasi persuratan kantor tercintah,
terlihat ada beragam catatan dan disposisi dari para bos kita, ada teliti pendapat, untuk diketahui, hadir bersama atau lainnya, ada banyak ragam kata katanya.
mungkin kalau untuk surat dengan substansi yang hampir sama, karena sudah dilakukan berulang ulang, mungkin sudah reflek saja menulskannya.
Bagi yang sering mendapat undangan rapat, mungkin akan menuliskan catatan siapkan bahan, hadiri, wakili atau hadir bersama.
kalau yang biasanya mendapatkan permohonan tanggapan atau masukan, mungkin akan menuliskan catatan teliti pendapat, selesaikan sesuai ketentuan, atau bicarakan dengan saya, phone a friend , ask the audience atau fiftu fifty ( kaya sebuah acara tipi yang)
saya jadi membayangkan kalau misalnya,
di inbox masuk sepucuk surat,
pengirimnya tertulis malaikat,
judulnya di tulis tebal "maklumat"
tujuan semua pemimpin juga rakyat,
umbian umbian atau para pejabat
isinya tak panjang tak juga singkat,
hanya beberapa baris kalimat,
"wahai tuam tuan terhormat,
hidup ini teramat singkat ,
suatu hari kalian dijemput malaikat,
meninggalkan semua yang kini melekat,
suami, istri, anak , cinta, pacar, harta dan pangkat
tak ada yang tahu datangnya itu saat ,
tiba tiba saja tanpa tanda atau firasat,
bahkan mungkin mereka yang dijemput tak lagi sempat,
melakukan hal sederhana meski sesaat,
misalnya menutup satu rapat,
membaca sebaris surat,
menyelesaikan satu amanat
atau menulis sebaris nota pendapat,
semua tamat,
tak peduli meski saat itu badan yang terlihat
bahagia dan sehat
kalau ada ini surat,
kira kira akan seperti apakah,
disposisi dan catatan yang tersurat,
apakah teliti pendapat
atau akan beragam seperti biasa yang kita lihat
misalnya
pejabat 1 " untuk perhatian"
pejabat 2 " teliti pendapat"
pejabat 3 " siapkan bahan"
pejabat 4 " kootdinasikan'
pejabat 5" arsipkan'
pejabat 6 " hadir bersama"
pejabat 7 "untuk diketahui"
pejabat 9 "siapkan bekal "
pejabat 11 ' wakili "
entahlah., ini tulisan apa yaa, gak jelas blas
Malam mingguan, 4 septembet 2021
Seekor merpati putih melesat terbang sayap membentang
Sang bayu menyambut riang dan membiarkan merpati menari dan berputar dipangkuan
Langit pun turut senang dan menitipkan salam
Pepohonan menatapnya penuh keharuan
Merpati putih melepas segala beban
Menarilah...
Menyanyilah..
Kau berhak untuk berbahagia!
Hilangmu mencetak sejuta lembar rindu
Tiap kubaca, hati terasa tak menentu
Lembar pertama, kedua mulai terasa pilu
Hingga lembar akhir , sesak ingin bertemu
Tinta cinta menipis, lembar kisah menangis
Penantian manis terkikis habis
Lembar demi lembar yang kukira menjadi
buku kisah kita
Kini terlipat derita meninggalkan cerita
Lembarnya basah oleh rintik hujan
Memudarkan setiap kata dalam tulisan
Menghapus rangkaian kalimat kerinduan
Tersobek hanya dalam sekali sentuhan
Api asmara yang dulu membara
Redup oleh tetes air mata dan percikan
lara
Mencuatkan asap kenangan
Menyesakkan dalam setiap hembusan
Hujan lara perlahan tak lagi terasa
Dipayungi rasa yang sudah biasa
Menyusuri jalan bersama hati yang telah
terlatih
Sembari menunggu hangatnya sentuhan kasih
Tuan
Ada kabar bagus..baguuus sekali!
Banyak warga kelas teri yang sedang sekarat
Pagebluk laknat menggerogoti tubuh
yang ringkih dan melarat
Mungkin sebentar lagi nyawanya akan minggat
pundi-pundi harta kita bakal melesat, tuan!
Tiap nyawa, seharga seratus ribu!
Mari kita berdoa tuan, semoga semakin banyak warga kelas teri yang mangkat!
Kepada langit matahari ceria
Bersinar terang tanpa cela
Begitu pun kehidupan dunia
Berjalan sesuai takdirnya
Kepada malam bulan tersenyum
Tawanya ikhlas penuh harum
Begitu pun perjalanan seorang kaum
Bergerak pasti mengikuti pendulum
Kepada pohon daun berguguran
Menutupi bumi bertebaran
Begitu pun jua soal pekerjaan
Ada awalan ada akhiran
Kepada Ani Rahmi kami belajar
Menjalani kehidupan dengan wajar
Begitu pun saat cita cita dikejar
Berhentilah meski menanti dengan sabar
Kepada doa kami bersimpuh
Tanpa pernah sekali luluh
Walau bidadari pergi dengan teguh
Panjatkan doa meski peluh
Bekasi, 28 Juli 2021
(Puisi ini saya dedikasi kepada salah seorang pensiunan dari PNBP SDA dan KND)
https://rulyardiansyah.blogspot.com/2021/08/kepada.html
2 tahun kurang
tepatnya
Saya tidak
posting
Bukan niatnya
Hendak menjadi
ghosting
Asa selalu
ada
Meski kadang
Lelah
Sisa
yang ada
Akan ditelaah
Meski
bukan lebah
Yang bisa
memberi manfaat
Namun diri
hindari ghibah
Agar penuh
syafaat
Semangat
tetap ada
Meski selalu
ada kendala
Jiwa yang
yang terjaga
Siap mengawal
jelaga
Bekasi, 28
Agustus 2021
Puisi ini dapat dilihat di laman berikut :
https://rulyardiansyah.blogspot.com/2021/08/blog-post.html
# 1
Status wa
sebaris kata kata dituliskan
pada status wa
lalu degub jantung berpacu,
dihela harapan dan kecemasan
engkaukah duhai pujaan
satu di antara deretan nama
yang membaca
sebelum ujung waktu tayang tiba
sebab bahagia telah
ditafsirkan sederhana,
hanya jika satus wa telah kau baca
seakan satu persembahan,
telah sampai kepada tujuannya
karena untuk alasan ini,
mahakarya telah dicipta
#2
aku belum sempat mencari cara
hari hari ini masih seperti sebelumnya,
mulai bekerja sejak membuka mata,
hingga kadang malam tiba
ada saja yang harus dikerjakan,
rapat virtual yang bersambung
disposisi bertubi yang bikin bingung
maaf, jiika aku belum sempat,
mencari cara melupakan mu
#3
My Task di aplikasi persuratannmau
tak sengaja aku mengintip,
My Task di aplikasi persuratanmu
tertulis tugas
"menjalani takdir selalu hidup dalam pikiran para pemuja"
waktu mulai bertahun lalu,
waktu selesai tak tahu-
aku lihat di menu kehadiran,
kau belum lagi ClockOut
pantas saja,
aku masih terus memikirkanmu
#4
perbincangan
aku mengetik
hai pakabar?
aku menunggu,
dua jam berlalu
kau sedang menulis
lama sekali
aku gemetar
menatapi layar
muncul di layarku
sehat , jawabmu
aku bahagia
tiada terkira
aku mengetik
aku menunggu
aku gemetar
lalu bahagia
berulang ulang
tanya yang sama
jawab yang sama
selalu begitu,
kau pasti sangat sibuk,
tak segera menjawab
selalu begitu,
berulang ulang
Bekasi , Sabtu 28 Agustus , 2021
# 1
Doa
seorang lelaki
semalam berdoa,
Tuhan lindungilah orang orang baik
dari Corona,
Timpakan saja
pada koruptor,
pemimpin lalim,
preman
serta orang orang jahat lainnya saja
agar hidup ini tak makin berat akan coba
pagi tadi sang lelaki.
sesak nafas
dokter menyebut nya
hasil reaktif atau positif
yang tak terlalu jelas dia dengar,
karena dia bergegas hendak meralat doa-nya
( Bekasi, Agustus 2021)
/ekp --- 26 Juli 2021
Dalam lelah
Kau resapi tanpa kesah
Dalam letih
Kau tuntaskan darma bakti
Dia laksana cahaya
senantiasa berpendar
menghalau gulita
Dia laksana embun
Menyerap dingin malam
Meneteskan kesejukan
Cahaya itu
Telah lindap
Embun itu
Telah meng-uap
Meski rindu
Tak dapat lagi berpadu
Lepaskan rasa itu
Biar ia tenang di sana
Tak ada lagi luka
Tak ada lagi nestapa
( 1)
wabah yang bermula di negeri asing
belum ada tanda berpaling,
menghadirkan rona genting
pada wajah kota yang compang camping
(2)
orang orang berkerumun di pintu samping,
pintu keluar masuk ditutup jaring
resiko terpapar yang mengiring
tak lebih menyeramkan dari periuk nasi yang terguling
(3)
air mata-air mata tak kunjung mengering
sahabat kerabat bergiliran diam terbaring
tersengal sengal nafas di ujung laring
di teras depan, bunga duka cita kemarin belum lagi kering
(4)
sirene ambulance melengking
suara toa musala tak kalah nyaring
memecah malam yang hening
atau menyobek siang yang bising
Kabari,
tangan maut datang teramat sering