=====
Tolong Kau Apa-kan Dulu itu, Apa-nya
Dialog antara Aku dan Jendela Kaca
Halo, selamat pagi
Sekian lama kita tak jumpa
Apakah kau semakin menua
hingga terlihat renta?
lihatlah, dedaunan menari-nari
mereka bahagia karena semilir angin sejuk menyapa
sekawanan semut berjalan beriringan di cabang pepohonan
Dedaunan itu berpegang erat dalam meniti kehidupan
Aku memang menua
seiring berlalunya waktu tanpa memberi tahu
apalagi sekedar mengingatkanku
; begitu katamu
Namun, meski renta aku bahagia
meski kadang duka kerap kali menyapa
karena aku menjadi saksi
yang datang dan juga yang pergi
katamu kemudian
Bagaimana denganmu dirimu sendiri?
tanyanya kepadaku
bukankah kau juga terlihat menua?
cobalah berkaca kepadaku
helai demi helai rambutmu sebagian memantulkan cahaya
garis panjang di keningmu laksana aliran Nil
Apakah kamu bahagia?
Segelas Aren Latte Coffee
Jendela kaca terdiam
akupun demikian
Buaian Sayang Bak Piring Melayang
Tetesan hujan yang
jatuh di atas jerami
Tak membuat rasa ini menjadi doremi
Terbayang eropa yang musim semi
Mengingatkan dia bermain kartu remi
Kembali hujan berkawan malam sepi
Tak mampu menjaga rindu jati diri
Terbuai nyanyian sendu kekasih hati
Mengobati asa yang mulai mati
Masih hujan seperti malam sebelumnya
Tak mendua angan tanpa nyata
Pun ingatan masih terkoyak hampa
Mengurai jeritan sebuah jiwa
Andaipun hujan tak seperti biasanya
Berilah awak kesempatan bersuara
Agar jiwa yang duka dan terluka
Mampu meminang adinda
Bekasi, 11 September 2021
This poem can be seen at the link below
https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/04/buaian-sayang-bak-piring-melayang.html
Senja
Kala langit merah di ufuk barat
Begitu juga merah pipimu yang teringat
Terbayang senja di pantai Sulawesi barat
Tak kan ku lupa pesan yang yang tersirat
Ketika malam mulai mendekat
Tak banyak yang akan kulihat
Meskipun aku berusaha dekat
Tanpa diri dan bayangan yang melekat
Kuingat senyuman mu yang memikat
Dibalik sebuah gondola yang terikat
Tak banyak yang kurasa dan kuingat
Namun cinta ku selalu melekat
Ketika malam sudah mulai pekat
Tak terasa diri ini semakin teringat
Wajah ayu yang selalu lekat
Jika diri ini masih mampu mendekat
Bekasi, 2 September 2021
This poem can be seen in the link below
https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/04/senja.html
Hujan di Akhir Pekan
dan halaman-halaman kisah.
Kembali ke rumah, pena dan kertas menunggu setia,
D.A.M.S
It can’t be word
But it is an abbreviation
Some works should be hold
Not only a creation
It is an assignment
That should be finished
It is a kind of supervision
That made assignment cleared
It is a homophone sound
Like a dumb without “s”
But it is not playground
Like a drum without “s”
It is look like daily
But it is incidentally
The meeting is held routinely
But it reported immediately
I am only human
That can be a servant
I only deliver an assignment
Without less feeling reluctant
Without any hesitation
Please cheer me up
And go to any invitation
Then let it show up
Bekasi, 31 Agustus 2021
Basuh
Telah tertulis dulu pada masa yang jauh,
Tak cukup alasan hatimu merapuh
Ketika hasil tak sebanding basahnya peluh
Sekuat apapun teriakmu mengaduh
Yang telah lewat,takkan lagi tersentuh ,
Jadikan saja semua menjadi suluh
Penerang jalanmu,agar kian kukuh
(bekasi,300324)
Gadis Ketek (3)
Jeng yah,
pernah,
sepatah kata "'terserah"'
mu lebih punya tuah
dibanding ribuan kata berbusah
membuat semua langkah
menjadi serba salah
tetapi, ketahuilah,
bahkan lelaki paling perkasapun, punya rasa lelah
pada akhirnya aku memilih menyerah
kata terserah mu menjadi untaian indah
pengantar mengakhiri kisah
Muaaah.....
(Gadog, 280224)