Dalam kisah perwayangan di Indonesia, kita sering mendengar adanya para punakawan yang biasa disebut juga dengan goro-goro. Kehadiran para punawakan ini, sangat dinantikan oleh penonton karena mereka menyuguhkan komentar, lelucon bahkan kritikan yang menghibur.
Punakawan, tak Sekedar Penghibur
Blessed Silent Sunday
Enjoying my blessed silent Sunday morning,
Segelas teh hangat,
Semangkuk sup,
And, music!
These will be more than enough to recharge my soul,
refresh my mind, and re-energize my heart …
*** Remember when I told you,
No matter where I go,
I’ll never leave your side
You will never be alone,
Even when we go through changes,
Even when we’re old,
……
And I told you right from the start,
You just say the word and I’ll go,
No, it doesn’t matter how far,
‘Cause your love is all that I know,
…..
I’ll find my way back home
***
Way Back Home
[Shaun feat. Conor Maynard]
Ketika Hujan Bermakna Sama
Hujan!
Tak ada yang berbeda setiap tahunnya,
Sama seperti anganku,
Berharap dipertemukan kembali walau cuma sejenak
Tidak untuk mengusik yang telah lalu,
Tidak juga untuk merajut ulang yang telah tebang,
Hanya ingin meminta tatap
Agar kau tau,
Sebesar apapun rasa sakitmu,
Takkan pernah mampu melampaui rasa rinduku
Semprong
Puisi
Ntah apa yang bisa kau janjikan untuk kami
Ketenangan hati?
Manifestasi nurani?
Oh, ayolah
Tak ada yang salah dari dunia modern ini
Sedari dulu, bukankah kita sudah mengharapkan kedatangannya
Segala upaya telah kita lakukan untuk mempersiapkan landasan dunia modern ini, lalu setelah dia sampai dengan barang bawaannya, kita sambut dia, kita tempatkan dia pada segala aspek yang melekat di diri kita. Input, proses, output diri kita harus MODERN!
Puisi
Kau datang kembali,
Kau babak belur
Barang bawaanmu dicuri
Kau tak indah lagi
Kau tak berarti apa-apa dibandingkan modernitas ini
Puisi
Apa lagi yang hendak kau sentuh di hidup kami
Kau tak memiliki tempat di sini
Enyahlah!
Sedang modernitas ini begitu menggiurkan, kami ingin melesat dan menemui kehancuran yang disembunyikannya!
Puisi
Menyingkirlah!
Semprong modernitas!
Kami tak ingin terlambat!
Kami ingin lumat dan tamat tanpa terlambat!
Intrusi
Kau berkelana di dalam kepalaku
Mencari-cari apa yang salah dari makna "bertanya"
Kau katakan aku tak patut dan tak turut
Menerka-menerka pikiran masa depanmu yang tertinggal di belakang
Kita hendak berencana membuat perubahan, katamu
Sebagai respons perubahan yang lebih dulu berubah, kataku
Kau ajak aku ke dalam ceritamu
Aku kesepian, ternyata sebagai pengarang, kau miskin fondasi dan substansi
Semua benda mati yang ada di sekitar kita menjadi bermakna karena pemaknaan yang kita berikan sendiri, diri yang mengalami, diri yang bercerita, diri yang mengarang dan membual narasi dengan semaunya, ya, itulah kita, dengan pemaknaan itu juga kita saling menyakiti. Selamat merasakan sakit. Besok kita teruskan, terus kita rayakan dengan pemaknaan (re: bualan) baru yang lebih rapi dan bermutu
Belajar
"Mencipta adalah bentuk pemberontakan kita"
Begitu sebaris kalimat yang ditulis oleh Iwan Simatupang kepada sahabatnya Sularto dalam buku Surat-surat Politik Iwan Simatupang 1964-1966. Dari membaca kata pengantar yang ditulis oleh Frans M. Parera pada buku tersebut, aku benar-benar diantarkan kepada sosok intelektual Iwan Simatupang, yang moderat, yang sebisa mungkin berusaha tak ternodai oleh kubu mana pun yang sedang bertarung saat itu, yang mencoba mencari jalan dan pikiran alternatif sendiri. Buku yang belum habis kubaca itu berisi surat-suratnya dalam menanggapi situasi sosial, ekonomi dan budaya Jakarta, yang gundah, yang resah, yang tak sabar menunggu jawaban.
Aku mencoba menulis keterangan tambahan atas dasar kemandirian pikirannya.
Kurang lebih seperti ini:
"Dalam konteks belajar dari orang-orang yang lebih pandai, kita tak berniat menjadi epigon-epigon tanpa karya dan otentisitas yang nyata. Mungkin, kita mendongak kepada mereka pada kurun waktu tertentu untuk membangkitkan kesadaran kita akan indahnya pikiran dan pengetahuan yang dapat dihasilkan dari proses belajar yang sedang kita alami, setelah itu kita harus tetap kembali kepada diri kita sendiri, menyepi bersama berbagai pertanyaan alam semesta yang membutuhkan jawaban, seraya memberanikan diri untuk terus menyusuri lorong kehampaan sampai ke ujung ketidaktahuan yang baru."
Mari menyambut Senin dengan mimpi-mimpi yang lebih mandiri.
It's the mapping of my mind ...
‘Mind Map’ atau pemetaan pikiran, umumnya dibuat dengan berbagai cara kreatif (biasanya menggunakan cabang-cabang) sebagai deskripsi konsep kerja pikiran dan koneksinya di dalam otak.
Karena saya tidak terlahir di era digital, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai ‘digital-native’, lalu mencoba bertanya kepada admin untuk bantu mengatasi ke-gaptek-an dalam hal unggah2 gambar, namun belum juga ada respon, maka pikiran yang sudah saya petakan sedemikian rupa, saya sederhanakan …
‘Past events’ >>> S + V2 + O
In fact, >>> S + have/has + been + Ving + O
‘Present’ >>> S + V1 + O
In fact, >>> I + wish + I could …
The examples of the sentences:
He grabbed my heart >>> He has been grabbing my heart
I let him go >>> I wish I could let him go
HOW DO YOU MAP YOUR MIND?
Atasan dan Bawahan
Ntah
Aku bingung
Ntah
Ntah apa jarak yang merentangi kita
Dalam banyak kesempatan
Kau berjalan dengan pikiran yang tertumpuk lama
Rahim dari pengalaman
Sari dari peradaban
Sedang aku
Anak zaman yang lain pula
Rahim dari ketidaktahuan baru
Sebab berkah dan masalah bagimu
Atasan
Apa kau sedang memperhatikan dari menaramu
Apa kau sedang mengamati dan menyusun strategi di sana
Untuk membangun jembatan ketidaktahuan ini
Bawahan
Apa yang sedang kau lihat
Kepalamu lelah mendongak ke atas sana
Menunggu cucuran kebijaksanaan?
Atasan dan bawahan
Mengapa kau masih bersarang di zaman modern ini
Mengapa kau tak ikut pergi bersama perkakas masa lalu
Mengapa kau masih ada sebagai jarak yang menghalangi kami
Sedang aku
Masih mencari padanan yang setara
Antar manusia dan manusia
Di zaman modern ini
Atasan dan bawahan
Jangan kau renggut keakraban kami
Pergilah jauh
Teriaki dan umumkan bahwa dirimu adalah residu waktu dulu
Kami, diri kami ini
Akan sudah punya pengganti
Istilah alternatif yang mendekatkan
Yang menyatukan
Walau istilah alternatif itu masih belum terjamah
Masih di dalam tanah
Masih sulit digali
Masih belum membumi
Tapi orang tua kami
Anak zaman yang hendak pergi
Akan mengambil peran untuk bisa mewariskan
Untuk diri kami juga, anak zaman baru yang akan melanjutkan perjalanan ini