Selamat Siang Tuan

Selamat siang tuan,


hari ini APBN tidak  sedang santai rebahan,

banyak sekali yang harus di kerjakan

coba kau lihat,

hari ini dia masih terengah engah

menghela nafas

sejak dua tahun lalu pandemi covid meretas

hari ini  kerjaannya belum lagi tuntas

 

dari seluruh negeri

masih terasa  isak sedih tangisan

mereka  mereka yang yang ditinggalkan

terduduk  memandangi

berangkatnya mobil  mobil ambulan,

bergantian membawa muatan

yang  bernafas tersengal

menuju perawatan

atau terbungkus tebal

menuju kuburan,

hingga raung sirena menghilang di kejauhan

 

Selamat siang tuan

hari ini APBN tidak  sedang santai rebahan,

dia hadir

mengupayakan tersedia vaksin dan obat obat vitamin penambah daya tahan,

menjaga agar  sakit dan mati tak banyak berulang,,

dan kasus covid semakin berkurang

mengupayakan  para tenaga medis,dokter perawat penggali kubur tentara polisi petugas petugas yang sedang bahu membahu berperang melawan pandemi

dapat lancar melanjutkan darma bakti

mengupayakan

tersedia biaya pulsa dan data,

buat para guru dan siswa,

serta perangkat pengolah data sewajarnya

hingga mereka yang sekolah atau kuliah

tetap bisa mendapatkan,ilmu dan hikmah

meskipun tetap tinggal di rumah

mengupayakan

ada subsidi  dan bantuan dana

makanan pokok dan lauknya

agar  mereka  yang tak bisa lagi bekerja,

tetap mendapatkan kebutuhan dasarnya,

mereka yang tak berdaya,

tak mati kelaparan dalam rumahnya

 

dia hadir,

mengupayakan

agar tetap bertambah jalan yang menembus belantara

dan wilayah terpenjara,

agar tetap terbangun pabrik pabrik yang menampung banyak pekerja

agar terlatih tentara dan tersedia  senjata untuk  menjaga negara

agar terbentuk polisi jaksa dan penegak hukum

yang memastikan hukum sebagai panglima

agar listrik listrik tetap menyala

hingga negeri semakin terlihat  warna indahnya

agar air tetap mengalir sebagai  pengobat dahaga

agar semua cita cita berdirinya negara terlaksana

agar dokter, guru, pegawai, lurah, camat tetap bekerja melayani rakyatnya

 

Dia hadir,

Mengupayakan ekonomi yang porak poranda

Terimbas corona pelahan  bergerak tumbuh tak semakin rubuh

 

selamat siang tuan,

Selamat siang tuan

hari ini APBN tidak  sedang santai rebahan,

jangan sampa kau terjebak sikap  tamak

membuatmu membelokan bantuan dari yang berhak,

merubah spek barang sehingga gampang rusak

merampok uang apbn sambil terbahak

 

jangan sampai gila hartamu menjadikan kalap

membuatmu lebih piawai dari tukang sulap

merubah kuitansi untuk menilap

menyamarkan bukti terlihat gelap

mencuri uang apbn ketika para penggawas hilap


Selamat Siang, Tuan

hari ini APBn tak sedang berdiam rebahan

jangan kau ganggu dengan keculasan

agar dia bisa jalankan apa yang telah dimandatkan



(Hari Anti Korupsi, 2021)

Pada suatu petang

Pada Suatu petang

ada yang hilang,

ketika kau pulang


Ruang riuh menjadi lengang dan hampa

sebenarnya apa yang tak sengaja,

tadi kau bawa serta?


(Stasiun Juanda, 3 Des 2021)




Punakawan, tak Sekedar Penghibur

     Dalam kisah perwayangan di Indonesia, kita sering mendengar adanya para punakawan yang biasa disebut juga dengan goro-goro. Kehadiran para punawakan ini, sangat dinantikan oleh penonton karena mereka menyuguhkan komentar, lelucon bahkan kritikan yang menghibur. 

    Punakawan yang terdiri dari Semar, bersama dengan ketiga anaknya, Bagong, Petruk, dan Gareng selalu tampil menyegarkan suasana pertunjukan. Gelak tawa selalu ditimbulkan oleh ketiga punakawan ini, baik melalui gerak-geriknya, maupun celotehannya. Mereka hadir sejenak di tengah konflik atau cerita inti dari kisah pewayangan sebagai abdi dari tokoh utama, namun sejatinya punakawan ini bukan hanya sekedar abdi, mereka juga berperan sebagai penasehat bagi tokoh utama. Mereka hadir ketika tokoh utama dalam kisahnya mengalami konflik/dilema dalam kehidupan, sosok punakawan inilah yang dapat memberikan panduan bagaimana jalan terbaik yang harus dipilih oleh tokoh tersebut, meskipun disampaikan dengan cara yang kocak dan jenaka.

    Punakawan berasal dari dua bahasa pana dan kawan. pana berarti tahu dan kawan maksudnya sahabat. Maksudnya kawan yang tahu mana yang baik dan mana yang benar, yang dapat memberikan nasehat/kata-kata bijak tentang hidup dan kehidupan kepada tokoh utama dan penonton. Ada pula yang mengkiaskan punakawan ini adalah ''hati nurani' yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil haruslah yang didasari dengan kehati-hatian dan mempertimbangkan manfaatnya bagi kehidupan.

    Dengan filosofi seperti itu, maka tokoh punakawan yang selalu mendampingi para pandawa (disimbolkan sebagai tokoh kebaikan), dapat berarti pula bahwa setiap manusia yang masih mau mendengarkan hati nuraninya, ia senantiasa akan mendengarkan suara hatinya, sedangkan bagi orang yang tak mau mendengarkan hati nuraninya, ia tak mampu mendengar atau mengabaikan suara-suara kebaikan dalam dirinya sendiri (disimbolkan dengan para kurawa). 

    Jadi punakawan meskipun tidak menjadi tokoh sentral, dan dengan penampilan fisiknya yang tak sempurna pun, tetap mampu memberikan manfaat di tengah jalannya kehidupan sang tokoh utama yang selalu penuh rintangan dengan suka cita. Seyogiyanya dalam diri dan kehidupan, kita mampu menciptakan dan menemukan punakawan ini.

Blessed Silent Sunday

Enjoying my blessed silent Sunday morning,

 

Segelas teh hangat,

Semangkuk sup,

And, music!

 

These will be more than enough to recharge my soul,

refresh my mind, and re-energize my heart …

 

 

*** Remember when I told you,

No matter where I go,

I’ll never leave your side

You will never be alone,

 

Even when we go through changes,

Even when we’re old,

 

……

 

And I told you right from the start,

You just say the word and I’ll go,

No, it doesn’t matter how far,

‘Cause your love is all that I know,

 

…..

 

I’ll find my way back home

 

 

***

Way Back Home 

[Shaun feat. Conor Maynard]

Ketika Hujan Bermakna Sama

 

Hujan!

 

Tak ada yang berbeda setiap tahunnya,

Sama seperti anganku,

Berharap dipertemukan kembali walau cuma sejenak

 

Tidak untuk mengusik yang telah lalu,

Tidak juga untuk merajut ulang yang telah tebang,

Hanya ingin meminta tatap

 

Agar kau tau,

Sebesar apapun rasa sakitmu,

Takkan pernah mampu melampaui rasa rinduku

Semprong

Puisi
Ntah apa yang bisa kau janjikan untuk kami
Ketenangan hati?
Manifestasi nurani?

Oh, ayolah
Tak ada yang salah dari dunia modern ini

Sedari dulu, bukankah kita sudah mengharapkan kedatangannya

Segala upaya telah kita lakukan untuk mempersiapkan landasan dunia modern ini, lalu setelah dia sampai dengan barang bawaannya, kita sambut dia, kita tempatkan dia pada segala aspek yang melekat di diri kita. Input, proses, output diri kita harus MODERN! 

Puisi
Kau datang kembali, 
Kau babak belur
Barang bawaanmu dicuri
Kau tak indah lagi
Kau tak berarti apa-apa dibandingkan modernitas ini

Puisi
Apa lagi yang hendak kau sentuh di hidup kami
Kau tak memiliki tempat di sini
Enyahlah!

Sedang modernitas ini begitu menggiurkan, kami ingin melesat dan menemui kehancuran yang disembunyikannya!

Puisi
Menyingkirlah!

Semprong modernitas!
Kami tak ingin terlambat!
Kami ingin lumat dan tamat tanpa terlambat! 



Intrusi

Kau berkelana di dalam kepalaku
Mencari-cari apa yang salah dari makna "bertanya"
Kau katakan aku tak patut dan tak turut
Menerka-menerka pikiran masa depanmu yang tertinggal di belakang

Kita hendak berencana membuat perubahan, katamu
Sebagai respons perubahan yang lebih dulu berubah, kataku
Kau ajak aku ke dalam ceritamu
Aku kesepian, ternyata sebagai pengarang, kau miskin fondasi dan substansi

Semua benda mati yang ada di sekitar kita menjadi bermakna karena pemaknaan yang kita berikan sendiri, diri yang mengalami, diri yang bercerita, diri yang mengarang dan membual narasi dengan semaunya, ya, itulah kita, dengan pemaknaan itu juga kita saling menyakiti. Selamat merasakan sakit. Besok kita teruskan, terus kita rayakan dengan pemaknaan (re: bualan) baru yang lebih rapi dan bermutu

Belajar

"Mencipta adalah bentuk pemberontakan kita"

    Begitu sebaris kalimat yang ditulis oleh Iwan Simatupang kepada sahabatnya Sularto dalam buku Surat-surat Politik Iwan Simatupang 1964-1966. Dari membaca kata pengantar yang ditulis oleh Frans M. Parera pada buku tersebut, aku benar-benar diantarkan kepada sosok intelektual Iwan Simatupang, yang moderat, yang sebisa mungkin berusaha tak ternodai oleh kubu mana pun yang sedang bertarung saat itu, yang mencoba mencari jalan dan pikiran alternatif sendiri. Buku yang belum habis kubaca itu berisi surat-suratnya dalam menanggapi situasi sosial, ekonomi dan budaya Jakarta, yang gundah, yang resah, yang tak sabar menunggu jawaban.

Aku mencoba menulis keterangan tambahan atas dasar kemandirian pikirannya.

Kurang lebih seperti ini:

    "Dalam konteks belajar dari orang-orang yang lebih pandai, kita tak berniat menjadi epigon-epigon tanpa karya dan otentisitas yang nyata. Mungkin, kita mendongak kepada mereka pada kurun waktu tertentu untuk membangkitkan kesadaran kita akan indahnya pikiran dan pengetahuan yang dapat dihasilkan dari proses belajar yang sedang kita alami, setelah itu kita harus tetap kembali kepada diri kita sendiri, menyepi bersama berbagai pertanyaan alam semesta yang membutuhkan jawaban, seraya memberanikan diri untuk terus menyusuri lorong kehampaan sampai ke ujung ketidaktahuan yang baru."

Mari menyambut Senin dengan mimpi-mimpi yang lebih mandiri.