Satu Hari di Bulan Oktober

dalam ringkuk kepada Tuhan maaf aku lancang menyebut nama lengkapmu

doaku bersajak semata merayu-Nya agar kali ini saja takdir berpihak kepadaku

bukan aku memaksa, hanya saja seumur hidup aku mau lihat lesung pipimu.


entah nanti kau seatap dengan siapa

ah, kuharap itu denganku.


entah nanti kau sebut namaku dengan lantang dalam jabat tangan ayahku

atau malah kau revisi sumpahmu malam itu kepadaku

ah, mungkin hanya Tuhan yang tahu.


aku terbiasa jalani duniaku dalam hitam-putih dunia

tak banyak warna sampai kamu ada

aku diam sebentar sadar kamulah mahakarya-Nya.


sepucuk doa menjawab kegelisahanmu dari pembicaraan yang selalu kuhindarkan

menepis ketakutanku akan sebuah ikatan 

sehingga kita tak harus lagi berjalan di tempat

yakin hati sudah kutempatkan pada orang yang tepat.



jika tulisan ini sampai di ponselmu suatu hari…

kau mungkin sadar bercandaku kali ini menjauh, semata-mata agar seriusku kau ketahui

karena tak kan ada langkah mundur untukmu

apa yang membuat kita bisa bersama, maka segera itu dalam persiapanku.


-y-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar