Pada simpang Ruang Kerja

 

(sebuah kado pelepasan)

Kita pernah duduk di meja yang sama,
Berbagi cerita di sela tumpukan kerja,
Tertawa di tengah tekanan,
Menemukan arti teman di balik peran.

Hari-hari berlalu dalam jejak langkah yang saling menguatkan,
Kopi pagi, candaan ringan, rapat yang kadang membingungkan,
Semuanya jadi lembar kenangan,
Yang tak akan mudah dilupakan.

Kini, waktunya tiba untuk melangkah,
Bukan berpisah karena luka,
Tapi karena SK memanggil ke arah berbeda,
Namun, kisah kita tetap terjaga.

Terima kasih untuk kebersamaan yang tulus,
Untuk bahu yang diam-diam menopang,
Untuk semangat yang tak pernah putus,
Dan tawa yang selalu datang tanpa ditentang.

Meski ruang kerja tak lagi sama,
Tapi hati kita tetap saling menyapa,
Doa kami menyertaimu di setiap langkah baru,
Sampai jumpa lagi, di persimpangan ruang kerja dan waktu

 

            -Sembilan Juli Dua Ribu Dua Puluh Lima,
            Gedung Sutikno Slamet, pojokan lantai tiga.-

 

Aku, Dia dan Hubungan Hemat Kuota Tanpa Rasa

 Senin, 

06.30 A.M

Dia     : "Pagi Mas.."

Aku    : "Pagi Sayangku, dah dimana?"

Dia     : "Sudah di tol"

Aku    : "Ok, sarapan?"

Dia     : "Aku puasa Mas"

07.16 A.M

Dia     : "@ofis"

Aku    : "same here, selamat beraktivitas 😘😘"

Dia     : "😘😘"

12.01 P.M

Dia    : "Mas udah makan?"

Aku   : "udah, nitip OB tadi"

16.47 P.M

Dia     : "Aku pulang ya Mas"

Aku    : "Ok"

18.24 P.M

Dia     : "@hom"

Aku    : "Ok"

21.53

Dia     : "nite Mas"

Aku    : "nite Sayang"

Selasa....Rabu...Kamis...

Jumat

06.24 A.M

Dia     : "Pagi Mas"

Aku    : "Pagi Sayang"

07.12 A.M

Dia     : "@ofis"

Aku    : "Ok, selamat beraktivitas

Dia     : "😘"

11.49 A.M

Dia     : "Aku maksi sama temen ya"

Aku    : "Ok

16.57 P.M

Dia     : "Aku pulang ya"

Aku    : "Ok"

Dia     : "Happy weekend Mas"

Aku    : "Thanks, U too"

19.21 P.M

Dia     : "@hom, miss U 😔"

Aku    : "miss U more 😔"

22.15 P.M

Dia     : "nite Mas"

Aku    : "nite..."

Sabtu..Minggu... 

Senin (back to the first paragraph)


Jakarta, 08072025

ADA SAJA

Angin mengusap bulu kuduk sampai berdiri,
bukan setan, tapi dingin sedari tadi bergentayangan, 
tiba-tiba takut merasuk perasaan, 
tidak ada yang menyeramkan, 
hanya sejenak menengok pada tanggalan dengan gurat-gurat keriput terpampang.

Dengus napas seketika memburu, 
sadar besok masih belum tanggal satu, termangu.
Hingga derit halus jalanan depan mengarak laju gerak roda motor listrik, 
di sela kepul cerek yang merintih kepanasan.

"Graaaabb," lantang terdengar menembus sela pintu ruang tamu.
Sekejap pisang goreng hangat tersaji, 
mengelus menenangkan gundahnya hati,
dibarengi denting sendok mengaduk kopi dari segelas merah hadiah.
Ah, bahagia selalu ada saja.

(/ekp)



Surat untuk Bapak

teruntuk Yth. Pak Lisbon Sirait,

Direktur dan Bapaknya warga DSP


Bapak...

Waktu seperti melesat deras,

Rentangnya bak masa yang ringkas

Menyisakan kenangan kenangan bernas,

Tentang kebersamaan terlintas

Yang jauh dari kaku  formalitas

Terpampang  semua nya  kini bak lukisan indah pada kanvas

 

Bapak,

Pada awalnya, hadirnya Bapak seumpama tuas

Yang menggerakan rasa was was dan cemas

Kita sungguh tak terbiasa Pak, gelegar suara Bapak yang  keras

Wajah  berkumis  tebal dan tatapan tegas

Arahan-arahan pelaksanaan  tugas

Yang  sering  tanpa basa basi  dan cenderung  lugas

Saat itu,  bagi kami panggilan menghadap ke lantai empat belas

seperti gelegar petir yang menghempas

 

Tapi itu tak lama , Bapak,

Kesan baru kemudian  hadir lekas

Seperti tetumbuhan yang terus bertunas

pertemuan pertemuan  kita berikutnya

tak ubah seperti kelas,

Yang memberi ruang bebas

Pada pertarungan argumen penyelesaian tugas

Terkadang lembut suara,  terkadang keras

Kata Bapak, itu  hanyalah pendekatan berkelas

untuk memaksa kami berpikir lebih keras, berpikir lebih cerdas

Tak ada , tersisa sakit hati dan dendam membekas

 

Pertemuan-pertemuan kita berikutnya

Kadang terselip perbincangan santai yang mengalir seperti utas

Sambung bersambung  liar tanpa topik  pembatas

Hobi, diet ,olahraga ,ekonomi atau topik ringan seumpama kapas

Menjadi teman penghabis kopi dalam gelas

 

Bapak ,

Mungkin saja pernah sekali waktu

Terdengar di ruang-ruang itu

Teguran Bapak dengan nada seru

Atau ada ungkapan tak setuju

" Bukan begituuuu,

Kalian ini  bagaimana siih ,

Masa begini saja tidak tahu "

kata-kata itu,  kini jadi amunisi yang meledakkan  kenang dan  rindu

sebab biasanya tak lama berikutnya Bapak akan melucu

atau lekas menanyakan ke kasubbag TU,

Mana ini , pesanan makan siang atau kue penawar jemu ?

 

Bapak,

Kami mungkin tak bisa memutar waktu ,

Mundur ke belakang mengulang masa itu

Sebetapapun keinginan kami begitu memalu

Tetapi kali ini waktu seperti membeku

Berhenti sejenak oleh rasa haru

Melepas Bapak ke tempat Baru

 

Ijinkan kami , pak

Melangitkan doa doa yang mengharu biru

Agar bapak  senantiasa sukses sehat dan gembira selalu

 

Ijinkan kami , pak

Mengungkap rasa sesal dan pinta maaf bertalu

Untuk salah dan kurang  kami di masa itu

 

Ijinkan kami , bapak

Menghaturkan terima kasih beribu ribu

Untuk perhatian, arahan serta ilmu

Yang  bapak berikan tanpa rasa jemu

 

Dari kami geng lantai telu

 (Sutikno slamet, 16  Juni 2025)


Si Pujangga Itu dan Mesin Ketiknya

Si Pujangga itu mengetik kisahnya dengan mesin ketiknya itu. Dengan pandai dia merangkai kata-kata yang dia dapat dari imajinasi dan angan-angannya. Selesai, rangkaian kata-katanya begitu indah. Namun si Pujangga merasa tulisannya tidak menyelesaikan angannya, maka disobek dan dilemparkannya di tong sampah dekat meja kerjanya yang sudah penuh dengan sobekan kertas. Kemudian si Pujangga pun tertidur. 

Terbangun si Pujangga ini karena kicauan burung dekat jendelanya dan matahari sudah bersinar terang. Ditarik mesin ketiknya, dimasukkan kembali sehelai kertas kosong dan mulai menulisnya. Menulis kisah yang sama. Namun dengan rangkaian kata-kata yang berbeda. Selesai. menghela nafas lega, namun kembali disobeknya lagi. "Aku tak butuh kisah ini disimpan. aku hanya ingin mengosongkan hatiku saja" hari pun menjelang malam dan dia tertidur.

Pagi itu, dia terbangun dengan kehilangan kesadarannya, apakah itu mimpi atau kenyataan. Akhirnya dia tersadar bahwa itu adalah mimpi. Mimpi yang tak berkesudahan. Mimpi dari khayalannya selama ini. Dia mendesah. Kapankah akhir dari kisahnya? akhirnya kembali dia ketik kisahnya di sehelai kertas. kisah yang sama. namun dengan nama yang berbeda. Selesai, dibaca kembali tulisannya. Kemudian dia berucap "kali ini aku tidak akan menyobeknya, aku tidak aku tidak akan menyobeknya". "Kali ini aku akan memberikannya kepadanya agar dia tahu".

Diketuknya pintu itu. Nampak sesosok berdiri di depan pintu.
"Aku ingin bertemu dengan dia"
"Ya. ini aku"
"Tidak mungkin kamu itu dia"
Si Pujangga itu memandang lekat-lekat sosok itu. sosok itu wanita tua yang sudah keriput dan jelek. Badannya pun gendut. "Tidak..tidak sama" teriak si Pujangga.
"Aku mencari sesosok.." Dan si Pujangga itu pun mendeskripsikan sosok yang dia khayalkan selama ini. Sosok itu tertawa. "Dia yang dulu itu telah tiada. Dia yang sekarang itu aku" lanjutnya. "Dia yang dulu kau kurung dalam dimensi waktu yang tak berputar"

YOU JUST MISS THE MEMORIES, NOT THE PERSON

Si Pujangga itu pun berlari ke rumahnya dengan perasaan tak menentu. Duduk kembali di depan meja kerja dan memandang sekelilingnya. Benarkah semua sudah berlalu? Ruangan itu tetap sama seperti yang dia tahu selama ini. Kemudian matanya tertuju pada sebuah benda. Diambilnya benda tersebut dan dibacanya "Kalender tahun 2025"
Si Pujangga itu pun tersentak tak percaya bahwa dirinya telah melewati tahun demi tahun tanpa disadarinya. menghabiskan waktunya sia-sia. terkurung dalam dimensi waktu yang tak berputar. dan mesin ketik tiba-tiba terlihat tua. terbengkalai seketika.

Jakarta, 3 Maret 2025


Notes:
Sebuah tulisan dari masa lalu :(



Aku ...

 


Desing pesawat terdengar seperti irama kedukaan 
Perlahan, aku menekan tombol sandaran kursi, bersandar tenang, lalu memejamkan mata

Berbagai potret peristiwa dua minggu kemarin bergerak cepat 
seperti layar yang menyajikan cerita pilu ... 
ketika harus kehilangan seorang wanita hebat, cinta pertamaku 
Kota yang baru kutinggalkan tidak lagi menyisakan apa-apa

Denyut halus mulai terasa memenuhi rongga kepala, lelah ...

Seketika bayangan lelaki itu muncul, rindu sekali rasanya ...

Aku mulai berusaha mengumpulkan cuplikan-cuplikan 15 tahun yang lalu
merangkai satu episode ke episode berikutnya, bagian yang indah-indah saja
batin ini sudah terlalu penuh dengan luka yang masih menganga 

Laki-laki itu memelukku erat, mengusap rambutku pelan, 
lalu mengecup keningku hangat,
ekspresi sayang yang selalu dia lakukan untuk menenangkanku

Tiba-tiba ada rasa bahagia menyelinap menutupi semua lara, 
Lirih aku bergumam, "Sudah tenang ya Mi di surga sama ayah, udah ngga sakit lagi, 
Insya'Allah aku bakal baik-baik aja,  ada cerita lalu yang bisa diingat 
untuk jadi penyemangat"

Dentuman roda pesawat menginjak bumi membuyarkan lamunanku

Jika tidak ada lagi cerita di kota itu, setidaknya kota ini menyimpan angan 
dan impian yang tak pernah padam ...

" ... so look at you now
I take a bow
thanks for all the lessons learned
showing me how
we would end up
play with the fire you get burned
It's not I don't care
but this love's beyond repair
so look at me now
I'm better on my own ...

#ceritashakia #beautifulpain

Song lyrics: I'm Better on My Own [Keisya Levronka]









LELAKI INI DAN PEREMPUAN ITU DAN TENTANG HUJAN

"Hujaaann...!", teriak serempak Lelaki Ini dan Perempuan Itu. 

Sedetik, lalu mereka tertawa. Penuh arti. Mengeratkan jemari. Menikmati titik-titik air yang membasahi kaca depan Benzo, panggilan untuk mobil mereka. Hujan, bagi mereka bukan sekedar fenomena alam. Hujan itu sakral. Hujan itu kenangan, rasa. Hujan itu pesan rindu yang tertumpah.

"Mas tau gak?", Perempuan Itu merajuk. "Hujan itu kan pesan kangenku", lanjutnya. 

"Hahaha...gombillll..!!!", gelak Lelaki Ini. Sambil mencubiti gemas pipi gembil Perempuan Itu. Bibirnya manyun, menggemaskan. "Ya udah kalo Mas ga percaya", Perempuan Itu merajuk. "Biar rindu ini aku tahan sendiri". Alih-alih kesal, Lelaki Ini malah tambah gemas. Rindu mereka pun tumpah ruah. Bagai magnet yang saling menarik. Bergerak harmoni ditingkahi air hujan yang kian deras menjejaki bumi.

*

Hari ini, belum genap satu bulan dari hujan yang lalu. Lelaki Ini sendiri. Menyesap keheningan yang mulai menjadi biasa. Menatap orang-orang lalu lalang di bawah sana. Tergesa bahkan berlari. Lelaki Ini baru sadar. Mendung begitu pekat. Tak sampai hitungan detik, ribuan panah air terhunjam tanpa ampun. Bumi pasrah, pohon-pohon bergoyang. Entah suka atau tersiksa. Orang-orang tadi pun basah, tanpa sempat menghindar. Hanya berusaha agar segera mendapatkan pelindung untuk berteduh. Makian tak terdengar, tapi pasti ada. Lelaki Ini menghela nafas. Meraih gawai. Membuka aplikasi percakapan. Memilih satu nama, lalu mulai mengetik: hujan. Enter.  Menunggu. Lama.  Di seberang sana, Perempuan Itu menatap jendela berkabut di hadapannya. Hujan. Gawainya bergetar. Pesan dari Lelaki ini. Tersenyum. Getir. Hasratnya begitu kuat untuk membalas. Menumpahkan segala rasa yang ada. Tapi, hatinya bertahan. Luka itu belum sembuh benar. Perempuan Itu sangat mencintai Lelaki Ini. Seluruh hidupnya. Dengan segala ketidaksempurnaannya. Tapi, entah apa yang merasuki Lelaki Ini, hingga dia selalu salah. Lelaki Ini menuntut dari yang seharusnya. Tidak pernah mau mengerti keterbatasan yang ada. Perempuan Itu terluka. Jika ada kata di atas sedih, mungkin dia akan menggunakannya. Hanya diam yang dia bisa. Meski, dia tahu diamnya juga melukai Lelaki Ini.

Tutur batinku tak akan salah
Silakan pergi, ku tak rasa kalah
Namun, percayalah, sejauh mana kau mencari
Takkan kau temukan yang sebaik ini*

*

Hujan. Bukan basa-basi jika mereka percaya magisnya. Buktinya hari ini. Hujan selalu bisa meluruhkan amarah. Lelaki Ini dan Perempuan Itu kembali disini. Berdiam menikmati dinginnya hari. Diguyur tumpahan rasa yang tidak terbendung lagi. Luka itu masih ada. Berbekas, dan mungkin masih terasa. Mereka sadar, takdir belum dapat menyatukan mereka. Tapi, rasa mereka tak berubah, tak bergeming walau dihajar badai. 

*

Perempuan Itu terlelap. Penat jiwa dan raganya. Lelaki Ini mengeratkan pelukannya. Mencoba menghangatkan. Menatap kosong layar TV yang telah mati. Gelap. Sunyi. Hanya dengkur halus Perempuan Itu, dan derik kipas pendingin ruangan. Lelaki Ini mencium lembut Perempuan Itu. Hangat. Perempuan Itu terlalu lelah untuk meresponnya. Lelaki Ini tersenyum. Belum mampu memejamkan mata. Tidak mau, tepatnya. Menikmati keindahan dalam pelukannya. Menikmati cinta seutuhnya. Entah, sampai takdir menyatukan mereka, atau bahkan memisahkan mereka. Mereka hanya bisa pasrah, menikmati apa yang bisa dinikmati. 

Kuhentikan hujan. Kini matahari
merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan —
ada yang berdenyut
dalam diriku:
                menembus tanah basah;
dendam yang dihamilkan hujan
dan cahaya matahari.

Tak bisa kuhentikan matahari
memaksaku menciptakan bunga-bunga.**



Jakarta, 21022025


*Tutur Batin, Yura Yunita

**Kuhentikan Hujan, Sapardi Djoko Damono


10 Fitur Copilot Jarang Digunakan Padahal Sangat Bermanfaat


Prompt:
Berikan 10 kegunaan Copilot yang jarang digunakan padahal sangat bermanfaat dalam membantu pekerjaan. Berikan penjelasan mengapa jarang digunakan. Berikan saran untuk pengguna supaya mudah belajar menggunakannya.

Respons:
Tentu! Berikut adalah 10 kegunaan Copilot yang jarang digunakan namun sangat bermanfaat dalam membantu pekerjaan:

  1. Penerjemahan Bahasa: Copilot dapat menerjemahkan teks dalam berbagai bahasa secara instan. Banyak pengguna tidak menyadari fitur ini karena mereka lebih sering menggunakan aplikasi penerjemah khusus. Saran: Cobalah mengetik dalam bahasa yang berbeda dan lihat bagaimana Copilot merespons.
  2. Pembuatan Gambar dan Logo: Dengan integrasi DALL-E, Copilot dapat membuat gambar dan logo dari deskripsi teks. Fitur ini jarang digunakan karena banyak yang tidak tahu bahwa Copilot memiliki kemampuan ini. Saran: Mulailah dengan proyek kecil seperti membuat logo sederhana untuk latihan.
  3. Penulisan Email Otomatis: Copilot dapat membantu menulis email dengan cepat dan efisien. Banyak yang tidak memanfaatkan ini karena mereka terbiasa menulis email secara manual. Saran: Gunakan template email yang sering Anda kirim dan minta Copilot untuk mengisi detailnya.
  4. Pembuatan Rumus Excel: Copilot dapat membantu membuat rumus Excel yang kompleks. Fitur ini jarang digunakan karena banyak yang merasa lebih nyaman membuat rumus sendiri. Saran: Mulailah dengan rumus sederhana dan minta bantuan Copilot untuk memodifikasinya.
  5. Penjadwalan dan Pengingat: Copilot dapat membantu mengatur jadwal dan mengingatkan tugas penting. Banyak yang tidak menggunakan fitur ini karena mereka lebih suka menggunakan aplikasi kalender terpisah. Saran: Cobalah mengintegrasikan Copilot dengan kalender Anda dan lihat bagaimana ia dapat membantu.
  6. Pembuatan Konten Visual: Selain gambar, Copilot dapat membantu membuat presentasi dan infografis. Fitur ini jarang digunakan karena banyak yang lebih suka menggunakan perangkat lunak desain khusus. Saran: Mulailah dengan presentasi sederhana dan minta Copilot untuk menambahkan elemen visual.
  7. Analisis Data: Copilot dapat membantu menganalisis data dan memberikan wawasan yang berguna. Banyak yang tidak memanfaatkan ini karena mereka lebih suka melakukan analisis manual. Saran: Cobalah memberikan dataset kecil kepada Copilot dan lihat analisis yang dihasilkannya.
  8. Penulisan Kreatif: Copilot dapat membantu menulis cerita, puisi, atau lirik lagu. Fitur ini jarang digunakan karena banyak yang tidak tahu bahwa Copilot memiliki kemampuan kreatif ini. Saran: Mulailah dengan proyek kecil seperti menulis puisi pendek dan minta bantuan Copilot.
  9. Pencarian Informasi Cepat: Copilot dapat mencari informasi di internet dengan cepat. Banyak yang tidak menggunakan fitur ini karena mereka lebih suka mencari informasi sendiri. Saran: Cobalah meminta Copilot untuk mencari informasi spesifik dan lihat hasilnya.
  10. Pembuatan Resep Masakan: Copilot dapat membantu membuat resep masakan yang dipersonalisasi. Fitur ini jarang digunakan karena banyak yang lebih suka mencari resep di situs web khusus. Saran: Cobalah memberikan bahan-bahan yang Anda miliki dan minta Copilot untuk membuat resep.

Untuk memudahkan belajar menggunakan fitur-fitur ini, mulailah dengan proyek kecil dan sederhana. Jangan ragu untuk bereksperimen dan bertanya kepada Copilot tentang cara menggunakan fitur-fitur tersebut. Semakin sering Anda menggunakan Copilot, semakin terbiasa Anda dengan kemampuannya yang luas dan bermanfaat. Selamat mencoba! 😊


#artificialintelligence