Diari Saya: Kelahiran Yahya

Sebenarnya setiap saat Allah memberi 2 pilihan ketika disana seakan tidak ada lagi pilihan untuk dipilih; Sabar dan Tawakal
U.NAI-



---------------------------



Saat itu suamiku mungkin panik. Seingatku hari itu ia  bekerja tidak membawa uang cash yang cukup, atm pun tidak. Bagaimana harus dibayar biaya RS nanti?

Ternyata ia membawa segepok uang. Baru saja dibayar salah satu proyeknya, secara cash. Allahuakbar. Ya.. tidak segepok juga sih, tetapi sangat cukup untuk membayar biaya RS waktu itu. Aku menangis di pelukannya. Dokter Caroline tidak hanya mempertanyakan apa aku benar-benar hamil (lalu keguguran), ia juga mengatakan adanya kemungkinan kehamilan di luar kandungan yang harus di operasi kemudian apabila benar terjadi. Tidak sakit badanku, tetapi hatiku yang hancur. Aku sampai di rumah dengan banyak noda darah di terusan merah jambuku dan tatapan sedih keluarga. 


Alhamdulillah, mendung segera berganti cerah. Aku menerima kabar bahwa aku diterima di Kementerian Keuangan. Saat kutelepon ibuku, ia terharu bahagia. 


---------------------------



Sebelumnya, Mamah selalu mendorong untuk cek apa rahim sudah bersih atau ada sisa sehingga perlu di kuret. Baiklah, kami pun pergi ke dokter kandungan. Alhamdulillah. Dokter Mutia di Hermina Depok bilang, rahimku sudah ada isinya. Wah, surprise.. empat minggu usianya.

 Sebenarnya saat itu aku tidak sedang program. Aku menyadari mungkin aku memang terlalu bernafsu untuk cepat hamil. Ketika ia diambil, aku pun kemudian memasrahkan kondisi ini kepada Allah. Dan inilah hadiah dariNya atas kepasrahan itu. 



-------------------------


Hari-hari berlalu dengan kehamilan yang relatif mudah. 

Alhamdulillah.



Hingga masa Diklat Prajabatan pun datang. Aku menjelang tujuh bulan dan paling buncit diantara semua peserta di asrama. Berjalan kesana-kemari. Mengikuti jadwal yang cukup padat bersama kopassus dan rekan2 lain. Hampir setiap malam kakiku sakit dan tawaren (bengkak). 





Aku tidak tahu suamiku mengunjungiku saat aku sedang di lapangan yang jauh dari asrama. Ternyata ia sempat datang membawakanku daster dan keperluan lain. Di hari yang sama keberangkatannya ke Australia. Jauh-jauh mengendarai motor ke Parung untuk mengantar daster? Kadang aku menangis diam-diam karena rindu ingin pulang.



Alhamdulillah .. Diklat pun berakhir. aku lulus dengan nilai yang cukup baik. dan yang paling penting, aku bisa bersama keluargaku lagi, di rumah lagi.

Di usia kandungan tujuh bulan,



Inilah pertama kalinya aku merasakan mudik lebaran ke kampung suamiku. Rasanya unik sekali ketika perut bergoyang-goyang di toilet kereta. Kok perut seperti mau lepas gini?
Di Kudus tempat suamiku banyak yang bertanya, "piro sasi?". Akhirnya.. aku dapat kosakata baru.  Ternyata itu artinya "berapa bulan?". Memang tidak banyak yang aku pahami saat orang orang bercakap di sana. Aku kan, ngga bisa ngomong Jawa! 

-----------------------------

 Hampir lahiran..sedikit lagi..


Akhirnya masa cuti datang. Lelah juga naik commuter juanda - ui. Kadang ada yang bersuara sinis pada ibu hamil berkereta sepertiku. Aku diam saja.

 Geli juga aku kalau ingat masa hamil dulu. Masih tetap rebutan masuk kereta dengan perut buncit. Kadang aku paling depan pintu dan nempel di jendela pintu kereta. Hehe.. gemas sekaligus miris. 

Kalau pulang kerja paling bingung solat di  mana. Kadang turun dulu di stasiun pasar Minggu untuk dapat magrib, kadang di UI..kadang di rumah..pokoknya lelah syekali..hohoho, Alhamdulillah Allah menguatkan.


------------------------------



Menjelang kelahiran

Gerah sekali rasanya ya. Dan ingin cepat-cepat berojol. Hehehe. Masa yang mendebarkan saat menunggu flek kelahiran datang.

Sampai kemudian flek datang dan bukaan pun sudah ada. aku kemudian menginap di klinik bidan. Aku memang ingin melahirkan di bidan saja. Di kamar klinik aku mondar mandir terus agar bukaan cepat bertambah.

Tetapi yang paling tidak terlupakan adalah suakit yang teramat semalaman sebelum anakku lahir. Pasalnya, setelah ada bukaan, mulasku tidak baik. hanya gini gini saja. bukaan pun lama nambahnya. jam sembilan malam hari kamis, bidan pun memberikan opsi induksi agar bukaannya cepat. kalau ini tidak berhasil, nampaknya akan diminta sesar! Baiklah, aku setuju saja. Tidak ada pilihan lain yang aku pahami..
Aku pun dipindah ke ruang bersalin. Infus induksi mulai dipasang. Seingatku saat itu bukaan lima. Haduh Gusti.. Rasanya saat induksi sudah jalan itu.. seperti perutku disayat-sayat saja, berjam jam pula ini terjadi. Lama lama gemes kesakitan...
"Allah Allah..sakit bi..sakit bi..." Berpegangan erat dengan suamiku. Ia hanya menatapku erat, berusaha menguatkan. Ia tidak banyak bicara namun ia seperti mengerti aku hanya ingin didengar. Bahwa ini begitu sakit. Kadang aku tertidur sejenak di antara mulas yang datang. Kelelahan.



-----------------------------
Yahya, nama yang kami dapat dari Qur’an yang mulia, dalam surah Maryam yang menggetarkan hati: 


#Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar 
gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak 
yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum 
pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. 
… 
#Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan 
sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya 
hikmah selagi ia masih kanak-kanak, 
dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi 
Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah 
seorang yang bertakwa, 
dan seorang yang berbakti kepada kedua orang 
tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi 
durhaka. 
#Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan 
dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia 
dibangkitkan hidup kembali. 



Alhamdulillah ya Allah...bukaan sepuluh pun datang dan aku telah berusaha mengejan tapi anakku tidak keluar keluar. mengejan saja sampai satu setengah jam. masyaAllah...
Aku pun tidak mengerti. Semalaman tidak makan dan kesakitan, tenagaku masih ada juga. pukul enam pagi, keluar juga anakku lewat persalinan normal. September 19, Jumat pagi dengan berat 3,6 kilogram dan rambutnya itu..masyaAllah..hitam dan lebat. Tapi kemudian ibuku bilang, "ikhlasin aja ya.."

Yahya rupanya dalam bahaya. Tidak menangis, pun setelah dipukul-pukul bidan dan diberi oksigen. Nafasnya hanya sedikit sekali. Lama-lama ia membiru.


Suamiku segera pergi menuju RS bersama anakku dan seorang bidan. Aku dijahit dua jam kemudian, sepi sekali di tempat bidan.

 habis melahirkan, tapi anakku dibawa pergi dari sisiku. 


--------------------------------



RS pertama menolak anakku. Tidak ada fasilitas. Di RS kedua, anakku segera dibawa ke Neonatal ICU (NICU). 




--------------------------------



Lima puluhan jam setelah melahirkan, akhirnya aku melihat anakku di kotak kaca di NICU. Matanya ditutup, rambutnya banyak, dan badannya kelihatan gemuk dan sehat. Allah! sakit apa anakku...



--------------------------------



Leukosit yang terlampau tinggi, disusul kondisinya yang jaundice (kuning) membuat Yahya harus menginap di RS. Nampaknya ia keracunan ketuban karena terlalu lama di jalan lahir. Drama pemberian ASI pun terjadi. aku berusaha memompa seberapapun, ketika kolostrum masih ada aku wadahi sendok dan kuminta suster memberikannya. Masih kuingat hanya dua sendok yang bisa masuk ke Yahya. Setelah itu, dilarang. 

Alhamdulillah.. setelah sepuluh hari, anakku pun akhirnya  kembali ke rumah. 


--------------------------------




Saat ini sudah dua tahun delapan bulan umur anakku. 

Ia benar menjadi penyejuk mata kami, tidak hanya aku dan suamiku, namun keluarga besar kami. 



Alhamdulillah.




Jakarta, 23 Mei 2017

3 komentar:

  1. Alhamdulillah... sehat terus ya, Yahya ... ternyata, setiap insan sdh hrs berjuang sejak saat kelahirannya.

    BalasHapus
  2. Mbrebes Mbak saya bacanya, teringat dua tahun empat hari yang lalu, saat detik-detik kelahiran anak saya. :)

    BalasHapus
  3. Jazakallah khair Mba Pujj dan Mas Rahmat :')

    BalasHapus