Silaturahmi Offline

Tadi siang bertemu seorang penggiat BnD, tanyanya“gak nulis lagi?”. “Lagi gak tau mau nulis apa, gw masih berpegangan dengan judul Bukan Nota Dinas jadi pengennya nulis yg gak ada hubungannya dengan kantor tapi dari kemaren-kemaren apalagi abis diklat di Bekasi yang kepikiran malah tetek-bengek di kantor” jawabku. “Tulis yang ringan-ringan ajalah”, imbuhnya. “Blom tau mau nulis apa, yang ringan-ringan juga ujung-ujungnya kantor”, bantahku dengan suara pelan. Hening di antara kami, lalu entah pikiran dari mana aku berujar “pengen silaturahmi deh tapi bukan sama orang kantor, siapa tau membuka peluang baru”. Tanpa pikir panjang aku posting di WAG SMP ku “dah lama nih kayaknya kita gak silaturahmi” tadinya aku ingin menambahkan ajakan tapi ku pikir aku ingin melihat dulu respon dari teman-temanku. Kebetulan groupnya kecil hanya terdiri dari 51 orang, entah kenapa ini group gak nambah-nambah isinya padahal angkatan kami sepertinya sampai 200an orang. Yang menyahut hanya satu orang, yang read separuhnya. “hahaha, sepertinya ajakan gw kagak laku” pikirku.

Silaturahmi, sepertinya sudah terjadi pergeseran dalam pilihan orang-orang dalam bersilaturahmi. Saling bertegur sapa, mengucapkan selamat ultah, menanyakan kabar, dan berbagai interaksi sosial sudah bergeser ke media sosial bahkan ketika ada postingan tentang kerabat yang sakit dilakukan melalui media sosial seperti halnya whatsapp, facebook, dan lain sebagainya. Saya sendiri sudah malas untuk mengucapkan selamat ultah di media sosial, untuk orang-orang terdekat saya memilih bertelpon jika tidak bisa bertemu muka, gak banyak sih cuman dua orang di luar saudara kandung saya yang saya masih telpon untuk tanya kabar dan mengucapkan selamat ultah.

Silaturahmi di Indonesia sendiri paling sering terjadi di hari-hari besar keagamaan, seperti halnya Idul fitri, Natal, Nyepi, Waisak, dan Imlek. Sebelumnya saya selalu membuat pesan dan ucapan selamat sendiri dan mengirimkannya melalui sms, menurut saya “sms lebih dekat dari pesan di whatsapp”.  Hus, jangan keras-keras ketawanya, mau bilang gw katrok? Ya suka-suka situ. Tapi sebenarnya saya lebih senang mengucapkan langsung sambil menyalam dan bertatap muka, rasanya kalau hanya di WA atau sms tuh kosong apalagi kalau di WAG pasti ujung-ujungnya “copas” dari teman yang duluan posting.

Tapi memang silaturahmi tatap muka membutuhkan banyak tenaga. Menembus kemacetan ibu kota, antrian mencari tempat duduk di cafe atau restoran, belum lagi uang yang harus dikeluarkan, dan tentu saja waktu yang harus disediakan mungkin saja membuat banyak orang berpikir dua kali untuk hangout apalagi untuk sekedar berbincang-bincang. Kesibukan di kantor atau di tempat usaha dari pagi sampai sore sudah menguras pikiran dan segala usaha yang harus dikeluarkan untuk bersilaturahmi offline menjadi beban bagi mereka. Belum lagi anak dan istri yang menanti di rumah, membuat sebagian orang tidak ingin lagi “membuang waktu” di luar dan ingin cepat-cepat sampai rumah.

“Do, kapan ke Jakarta kabarin aja. Kita ngopi-ngopi ya” Japri ku ke teman yang membalasku tadi. “Siapa tahu ada peluang baru” pikirku. Silaturahmi offline terakhirku memberiku tambahan beberapa rupiah di pemasukan bulananku padahal hanya modal waktu dan mendengarkan keluh kesah temanku, pergi dijemput, makan dibayarin. Hihihihi, siapa tahu bisa berulang, hayalku.

2 komentar: