Membeli Masa Lalu

Kemarin, ketika sedang beres-beres rumah, saya menemukan sebuah walkman milik istri saya. Sepanjang ingatan saya, saya belum pernah melihat istri saya memakai benda tersebut, baik ketika pacaran maupun setelah menjadi istri saya. Benda itu tergeletak begitu saja bersama handphone-handphone bekas, kamera lama dan berbagai perangkat elektronik tidak terpakai lainnya. Penasaran apakah benda tersebut masih berfungsi, iseng saya cari kaset lama, headset dan masukkan baterai....voilaaaa, ternyata walkman tersebut masih berfungsi dengan baik. Istri saya kelihatan senang sekali dan penasaran apa yang sudah saya lakukan untuk membuat salah satu benda kesayangannya kembali berfungsi. Meskipun yang saya lakukan hanya memasukkan 2 buah baterai, tapi saya merahasiakan hal tersebut agar istri saya tetap percaya bahwa saya punya magic hands dalam memperbaiki benda-benda di rumah.
.
Seumur-umur punya mobil, saya hanya punya mobil tua. Mungkin ini pengaruh dari orang tua dan abang-abang saya. Waktu saya kecil, mobil yang saya kenal ya Fiat, Jeep Wilys, Volkswagon, Taft, Corolla. Pada jamannya mobil-mobil tersebut memang tergolong mobil baru, tapi entah mengapa, ketika saya memiliki kemampuan untuk membeli mobil, yang terbayang di kepala saya hanya mobil-mobil tersebut. Buat saya, memiliki mobil-mobil tersebut bagai mengembalikan kenangan masa lalu saya. Meskipun tidak mudah merawat sebuah mobil tua, tapi memiliki dan mengendarainya di jalan raya adalah sebuah prestige tersendiri. Pemilik mobil tua pun memiliki nilai lebih sendiri. Umumnya sangat mengerti dengan segala kondisi mobilnya. Buat saya pribadi, memiliki manual book seri mobil yang saya miliki adalah hal utama, karena dari situ saya bisa memecahkan masalah-masalah di mobil saya. Ini pun saya pelajari dari Bapak saya. Dulu beliau bisa 'menghidupkan' sebuah bangkai volkswagon hanya dengan bermodalkan manual book volkswagon yang beliau beli di pasar onderdil senen.
.
Saya punya teman yang hampir setiap hari ada acara reuni. Reuni sekolah, kuliah, diklat, grup lari, komplek perumahan, umroh dan masih banyak lagi. Saking penasarannya saya pernah bertanya tentang apa yang dia obrolkan dalam setiap acara. "Ya masa lalu lah, Bang, trus bikin-bikin rencana baru lagi...begitu" jawabnya.
.
Di jaman now dimana kata-kata move on  menjadi mantera dimana-mana, ternyata masa lalu masih menjadi sesuatu yang dirindukan, bahkan kalau ada yang jual, orang pasti mau membeli masa lalu-nya. Membeli masa lalu?. Ya, bukankah apa yang kita syukuri hari ini kebanyakan adalah hal-hal yang dulu kita tangisi?. Bukankah apa yang sekarang kita tangisi adalah hal-hal yang dulu kita syukuri dan membuat kita bahagia?. Disukai atau tidak, semua orang pasti mempunyai masa lalu dan merindukannya, bahkan mau membayar berapa saja untuk kembali ke masa itu. Nyatanya, yang sudah berlalu tetap akan berlalu, tidak pernah akan kembali dan tidak akan terbeli.
.
Walkman bekas, mobil tua, nostalgia sekolah hanyalah sedikit cara kita membeli masa lalu. Hanya mengenang untuk apa yang pernah terjadi dan tak mungkin untuk diganti. Apakah masa lalu memiliki pengaruh ke masa depan?. Di salah satu serial film James Bond yang berjudul The World Is Not Enough ada satu percakapan yang menurut saya sangat inspiratif. Saat itu Bond bertanya kepada Elektra, putri seorang konglomerat dan pengusaha minyak, mengapa dia (Elektra) tidak meneruskan saja proyek pembangunan pipa minyak meskipun diprotes oleh masyarakat setempat. Elektra punya kekuasaan yang besar yang dapat membungkam semua protes tersebut. Atas pertanyaan tersebut Elektra menjawab singkat "daerah dan masyarakat di sini adalah masa lalu saya, saya tidak akan pernah menggapai sukses masa depan saya dengan merusak/mengorbankan masa lalu saya".
.
Jawaban Elektra tersebut di atas membuat saya berfikir apakah masa lalu sedemikian penting sehingga tidak boleh diganggu gugat meskipun itu berarti pengorbanan yang lebih mahal, waktu yang lebih panjang. Entahlah. Satu yang pasti adalah kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Yang bisa kita lakukan adalah menciptakan masa lalu-masa lalu yang layak dikenang dengan senyuman, tawa bahagia, kepala tegak dan lapang dada, sehingga kita hanya perlu membayarnya dengan rasa syukur atas apa yang kita punya dan nikmati di masa kini.


Jakarta, 27 Desember 2017 

2 komentar: