Nadin Ingin Seperti Aisyah

Bunda menyematkan peniti pada jilbab Nadin. Wajah putrinya yang bulat nampak begitu menggemaskan dengan jilbab pink berhias motif bunga-bunga di sepanjang sisinya. Imut sekali.
Nadin tertawa memamerkan lesung pipitnya sambil memandang wajahnya dalam cermin.

"Bunda, aku cantik ya, Bun? Sudah mirip belum seperti Aisyah, Bun? Kata Bunda, Aisyah adalah istri Nabi yang paling cantik dan pintar menghapal hadist"

Bunda mengangguk, "Betul Nak, Aisyah adalah seorang gadis yang sangat cantik di Mekah, dan Beliau adalah penghapal hadist yang terbanyak dan paling dipercaya saat itu"

"Temenku juga cantik, Bun, rambutnya panjang dan lebat. Aku suka melihat rambutnya kalau sedang berolah raga. Rambutnya bergerak kesana-kemari, Bun."

Bunda tertawa kecil, sambil memasangkan bros kecil di jilbab putrinya, "Iya sayang, pada hakikatnya setiap wanita itu cantik. Ada yang rambutnya bagus, ada yang kulitnya bersih, ada yang bentuk tubuhnya indah, semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun yang paling hakiki adalah bagaimana wanita itu ikhlas untuk tidak mempertunjukkan semua itu karena ia lebih memilih menonjolkan identitasnya sebagai muslimah. Dia lebih berusaha mematuhi perintah Tuhannya daripada hanya sekedar mendapat pujian dari manusia lain."

"Tapi aku suka dipuji, Bun..." Nadin menyela,

Bunda tertawa, "Manusia mana yang tidak suka dipuji, Nak? Pujian membuat hati seseorang menjadi senang, namun yang lebih berhak untuk dipuji adalah yang menciptakan itu semua, Alhamdulillah..."

Bunda mengajak Nadin duduk disisinya, dan berkata,

'Ketika kamu dipuji orang, entah karena kecantikan ataupun kepandaianmu, artinya semua orang suka pada keindahan dan kesempurnaan. Itu hal yang sangat manusiawi. Namun jangan sampai semua pujian ini menjadikan kita lupa dan selalu mencari cara agar semua orang melihat kelebihan itu dengan maksud untuk mendapat kakaguman/pujian orang. Lihatlah Aisyah, beliau adalah manusia biasa, seorang perempuan yang memiliki sifat-sifat manusia biasa. Beliau pernah merasakan yang perempuan lain rasakan, namun beliau memilih untuk tidak mengutamakan pujian dari manusia. Dan banyak lagi seperti Aisyah-Aisyah lain yang lebih memilih untuk menunjukkan identitasnya sebagai muslimah dengan bangga, daripada sekedar mempertontonkan kelebihan jasmaninya."

"Iya Bun, identitas itu apa ya?"

"Identitas adalah ciri atau bukti yang nampak, misalnya seperti kartu pelajarmu yang menunjukkan kalau kamu adalah seorang pelajar di sekolah itu"

"Nadin punya kartu pelajar, artinya Nadin sudah diakui jadi anggota sekolah itu ya, Bun?

"Benar Nadin, begitu juga sebagai muslimah, kita tidak harus menunggu seluruh ahlak dan hati kita menjadi baik dulu, baru berhijab. Tunjukkan identitasmu, dan sesuaikan hati dan ahlakmu dengan identitas itu. Sama seperti kita mendaftar apapun. Tunjukan identitas, baru kita bisa masuk dan menikmati seluruh fasilitas yang ada. Nadin tidak malu, menunjukkan identitas Nadin, kan?"

"Enggak Buun, Nadin akan bilang bahwa Nadin adalah seorang pelajar, perempuan, dan Nadin ingin seperti Aisyah..."

Bunda tertawa, diciumnya pipi Nadin, aamiin...katanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar